Mohon tunggu...
M Yusuf Alamudi
M Yusuf Alamudi Mohon Tunggu... Ilmuwan - orang biasa yg ingin berbagi ilmu

menulis untuk mencerahkan umat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menakar Pemain Naturalisasi Sepak Bola Indonesia dari Perspektif Biologi Molekuler

1 Mei 2024   12:44 Diperbarui: 1 Mei 2024   12:53 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tim nasional sepak bola Indonesia baik level senior maupun kelompok usia U23 tampil sangat impresif di tahun 2024. Tim nasional sepak bola level senior berhasil maju di babak perempat final di piala Asia di Qatar 2024 dan membuka kesempatan untuk melaju ke babak ke 3 kualifikasi piala dunia. Tim nasional sepak bola kelompok usia U23 mampu melaju ke semifinal setelah mengalahkan tim sepak bola raksasa Asia Korea Selatan melalui babak adu penalti yang cukup menegangkan. Meskipun kalah dari tim nasional sepak bola Uzbekistan di semifinal namun tim nasional sepak bola kelompok umur U23 Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menjadi juara 3 dan masuk ke Olimpiade Paris 2024 di perebutan juara ke 3 dan ke 4, terlebih lagi pertandingan akan digelar di stadion yang sama dan serasa menjadi home base tim nasional sepak bola Indonesia selama ajang perhelatan piala Asia U23 di Qatar.

Keberhasilan tim nasional sepak bola Indonesia level senior dan level kelompok usia U23 menjadi sebuah sorotan dalam negeri maupun luar negeri, yang paling menjadi sorotan adalah program naturalisasi dari PSSI. Sebutan naturalisasi pun menjadi polemik dan perdebatan yang cukup panas terutama di media televisi, media sosial maupun youtube. Ini disebabkan ada yang menyebut diaspora (pemain keturunan Indonesia) dan juga ada yang naturalisasi (pemain asing yang dijadikan Warga Negara Indonesia) dan ini cukup membuat bingung di masyarakat khususnya masyarakat di level bawah atau akar rumput. Metode atau cara untuk memutus polemik antara diaspora dan naturalisasi adalah dengan dengan menggunakan pendekatan ilmu biologi molekuler.

Ilmu biologi molekuler merupakan ilmu yang mengkaji organisme berdasarkan tingkat sel atau DNA, di dalam sel atau DNA ditemukan materi genetik organisme secara lebih detail sehingga bisa diketahui nenek moyang atau asal dari organisme tersebut. Sejak ditemukannya DNA oleh Watson dan Crick, penelitian berbasis biologi molekuler berkembang sangat pesat termasuk memetakan genom manusia. Saat ini telah ditemukan instrument atau alat yang dapat mengurutkan asam amino organisme termasuk manusia secara lengkap dan dalam waktu yang tidak relatif lama, alat tersebut bernama whole genome sequencing (WGS). Alat ini sudah ada di Indonesia, pada masa pandemic covid 19 digunakan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk menganalisis perkembangan virus covid 19 yang bersirkulasi di Indonesia. Alat yang bernama Whole genome sequencing (WGS) ini dapat digunakan untuk menentukan pemain tim nasional sepak bola apakah masih memiliki darah keturunan Indonesia (diaspora) atau pemain asing yang dijadikan warga negara Indonesia (naturalisasi). Analisis DNA keturunan Indonesia atau tidak tidak membutuhkan prosedur yang rumit di laboratorium termasuk analisis filogenetik atau asal muasal keturunan dari hasil yang dikeluarkan oleh alat Whole genome sequencing (WGS). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup mumpuni untuk melakukan dan menjalankan whole genome sequencing (WGS) termasuk dukungan dari BRIN, doktor dan guru besar di Perguruan Tinggi di Indonesia yang notabene memiliki lulusan doctor termuda dan lulusan dari luar negeri dari program LPDP yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Dengan adanya analisa secara biologi molekuler diharapkan tidak ada lagi kebingungan di masyarakat antara Diaspora maupun naturalisasi di tim nasional sepak bola Indonesia termasuk lokal pride sehingga tim nasional sepak bola Indonesia baik level senior maupun kelompok usia bisa fokus untuk meraih prestasi baik di level regional, benua maupun level dunia. Contoh yang baik dalam meraih prestasi adalah tim bulu tangkis Indonesia, melalui pembinaan yang baik dan terus menerus mampu meraih prestasi di level dunia baik secara individu maupun secara tim, memang tidak mudah, butuh proses dan waktu, membuat mie instan saja membutuhkan waktu untuk bisa dinikmati.

Penulis

DR Mohammad Yusuf Alamudi,S.Si,M.Kes

Direktur dan Peneliti MYA.Corp

Dosen Program Sarjana dan Pasca Sarjana Stikes Majapahit Mojokerto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun