Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nyonya Ratri, Buku, dan Kamar Pengantin (Novel 02/24)

17 Desember 2011   13:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:08 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(1)

Simprug, Kebayoran Baru , Jakarta--- kawasan itu baru saja dilanda musim kemarau, dan perubahan musim, konon musim tidak menentu.Di mana-mana di lingkungan pertamanan di sana luruhan daun pepohonan berserakan. Di depan 2 unit rumah Ratri itu, taman sepanjang-panjang jalan. Teduh dengan pohon bunga tanjung dan glodokan kris.

Seperti juga rumah lain --- pepohonan di halaman masing-masing rumah, bermacam=macam sesuai dengan selera penghuninya. Rumah Kebayoran Ratri yang di utara, dijadikan Musium Suami, ada dua pohon bunga kantil merah dan bunga kantil putih di situ --- sebentar lagi akan berbunga mewangi. Dengan baunya yang khas, suasana spiritualitas dan magis. Kavling itu sekarang pintu pagarnya yang besar telah dibuat mati. Menjadi gerumbulan pohon perdu, Stefnot dan Alamanda. Bunga kegemaran Pak Mul almarhum. Ungu dan kuning.

(2)

Saat ini Nyonya Ratri sedang selonjoran di sofa yang dibeli almarhum --- di sana terdapat satu kursi Raffles yang dulunya tempat duduk Pak Mul --- ada kalanya Ratri duduk di suatu kursi antik yang lebih rendah, konon kursi yang digunakan pasangan kolonial Belanda untuk bercinta.Setelah pak Mul impotenRatri senang duduk di situ dan memangku kedua kaki pak Mul.

Di sofa ada dua kresek berisi penuh buku, yang kemarin dibeli Nyonya Ratri di toko buku --- harga obral dan harga fix, mungkin ada belasan buku. Tampak ia segera menyisihkan dua buku tebal, mendekat di sisinya --- yang satu tentang perundang-undangan RI sejak Kemerdekaan sampai jaman reformasi, yang satu lagi tampaknya buku tentang barangantik yang menjadi salah satu kegemaran Ratri.

Biasa buku setelah dibaca tuntas atau secara acak --- akan ditaruh di rak atau lemari buku.Utara di ruang baca itu dibiarkan udara masuk dengan membuka selebar-lebarnya pintu geser.Tetapi Jakarta tampaknya agak mendung.

Pertama-tama masuk telepon Ori, sekretaris pribadinya --- Ori meminta ijin pergi ke Salon, biasa di hari Sabtu Ori pergi memanjakan diri, apabila tidak ada agenda Nyonya Ratri.

“Ori antara jam 15 harus sudah ada di apartemen, ibu akan datang --- akan mengerjai gordynapartemen Mas Markus, jangan lupa beli buah-buahan dan macam-macam jamur --- ibu kepingin sayur bening jamur dengan daun labu, ya.”

Lantas masuk SMS Raminah --- Ratri langsung kontak sahabatnya itu “ Ram, kamu datang tanggal berapa ?” terjadi dialog, dan ada tertawa terkikik-kikik dan kelakar yang menggelitik barangkali.

“Pokoknya Ram, tanggal 30 Desember sudah di Jakarta, jangan terlambat --- dan paling tidak sampai tanggal 4 Januari di Jakarta, setelah acara pernikahan sore boleh kalau kamu mau pulang ke Purwakarta ………..ya, ya “terjadi lagi ketawa-ketawa yang menggoda.

“Ya, setelah pernikahan di Mesjid Sunda Kelapa--- ada acara di situ, kemudian untuk kalangan terbatas bisa ikut kami makan-makan di Bogor ………. Kalangan terbatas saja.Habis itu bye, aku akan berbulan madu !”

Ratri tersenyum manis --- terasa kaget juga ia mengabarkan soal bulan madu, yang sejak awal dialog tadi sudah menjadi kelakar dan ajukan Raminah.Ia tersenyum karena ia cukup lama juga tidak “melakukan senggama” dengan Markus --- sejak Markus melakukan khitan, sembuh --- mereka bertekad puasasampai nanti pernikahan.Mereka hanya melakukan “sentuhan seks ringan sampai berat saja”.

Ratri memang juga harus mempertimbangan desakan kebutuhan kekasihnya yang masih muda itu. Seorang Brondong.

“Ya Max, nanti mama jam-jam 3 ke apartemen --- mau memasang gordyn ………. Tempat tidur antik telah dipasang lengkap ? Nachkaast-nya dua itu memang sengaja dipesan --- apakah ukirannya persis sama ?”

Ratri memang memasang tempat tidur, yang menjadi ranjang pengantin-nya --- tempat tidur ukiran Jepara dengan kayu jati kelas satu dari Mantingan --- konon beberapa komponen tempat tidur itu, bagian dari tempat tidur seorang Janda Kaya, saudagar dan pemilik armada dagang dari Gresik pada Abad XV --- janda kaya yang konon menjadi ibu susu Raden Paku.

“Iya Max, itu janda kaya belakang hari jatuh cinta dengan “anak susunya” --- yang tentunyapemuda belia yang sangat ganteng dan cerdas …………….”Kisah cinta itu sangat merangsang Ratri, kira-kira samalah episode romansa yang dialaminya dengan Markus. Percintaan wanita mateng dengan pria-muda yang mempunyai pengalaman cinta dengan berbagai wanita lansia……………….

Lantas Nyonya Ratri menilpon tukang jahit gordyn --- “Tunggu saya di lobby ya pak, jam 16 tepat sudah di situ ya !”

Memang apartemen Markus di sisi timur dari Tower B --- menjelang senja bias lampu-lampu yang ditempatkan Markus di beberapa titik, sungguh romantis --- karena terjadi beberapa gradasi terang temaram dan, ada pula lampu sorot ke arah lukisan “Burung Parkit yang kaya warna-warni, yang hinggap di ranting pohon aprikot yang sedang berbunga, putih rempuyuk” --- lukisan replika itu oleh Kaisar Hui Tsung, awal Abad XII, Aslinya ada di Musium Boston, Massachusette.

Dari ranjang bisa pula melihat ke arah sisi kiri, ada dinding dengan --- lukisanscroll menggambarkan taman di masa Dinasti Sung --- di taman penuh bebungaan dan unggas-burung-burung dengan beberapa ayam jago berwarna-warni.Gordyn warna semu pink itu kini merona berbagai warna pastel.

Ratri mengerti dia telah membaca gelagat Markus akan mengajak mandi berdua --- tetapi Ratri menyempatkan ke ruang tamu untuk melihat ruang terang bendrang itu dengan warna pink, gordyn yang sangat indah dengan berbagai kedut dan rumbai-rumbai --- ditambatkan pula dengan temali yang berkebat indah, warna senada. Nun di balik vitrase --- permainan titik lampu hotel, tower dan gedung pencakar langityang berlatar gelap.

Ada permainan titik lampu yang melebihi sapuan kuas di kanvas lukisan --- di dinding di belakang sofa yang juga telah diganti Ratri dengan sofa gaya kolonial, dibelinya dari seorang teman kaya di Pondok Indah. Terlihat bayangan lelaki bertelanjang mendekat.Ratri seperti tidak memperdulikan, ia tetap menatap lukisan Bamboos in the Snow, replika lukisan Abad X.

(3)

Seperti tanpa sadar ia telah ditelanjangi Markus, dan kini mereka berpelukan di sofa, prabot baru itu. Mereka melakukanseks berdasarkan ilmu Tantra yang pernah dipelajari Nyonya Ratri.

Sentuhan seks mutual di kamar mandi yang juga telah direnovasi Ratri dengan kolam whirlpool --- menyegarkan tubuh dan jiwa mereka --- di sana ada panel pahatan dengan gaya wayang beber, menggambarkan persetubuhan dengan gaya doggy………………

“Ayo ke apartemen mama --- mama akan memasak sayur bening pucuk labu dengan berbagai jamur, yuk”Apartemen Nyonya Ratri ada di Tower A di sisi Barat --- Ratri sangat berbahagia memandang perubahan warna-warni menjelang senja --- sampai tatkala lampu-lampu menggantikan perpaduan cahaya bintang --- apalagi ditingkah romantisnya temaram rembulan.

Markus melakukan kecupan dangkal di bibir Ratri --- tetapi malah Ratri membalas dengan pagutan dalam sampai mereka terengah-engah. Sementara lamat-lamat masih terdengar suara Selena Jones ………….. Just the Way You are ………….

[MWA] (NyonyaRatri; bersambung Novel 02/25)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun