Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Karyawan Biasa

Pria Juga Boleh Bercerita. Peminat Filsafat, Sastra dan Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Something Behind You Is Not Really The Important Things

22 Februari 2025   08:38 Diperbarui: 7 Maret 2025   23:39 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sebuah pepatah mengatakan seperti ini : "Buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya". Pepatah ini bisa juga dipahami bahwa karakter, sifat, perilaku, perbuatan dan perkataan seseorang cenderung mencerminkan latar belakang keluarganya - ayah, ibu dan didikan yang mereka berikan. 

Singkatnya sesorang terkadang dinilai berdasarkan latar belakang keluarga, didikan dan budaya mereka. Dan ini yang sejauh saya alami sampai saat ini, masih terjadi. Kalau dalam kehidupan masyarakat Manggrai, mungkin Anda pernah dengar perkataan semacam ini " Ai hitu muing eta maid ise situ e" yang artinya bahwa mereka sudah berasal dari keturunan seperti itu sebgai tanggapan apabila meliht perbuatan tercela dari seseorang. 

Namun yang menjadi pertanyaanya adalah, apakah benar selalu seperti itu? Bahwa latar belakang kita adalah menunjukan siapa kita. Kalau latar belakangnya sedemikian rupa, maka karakter, sifat, perbuatan dan perkataan juga tidak jauh - jauh dari apa dan siapa di belakang kita. 

Saya pribadi kalau boleh berpendapat, setuju bahwa memang cenderung benar seperti itu, tapi toh tidak selalu. Dalam kasus tertentu kita harus melihat bahwa ternyata kehidupan itu adalah sesuatu yang dinamis. Ia bergerak, tidak diam di tempat dengan ditemani manja oleh petuah - petuah yang sering dipahami hanya secara harfiah dan dangkal. Pengalaman dan proses pertumbuhan sesorang terkadang melampaui pemikiran dangkal kita dalam memahami "petuah - petuah" yang selalu menggema itu, termasuk salah satu contohnya adalah pepatah di atas.

Anda bisa mengeksplorasi lebih jauh pada konsep, pepatah atau ajaran yang berbeda. Tapi intinya adalah melihat sisi lain dari konsep, pemikiran atau petuah itu dengan pemikiran yang jernih dan dalam, sebisa Anda. Sebelum nantinya Anda bisa berkesimpulan.

Sebagai contoh, sekarang coba bayangkan dan renungkan kembali pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonya" yang sering dipakai untuk menilai serta memberi kesimpulan terhadap seseorang. Bayangkan apabila pohon itu adalah sebuah pohon yang tumbuh di tepian jurang. Di bawahhnya, mengalir sebuah sungai dengan arus yang cukup deras. Bukankah tidak mungkin salah satu atau beberapa buah itu akan terlempar jauh dari pohonya? Gelinding hingga arus sungai membawanya entah kemana.

Jika suatu saat buah itu terdampar di tanah yang kering dan tandus maka tentu buah akan tumbuh bahkan lebih buruk dari induknya. Namun jika ternyata terdampar di tanah yang baik dan subur, besar kemungkinan, kualitas dan pertumbuhannya jauh lebih baik dari pohon induknya, bahkan bisa saja lebih baik dari pohon - pohon lain yang tumbuh kembangnya ada disekitaran pohon induk.

Saya agak kecewa dengan pemikiran dan perilaku orang yang sangat dangkal dalam hal melihat manusia dan kehidupan. Bagaimana bisa mereka mengambil kesimpulan dan menilai seseorang hanya berdasarkan latar belakang orang tersebut bahkan hanya mendengarnya dari orang lain tanpa benar - benar mengetahuinya sendiri.

Memang sih kebenaran itu berdiri diatas segalanya. Tapi kalau membicrakan manusia, menurut saya kebenaran tidak bisa berdiri sendiri. Ada faktor lain yang hanya bisa dipahami oleh orang berkemampuan setara Tuhan.

Apapun latar belakang kita, dari keluarga dengan status mentereng atau bukan, apakah gelar kita sampai Es teler, itu tidak ada maknanya sama sekali ketika pemikiran kita jadi sempit, perbuatan dan perkataan kita tidak mencerminkan background yang serba wah itu. 

Sikap, perbuatan, perkataan dan bagaimana kita memperlakukan orang lain itu adalah diri kita yang sesungguhnya. Bukan siapa di belakang kita, apa gelar yang disandang, pernah belajar dan menyelesaikan studi di kampus mana atau bahakan seberapa melimpah ruah aset yang kita miliki. Kalau memang perilaku, sikap dan perlakuan terhadap orang lain sudah selaras, ya bagus. Tapi kalau malah bertolak belakang dengan background  yang mungkin serba mentereng, sepertinya kita harus mempertanyakan ulang hidup yang kita jalani. Hidup yang tidak diuji, tidak diperiksa, tidak layak dijalani. Begitu kata seorang filsuf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun