Mohon tunggu...
Mas Yusro
Mas Yusro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang Guru Indonesia yang senang berbagi informasi. [www.myusro.info]

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Sedih, Korban Tawuran Pelajar

29 September 2012   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13489814161293157153

Masih tentang tawuran, pembaca yang budiman, khususnya adik-adik pelajar, kisah ini adalah pengalaman pribadi saya yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup. Semoga kita dapat mengambil pelajaran yang amat sangat berharga, bahwa aksi tawuran itu hanya akan menyusahkan, menyakiti dan meresahkan masyarakat. Ini adalah kisah sedih, karena  menjadi salah satu korban tawuran pelajar di Jakarta, yang terjadi sekitar bulan Mei 1994. Saat itu, saya bersama seorang kawan yang sama-sama aktif di ROHIS berencana akan mengadakan acara belajar kelompok (guna mempersiapkan EBTANAS/UN) di rumah seorang kawan di daerah Condet-Jakarta Timur. Oleh karena sekolah saya berada di sekitar Jatinegara, maka saya berdua berjalan menyusuri jalan belakang sekolah, untuk menumpang bus ke arah terminal Kampung Melayu, nanti menyambung dengan kendaraan umum lainnya. Setelah menunggu beberapa sat di depan Kantor KODIM, akhirnya bus yang kami tunggu pun datang, bus sepi penumpang, dan kami naik dan duduk di bangku belakang. Kira-kira bus berjalan 10 menit menuju Terminal Kampung Melayu, bus kami berpapasan dengan sebuah bus yang sarat penumpang (pelajar yang berdiri bergelantungan). Kami melihat sekilas pelajar di bus depan kami, namun tidak punya perasaan apa-apa, biasa saja karena terbiasa bertemu dengan pelajar lain. Tepat kurang lebih 100 meter dari lampu lalu lintas, bus yang kami tumpangi berhenti dan bus yang sarat penumpang itu berada di belakang kami. Namun, tiba-tiba sekitar 10 orang pelajar dari bus di belakang kami, menyeruak masuk, sambil berteriak-teriak "eh lu dari TOEBxxx ya, ayo ngaku" sedangkan yang lainnya berteriak "udah sikat aja, mereka anak TOEBxxx", sambil memukuli badan dan wajah kami. Ya, mereka itu pasti para pelajar dari sebuah STM di bilangan Jakarta Pusat, yang dikenal dengan BOExxx. Kami berusaha membela diri dengan berteriak-teriak "bukan, bukan, gua bukan anak TOEBxxx, gua anak BONSxxx, bener gua anak BONSxxx", tetapi mereka balas menjawab "ah, bo'ong lu, lu pasti anak TOEBxxx..." sambil terus tangan dan kakinya menghajar kami berdua. Apa daya kami pasrah menerima pukulan yang bertubi-tubi, karena tidak ada identitas di seragam kami, dan memang zaman itu, kami yang bersekolah di SMK/STM tidak diperbolehkan menggunakan badge (atribut lokasi sekolah), untuk alasan keamanan. Kami pun jadi bulan-bulanan mereka yang kalap, ocehan kami pun tidak didengar oleh mereka. Saya lihat seorang pelajar, melepaskan sabuk yang kepala sabuk itu telah diganti dengan gir besi (model sabuk kopel seperti ini, dulu sangat populer di kalangan siswa yang sering tawuran sebagai senjata-seperti gambar di atas), lalu menyabetkannya ke kepala saya. "Aduh....." itu teriakan saya, sambil memegang kepala yang sakit, dan tanpa disadari darah membasahi kepala dan baju seragam putih saya. Melihat kepala saya terluka, mereka berlarian keluar bus, berpindah ke bus di belakang, sambil berteriak-teriak "mampu_ lu, mat_ lu....". Astagfirullah, masih sempat-sempatnya mereka mencerca kami yang kesakitan dengan ucapan kasar seperti itu. Teman saya yang berada di sebelah pun terkejut, sambil tangannya ikut memegangi kepala saya yang "bocor", dia katakan "darahmu banyak, ayo cepet kita ke rumah sakit". Sang kondektur bus pun, sepertinya tidak begitu peduli (mungkin karena terlalu sering, menyaksikan tawuran seperti ini), dengan santainya mengatakan, "eh, kalian turun aja, tuh di depan ada Rumah Sakit". Akhirnya, dengan menahan sakit dan memegangi kepala yang luka, saya turun dari bus, berjalan ke depan bus, ALHAMDULILLAH, saat itu masih Lampu Merah, dan saat itu ada seorang bapak mengendari sepeda motor (Vespa), saya dekati sambil mengatakan, "pak, tolong saya, antar kan ke Rumah Sakit depan (sambil menunjuk RS. Mitxx Kelxxx)". Karena kasihan, akhirnya saya diboncengi motor oleh bapak tsb menuju RS. MK yang jaraknya sekitar 500 mtr dari tempat kejadian. Adapun teman saya, dengan muka lemban karena pukulan, menyusul di belakang dengan kendaraan umum. Saya dilarikan ke Ruang UGD (Unit Gawat Darurat), dan si bapak tadi berpesan ke petugas keamanan, bahwa dia hanya membantu untuk mengantar saja, setelah itu si bapak langsung pulang. Saya berada di UGD sendiri, sambil terus memegangi kepala yang bocor, agak kecewa juga karena tidak langsung ditangani cepat oleh dokter yang berada di RS itu (dalam hati saya berpikir, mgkn mereka juga sebal dengan korban tawuran). Setelah beberapa saat, datang lah dokter untuk memeriksa kepala saya, serta dada saya (karena saya juga memegangi dada) sehingga dikira terluka pula dadanya. Sambil mengobati dan menjahit luka di kepala saya (sobek pembuluh arteri dan dijahit sekitar 11 jahitan), dia bertanya, tentang asal sekolah dan kejadian yang menimpa saya. Yang membuat saya sangat sedih adalah, karena teringat ibu yang saat itu sedang hamil besar mengandung adik terakhir saya , dan juga  ujian EBTANAS yang tinggal beberapa pekan lagi. Singkat cerita, teman saya pulang untuk mengabarkan kejadian saya ke pihak sekolah dan keluarga. Sore harinya beberapa guru datang ke sekolah, lalu dengan menggunakan taksi, saya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Sudah bisa dibayangkan begitu, syok nya orang tua, khususnya ibu yang terus menangis dengan kondisi kepala saya yang dijahit, dan YA ALLAH - saking syoknya-terjadi kontraksi terhadap ibu saya, dan esoknya melahirkan adik perempuan saya (sebuah kejadian yang akan terus terkenang). ALHAMDULILLAH, terima kasih ya Allah, saya ucapkan karena Engkau masih melindungi hamba dari aksi brutal oknum pelajar, saya masih bersyukur hanya terluka di kepala, tidak sampai meregang nyawa. Teruntuk sahabatku : Ambarwanto di Ampera-Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun