Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Karyawan Biasa

Pria Juga Boleh Bercerita. Peminat Filsafat, Sastra dan Budaya. Blog : lakibercerita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Barcelona dan pelajaran Cinta yang Tak Selesai

1 Mei 2025   21:40 Diperbarui: 2 Mei 2025   17:29 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam dunia yang terus berubah, apa arti sesungguhnya dari cinta? Bagi sebagian orang, jawabannya mungkin ditemukan dalam hubungan manusia. Tapi bagi saya, jawabannya justru datang dari lapangan hijau—dari sebuah klub sepak bola bernama FC Barcelona.

Saya mengenal klub ini bukan dari berita olahraga atau poster pemain terkenal. Di desa tempat saya tumbuh, kata "Barcelona" pertama kali hadir sebagai lirik lagu dangdut yang dipopulerkan oleh H. Ona Sutra dan sering diputar paman saya di radio bekas miliknya. Saat itu, saya tak tahu bahwa kata yang terdengar seperti nama kota asing itu, kelak akan menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup dan pemaknaan saya terhadap cinta, kesetiaan, dan perjuangan.

Tahun 2014, saya pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan menengah pertama. Di sanalah saya mulai mengenal dunia luar: internet, tayangan sepak bola luar negeri, dan tentu saja—Barcelona yang sebenarnya. Saat itu, klub ini sedang dalam masa kejayaannya.

Saya terpukau oleh permainan mereka yang dikenal sebagai tiki-taka: umpan-umpan pendek, cepat dan sangat indah yang bertujuan untuk menguasai permainan dan memenangkan laga. Tak ada alasan logis mengapa saya jatuh cinta pada klub ini dan bukan Real Madrid, rival abadinya. Rasanya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama—sederhana, tiba-tiba, dan tak terjelaskan.

Dari tahun ke tahun, saya dan jutaan culers (julukan fans Barcelona) merayakan prestasi: gelar La Liga, Liga Champions, hingga Piala Dunia Antarklub. Tapi seperti hidup, sepak bola pun tak selalu soal kemenangan. Sejak 2020, badai besar menghantam Barcelona. Bukan hanya karena kegagalan meraih trofi, tapi juga karena krisis keuangan yang memaksa mereka melepaskan pemain-pemain terbaik, termasuk Lionel Messi—ikon sejati klub ini.

Coba bayangkan, jika kamu memiliki seseorang yang kamu banggakan karena ketampanan, kesuksesan, dan karismanya, bagaimana jika suatu hari ia jatuh miskin, kehilangan semangat, dan tampak jauh dari apa yang dulu kamu cintai? Apakah kamu akan pergi? Atau kamu akan tetap tinggal, memeluknya, dan berkata: “Aku tetap di sini”? Ya, saat itu, mencintai Barcelona sama seperti mencintai kekasih yang tengah kehilangan segalanya. Segalanya!

Tapi itulah ujian sejati dari cinta dan kesetiaan. Dan sebagai fans, kami menghadapinya.

Banyak yang meninggalkan. Sebagian beralih dukungan ke klub lain. Sebagian lagi bertahan tapi memilih diam, tak lagi menyebut nama Barcelona dalam percakapan harian. Tapi ada juga yang tetap tinggal. Kami tidak hanya bertahan, tapi juga ikut mendoakan dan menyemangati. Kami memilih percaya ketika orang lain mencibir. Kami memilih tetap mencintai, bahkan ketika cinta itu terasa menyakitkan.

Barcelona yang jatuh ini mengingatkan saya bahwa dalam hidup, kemenangan tidak selalu bisa diraih. Tapi kejatuhan pun bukan akhir dari segalanya. Kita bisa kehilangan segalanya, tapi jika kita masih punya alasan untuk bangkit, maka hidup tetap layak dijalani.

Kini, di era baru bersama Hansi Flick, Barcelona mulai menemukan pijakannya lagi. Mereka belum benar-benar pulih, tapi semangat juangnya kembali terasa. Mungkin bukan gelar yang membuat kami bangga, melainkan mentalitas: keberanian untuk tetap bermain, bahkan dalam keterbatasan.

Dari Barcelona, saya belajar:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun