Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tunting Menarik Hati Pastor --- Rudolfo Berunding dengan Uleebalang (DKNM 03/15)

12 April 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:42 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13342286751072264884

(1)

Dasarnya Tunting Wulandari gadis yang cerdas --- sedari kecil telah biasa mengolah pikiran. Mendengar berbagai Ajaran Kejawen --- Kejawen yang berisikan filsafat Jawa, Hinduisme, bercampur-campur dengan Islamisme.

 

Kepintarannya berbahasa Belanda memberikan kesempatan padanya untuk membaca buku-buku di Perpustakaan Susteran Ambarawa.

Setelah ia belajar Bahasa Belanda, terutama aksen Belanda totok dan Bavaria, ia mempelajari Sastra dan Budaya Belanda dengan sungguh-sungguh --- biasa ia membaca di perpustakaan dengan bebasnya, berjam-jam.

 

Malam ia mendengarkan ajaran mBok Atun menyangkut budi pekerti, kaprayitnan, babad-babad dan sastra Jawa --- diselingi permainan Damar Kurung --- yang semuanya dilagukan secara Macapat dan Uyon-uyon Karawitan.

 

Dalam berbagai kesempatan Tuntingsangat gemar melanjutkan bacaannya --- mitologi Yunani dan Romawi.

 

Di malam-malam di peraduannya ia selalu tergoda dengan bacaannya yang romantik --- kisah gadis kesepian, Psyche merindukan Sang Jantan, kekasih --- syukur kalau bisa menjadi suami.Indah benar kisah asmara antara Cupido dengan Psyche. Kisah rumit tentang cinta, dendam dan konspirasi.

 

Kisah Ken Arok boleh membuat meriang, saat Ken Arok terpesona melihat Ndaru di pojok paha Ken Dedes --- tetapi kisah itu walaupun romantis, tetapi sarat pendurhakaan, dendam dan tipu daya.Begitu pula, lebih romantiskah percintaan Nawangwulan dengan Jaka Tarub ?“Aku tidak mau bernasib seperti Nawangwulan” --- pikir Tunting Wulandari.

 

Sebagaimana kisah indahnya cinta Jayeng Angkasa dengan Puteri Sang Diah --- Tunting Wulandari tersenyum membayangkan kelak pertemuannya dengan “Sang Kolonel”. Tanpa sadar Tunting melagukan Pupuh Dangdanggula ……………….. “Raja Putra munggah aguling / Kasur sri Sang Dyah rinangkulan/ sruwi angoras reke/ Raja Putra rinangkul/ Sruwi sira angling aris/ Luwir kumbang ngisep sekar/ ingarasan Sang Ayu/ Sang Dyah lesuh nulya nidra//

 

Tunting mendesah menghembuskan nafasnya yang memanas “………….. diciumnya Sang Kekasih, dan Sang Kekasih pun lalu tertidur lunglai …………. “

 

Setelah Tunting Wulandari tersadar, ia puas dengan kisah cinta yang begitu manis dari dua insan yang dimabok berahi --- Sang Raja Putra Jayeng Angkasa, yang teguh berjuang untuk mewujudkan cita-cita mendapatkan obat buat Sang Raja Sangsyan. Obat mujarab dari puncak Gunung Maligya --- I Kemat Kamandalu. Berpadu dengan dendam rindu kekasihnya, yang menantikan …………………

 

Tunting meneruskan bacaannya Kisah Perjuangan Herakles --- besok siang Sang Pastor Kepala, Johannes de Goyer, mengundangnya untuk membahas mitologi Yunani --- pastor ingin membicarakan beberapa pemikiran, dasar-dasar filosofis ketuhanan.Dan Pastor ingin mengukur kecerdasan Tunting Wulandari, ada pesan Jenderal Elberg agar De Goyer memberikan pelajaran filsafat Eropa padanya.

 

(2)

 

Rudolfo Moravia didampingi Asisten Residen Van Stein, melakukan pertemuandengan 8orang Uleebalang dari Aceh, di sebuah Wisma yang disediakan Residen Oostkust, di suatu areal yang sangat asri di tepi Sungai Babura, yang mengalir berliku-liku, yang akhirnya akan bertemu di tempuran dengan Sungai Deli.Memang wisma itu sangat tenang jauh dari pemukiman penduduk --- wisma itu berada termasuk wilayah Padang Bulan. Daerah itu dihuni Puak Suku Melayu dan Suku Karo.

 

“Dari kamu berdelapan, aku tetapkan Encik Tengku menjadi pimpinan --- kamu harus bebaskan daerah Ferlek dari anasir yang bermusuhan dengan pemerintah Hindia Belanda --- Legiun Afrika akan menggunting sejak Sungai Tamiang, terus ke utara --- satu pasukan Legiun juga akan  bergerak dari Takengon terus ke Utara………….. “

 

Delapan Uleebalang yang pro Belanda itu telah mengetahui secara terperinci --- ekspedisi di Pesisir Pantai Timur Sumatra, dan satu ekspedisi lainnya di barat menembus hutan untuk sampai di Sagi XXV Mukim.

 

“Tengku, dalam 2 bulan semua Mbah Raja di Pesisir Pantai Timur harus dibina menjadi praja yang pro pemerintah --- apabila ada pembangkang kerjai, culik dan bunuh, tanpa bekas --- paling tidak diisolir, sampai kedatangan Legiun. Untuk daerah di pesisir barat --- pasukan Tengku Bat, harus membina para Rigaih Keuci --- semua Sagoe dan Sagi harus dikuasai.Nanti di Takengon saya akan mengatur pekerjaan dengan seorang Habib yang mempunyai hubungan di Kutaraja…………………”

 

“Semua Imam, Kepala Krueng, dan Pawang Krueng dipastikan siapa yang ikut pemerintah, siapa yang ikut raja --- bak pepatah Melayu ………..’Kita memilih beras, membuang antahnya.’Artinya Encik-encik harus bekerja cepat --- hasil musti total dalam 3 bulan.Kekuatan pasukan di utara sudah luar biasa --- pasukan Hindustan, Kapitan Cina dan penduduk sudah siap --- tahun 1873 Aceh harus bebas dari anasir

Pemberontak dan pembangkang. Pukulan telak adalah tugas Legiun Afrika. Daerah Aceh harus tunduk dalam pukulan terakhir ini --- kita hanya mengenal hidup atau mati. Cik Tengku dan semua kekuatan kita, juga punya semangat : Hidup atau Mati ya !’

 

“Saya terima kamu orang sampai di sini --- satu keberuntungan. Legiun mencapai kemenangan kamu mendapat pangkat dan tanda jasa dari pemerintah --- setelah kamu masuk dalam ekspedisi ini --- kamu punya nasib hanyamau hidup atau mati.Saya tegas dalam operasi ini”

 

Kedelapan Uleebalang pulang ke Aceh dalam 2 kelompok --- 6 orang menyusuri jalan dari Pangkalan Brandan di Sungai Tamiang terus ke utara, tugas mereka memastikan sebanyak mungkin Mbah Raja memihak Belanda --- sedang yang menuju Blangkejren, Blangpidie terus ke Geumpang.

 

Sementara itu Rudolfo Moravia dengan pengawalan Pasukan Hindustan, didampingi Van Stein meneruskan perjalanan ke Takengon untuk bertemu dengan anasir Habib Al Nizamabad di sana.Takengon akan menjadi Pusat Komando Legiun Afrika, yang akan menggerakkan Ekspedisi Pesisir Timur dan Pesisir Barat Pulau Sumatra.

 

Akhir September Rudolfo Moravia sudah harus berada di Pulau Penang, untuk mulai mengkonsolidasi kontingen Ghana yang akan masuk, kemudian bulan Nopember ia akan menginspeksi seluruh Legiun Afrika di Labuhan-Deli, Desember harus bertolak ke Jawa untuk menginspeksi kontingen Afrika yang dilatih di Purworejo.Saat itu ia akan mengunjungi Karsiyem.

 

Kolonel Rudolfo Moravia belum mengetahui, bahwa Jenderal Elberg akan menghadiahinya dengan gadis Jawa yang cantik dan cerdas --- Tunting Wulandari, yang saat ini sedang di-upgrade di Susteran Ambarawa.

[MWA] (Damar Kurung Nyai Moravia; novel bersambung ke 03/16)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun