Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Valentine Kereta Terakhir

12 Februari 2015   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(1)

Ia teringat di malam tahun baru , seharusnya mereka punya kesempatan untuk berciuman, bahkan mungkin lebih … lampu rumah telah gelap semua, mereka berhadapan di ruang keluarga.

Palupi kecewa ucapan selamat tahun baru Syamsul hanya mencium punggung telapak tangannya.

Memang belakangan ini ia merasakan bahwa sepertinya Syamsul selalu terburu-buru dalam pertemuan-pertemuan mereka (apakah ada wanita lain ?)

(2)

Bukan jodoh.

Saat itu umur  Palupi sudah 24 tahun, sudah entah berapa kali berpacaran ketemu putus, ketemu putus. Bulan Mei Palupi sudah benar-benar gentar, gemetar. Bapak-ibu kalap coba berunding dengan adiknya di Kaliwungu …

(Petrus, memang petrus)

(3)

Jodohnya Mei telah ditentukan … Abdul Halim dari Kaliwungu. Palupi dan Halim saling memandang hanya sekali pertemuan.

Pokoknya bagi Palupi ia ingin menyelamatkan Valentina.

Valentina.  (Ia benci pada Petrus --- petrus celaka !)

Malam pertama yang mereka rasakan penuh kekecewaan.  Abdul Halim menyalahkan dirinya.

(Ia menyesal  terlambat kawin --- ia menyesali sikapnya memandang perempuan sama saja. Ia kelamaan di pesantren sehingga umurnya tanpa disadari telah kepala 3 ---  ia kecewa sekali)

(3)

Langkah, rejeki, pertemuan dan maut memang di tangan tuhan. Syamsul telah selamat merantau ke Tebedu di perbatasan Malaysia- Indonesia (temannya Marmo memilih ke Riau Lautan untuk menyeberang ke Malaysia Semenanjung, belakangan ada yang mengabarkan ia lari ke Aceh menjadi petani ganja)

Palupi menyerah, dengan lisan Abdul Halim memberinya talak, dan konon dengan kecewa menuju Sulawesi menjadi guru ngaji  di kampungnya … (Palupi tegar kehamilannya telah berumur  23 minggu)

Ia menantikan Valentina  (ia benci nama Petrus yang disebut-sebut Syamsul ketika pamit akan ke Jawa Timur … Syamsul tidak kembali dan memberi kabar … mungkinkah ia telah dipetruskan ?)

(4)

Desember Valentina lahir … memang Palupi memberi nama bayinya Valentina (Ia membenci Operasi Petrus yang telah menghancurkan hidupnya --- Syamsul melarikan diri dengan Marmo, karena 5 orang anggota  komplotannya dari Sumatera bagian Selatan telah mati dikarungkan operasi petrus).

Janji Syamsul mengawini Palupi tidak terlaksana --- bahkan Palupi hamil ia pun tidak menyadarinya.

(5)

Di perantauan  Syamsul bekerja di perkebunan kelapa sawit, nasibnya tidak bisa berubah ia ingin kembali ke Indonesia … kembali langkahnya ditentukan lain, ia terlibat kasus pembunuhan …

Di Indonesia setiap Februari  Palupi tersadar bahwa di Hari Valentine ia mengorbankan kegadisannya, dan di Hari Valentine terakhir dirayakannya dengan Syamsul … ia akhirnya hamil bermasalah.

(6)

Jauh sebelum memasuki kota Semarang Syamsul telah merasakan betapa kota Semarang sudah berubah, kota menjadi semarak, lebih makmurkah ? (apakah aku akan kembali ke dunia hitam untuk menghidupi diriku ?)

Dulu hanya lampu-lampu di daerah atas, Candi yang tampak berkedip-kedip --- kini kemilau seantero mata memandang.

“Palupi apakah engkau masih di Tugu ?” Syamsul menyeka rambutnya yang kini telah beruban --- ia tidak dapat membayangkan bagaimana rupa Palupi saat ini --- ia berjanji kalaulah Palupi masih bisa dinikahinya … ia akan memulai hidupnya dengan mencari nafkah yang halal. Ia tidak tahu akan mencari informasi ke mana untuk sampai ke Tugu --- berkas langit cerah di ufuk timur, ia mendengarkan panggilan adzan dari Mesjid Agung … “ke sanalah aku berteduh untuk menemukan jalan yang lurus”, kata hatinya.

(7)

Nasib manusia memang telah ditakdirkan masing-masing --- Palupi tidak pernah menyangka ia akan beranak- cucu dalam penantian kedatangan Syamsul. Dalam bersujud ia menangis berdoa agar Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang memberikannya seorang lelaki, teman di masa tuanya … (MWA-2015)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun