Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hamil atau Enggak --- Pokoknya Harus Kawin (BCDP-04/10)

18 Maret 2012   12:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13320764331942441338

 

Mila dan rombongan pembantu telah tiba di rumah mereka di Tomang --- mas Bejo telah berpisah menuju rumah kerabatnya di Kebon Nanas, pamannya yang berdagang daging di Pasar Tebet.

 

Mila berjanji akan menantikan kedatangan mas Bejo hari Jumat untuk sekedar berkenalan dengan ayah dan ibu tirinya --- Mila telah bertekad ia akan mengawini mas Bejo, bulan Mei nanti ia akan berumur 30 tahun, ia sudah cukup tua menantikan jodohnya.

Sebelum tertidur ia tidak ingin mendengarkan musik seperti biasanya --- ia hanya ingin mengkhayalkan kenikmatanyang direguknya dengan seorang lelaki. Ia bersenggama bukan karena nafsu, tetapi naluri keibuan --- ia menginginkan kehamilan.

 

Mila tersenyum, ia terkenang pada Bu Lik yang juga tidak ingin menikah lagi --- tetapi menginginkan bayi dari rahimnya.Malam terakhir di rumah Bu Lik entah jam berapa, mas Bejo menyambangi ---

 

 

 

 

 

 

Mila puas, ia mencapai entah berapa kali orgasme, dia belum mengerti mengapa  lelaki hanya mengalami  sekali  orgasme ---ketika ejakulasi.

 

Tadi selepas sholat Isa ia mengajak Ratna, kakaknya makan baso paling enak di Tanjung Duren.

“Kak Ratna, kita harus berbicara --- apa rencana kakak dalam hidup ?”

Ratna kaget mengapa adiknya berbicara soal rencana hidup --- ia diam saja tidak langsung menanggapi.

“Kak , aku ingin menikah --- apakah kakak masih menantikan calon pilihan ayah ?”. Agak berdebar dada Ratna, karena adiknya menyebut peranan ayah.Tetapi ia diam saja.

“Kak, bulan Mei --- empat bulan lagi aku akan berumur 30 tahun. Aku tidak mau menunggu-nunggu calon dari ayah. Lihat saja kak Rani --- calon orang sekampung, dapatnya Tukang Sate yang enggak maju-maju”

“Karena kegagalan dan nasib kak Rani-lah, maka ayah sangat hati-hati memilihkan jodoh”

Perkawinan ‘kan milik kita --- mengapa tidak bisa menerima pacar pilihan kita, selalu dicacat,pilihan ayah tokh menyedihkan ayah juga --- kak Rani tidak maju-maju, rumah dari kontrak ke kontrak. Seperti kodok di bawah tempurung, tidak bisa menemukan jalan keluar”

“Kau, apa rencana kau --- sudah mendapat pacar lagi ?” Tanya Ratna

“Kak, yang ini bukan pacar --- aku ingin kawin dengannya. Aku akan bersetegang dengan ayah --- enggak apa-apa.Aku ingin berkeluarga pada usia 30 tahunku --- kak Ratna juga harus mencari sendiri.Perempuan umur 30 tahun akan segera layu --- malah katanya hamil itu sehat, paling lambat di usia di bawah 35 tahun”.Ratna memandang adiknya dengan sudut matanya.

 

 

“Besok, pacarku kuperkenalkan pada ayah --- ia kini, mungkin tadi mengurus dagangannya ke Rawabening “.

“Apa kerjanya --- ia berdagang apa, anak mana itu ?”

 

 

“Ia pedagang batu akik dari Magelang --- aku mengenalnya di rumah Bu Lik” . Sekilas berkelebat adeganseks antara bu Lik dengan mas Bejo --- tetapi ia tidak menghiraukannya, ia ingat setelah percintaan yang hangat di Parangkusumo --- dan ia menyerahkan keperawanannya di Parangtritis.Mas Bejo adalah miliknya.

 

Ratna memandang adiknya yang blank sekejap tadi.

 

“Kak Ratna, ayah setuju atau tidak aku akan tetap kawin tahun ini --- kak Ratna juga harus segera memilih lelaki calon suami.”

“Siapa ?”

“Kak Ratna harus memilih suami --- jalin kembali lelaki peminat yang dulu-dulu --- kakak terlalu sibuk di dapur, kakak bukan saja menjadi perawan tua tetapi malah menjadi kucing dapur --- seperti kata almarhum nenek dulu, ketika kita masih kecil.”

 

Ratna diam saja --- ia perempuan normal, tetapi kehidupan mereka yang memaksanya bekerja keras siang malam --- agar rumah tangga ayahnya, di mana mereka bernaung juga menentramkan.

 

“Si Aan Suhanda bagaimana ?”

“Pedagang ikan hias --- janganlah susah itu, orangnya seperti idak berwibawa !”. Mila senang kakaknya telah bereaksi.

“Oh, si Joko Satpam Pasar --- yang dulu mengawani kita menonton kebakaran “.

“Ah, gila kau --- dia sudah kawin, itu kita menonton bakar-bakaran itu tahun 1998 --- ribut-ribut reformasi --- dia sudah kawin”.

“Kakak tidak mau dengan duda ?”

 

Malam ini Mila telpon-telponan dengan mas Bejo --- ia kangen, ingin dipeluk mas Bejo seperti hari-hari setelah pacaran mereka jadian.

 

Bejo datang berkenalan dengan keluarga Mila.“Ayah, ini mas Bejo yang membantu mencarikan 2 pembantu kita yang baru “.

 

Dari cara saling memandang ---bagaimana Mila mengantarkan mas Bejo pamit dan, lama sekali baru kembali --- rupanya mereka makan-makan di mall. Lelaki itu rupanya memang mempunyai niat mengapa ia datang.

 

Telah terpikir oleh Marah Hasan, bahwa anaknya si Mila memang mempunyai sifat yang suka meradang --- ia telah menunjukkan pembangkangan, lari dan bekerja di warung nasi lain di Ciputat, beberapa bulan yang lalu.

 

Malam ketika Mila pulang, ayahnya langsung mengajak bicara, ditemaniibu tirinya.

 

“Itu pacarmu itu orang mana, di mana kau dapat --- apakah kau pikir kalau dia membantu mencari pembantulantas dapat dipercaya --- ia turut ke Jakarta ini apa pula urusannya” Pak Marah Hasan mencoba bicara pelan-pelan.

 

“Ayah, itu mas Bejo orang baik-baik, ia langganan kost-kosan di rumah bu Lik --- ia itu pedagang keliling batu permata. Ke Jakarta ia sambil belanja dan berdagang”

 

Mila mengangkat wajahnya menatap wajah ayahnya

 

“Mila telah memutuskan, ia bakal suami Mila --- ia bukan pacar ayah”

Marah Hasan langsung naik pitam, “ ayah, saya senang padanya “.

“Apa maksudmu --- senang padanya ?Kamu akan kawin dengan orang yang baru dikenal ? Anak bodoh”.

“Ayah, janganlah ayah memaksakan kehendak ayah saja --- ayah belum tentu benar, lihatlah pilihan ayah untuk kak Rani --- apa jadinya ? Kami telah menjadi perawan tua, ayah “.

 

Mereka mulai ribut bertengkar, baik sekali hati bu Hasan, kakak bu Lik.“ayahcoba dengar lebih lanjut --- kata-kata Mila”.

 

Bu Kastiah, ibu tiri Mila, “Mil, itu anak lelaki, siapa namanya ……………kamu kenal di rumah bu Lik, ia sudah biasa tinggal di rumah, lantas ia orang mana ?”

“Orang Magelang bu, saya sudah suka sama dia bu --- ibu harus mengawinkan kami” Mila menangis di pangkuan ibu tirinya. Marah Hasan masih membentak-bentak, Sang ayah tidak mendengarkan ocehan dan tangis Mila. Mila yakin ibu tirinya akan dapat memahami kasusnya.

 

 

Lama Bu Kastiah melakukan pembicaraan dengan Bu Lik --- dari sisi bu Kastiah dia hanya menarik nafas dalam --- mengingat dia mempunyai 2 gadis juga dalam perkawinan dengan Marah Hasan.Ia harus meredakan amarah suaminya --- ia harus mengerti bahwa anak tirinya Ratna dan Mila adalah perempuan dewasa. Sebagai orang tua ia harus turut menyelesaikan masalah mereka.

 

 

[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo; novel bersambung ke 04/11)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun