Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Features (03) Seruling, Facebook, Cinta, dan Sex

13 Februari 2010   08:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat geger --- ada  beberapa  anak ABG menjadi korban penculikan (?), konon semua berasal dari pertemanan jaring sosial, Facebook ( dan semacamnya). Bahkan ada pula yang sudah mahasiswi --- berkembang pula beritanya, jaringan sosial itu menjadi sarana "perselingkuhan".

Internet adalah teknologi yang mempengaruhi Budaya kita. Karena Internet hakekatnya hasil perkembangan Budaya. Manusia menemukan sarana baru di bidang teknologi Informasi dan Komunikasi.  Lebih cepat, lebih leluasa, lebih imajinatif.

Jaman Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih --- waktu itu di negeri ini komunikasi  bisa berupa suling bambu, ikatan rumput dan daun di jalan pacar menuju ke Sungai,  jemuran pakaian, dan macam-macam-lah bunyi atau simbol menjadi alat komunikasi.  Tulisan ini membahas yang ada nuansa Percintaan dan Sex-nya.

Dengan cara komunikasi demikian bisa dilanjutkan kontak lebih dekat. Bertandang di malam hari, ke kolong rumah si Gadis --- dilanjutkan dengan permainan lidi (atau sada, Jawa) di lantai atau di dinding --- yang hilang akal dilanjutkan masuk ke kamar Gadis melalui pintu atau jendela.  Si Gadis kagum pada Jejaka "sang Pemberani"  (seperti adegan film Romeo and Juliette)

Tempat rendez vouz lainnya --- tepian mandi di kali atau sungai.  Jadi, didahului dengan  alat komunikasi, dilanjutkan pertemuan fisik --- selama tidak melanggar hukum adat, itu wajar-wajar saja --- sarana untuk mempertemukan pasangan anak manusia. Tetapi ,   ada pula yang dilanjutkan dengan tindakan melanggar rambu adat : Lari kawin !  (di beberapa suku kita, ada Hukum Adat yang mengatur "kawin lari").

Untuk berselingkuh ada juga sarana-nya (setidaknya pengertian erotisnya ke arah seks) --- pukulan ronda kampung yang menggunakan  batang bambu dibuat berirama (dengan koor seperti jatilan), suara itu berbunyi : wekmu ----wek-ku........wekmu --- wek-ku (maksudnya "punya-mu..........punya-ku.  Seru ya.  Masyarakat di rumah-rumah terangsang, pacar juga tergugah.

Awal tahun 60-an telepon fixed-line masih jarang di perumahan penduduk --- persewaan dan telepon umum pun tidak ada.  Tetapi macam-macam cara pasangan berjanji bertemu, termasuk janji lari kawin.  Penulis tahu dan mengenal salah satu pasangan pelakon kawin lari tahun 196l --- kakak kelas di SMA melarikan gadis SMP (mungkin berumur 14-an juga itu cewek, seperti lakon sekarang).

Saat ini mereka  sudah menjadi kakek-nenek --- dalam episode hidup,  dari bawah sampai menjadi keluarga yang mapan. Beranak cucu, dan anak-anaknya saat ini sudah menjadi keluarga mapan pula.

Mungkin episode kawin lari --- seperti kisah si kakek-nenek tersebut, bisa "L'repite"  dengan sarana komunikasi jaman kini. Internet !   Dan ada norma hukum, Undang-undang Pelindungan Anak-anak.

Sebelum ada Warnet, Laptop atau pun PC --- corak pergaulan remaja kita sudah menjurus ke "bebas"  (maka penangkalnya ; pengendalian "built-in atau pun terencana dirancang").  Sekarang kontak fisik anak-anak remaja itu tidak usah harus terhadap lawan jenis yang berjauhan. Dengan episode lari dari rumah --- menginap di rumah yang permissive, atau hotel ( seperti diberitakan)  Tetapi di Warnet sendiri tempat mereka memadu kasih (semi gejala kos-kos-an, yang meriah dan seksi).

Pengendalian yang built-in sangat  diperlukan untuk anak-anak itu.

Jadi di jaman teknologi apa pun --- memang komunikasi adalah hakekat kebutuhan manusia : penghantar Cinta dan Sex.   Kisahnya bisa selingkuh, boleh pacaran, kawin lari (kalau sekarang anak-anak itu "malah petualangan seks" motifnya. ).  Terbang berdua ke mana ku mau.  Wow !

Pengendalian kita harus meliputi mencegah  penjualan manusia (trafficking), prostitusi, penculikan, dan macam-macam "Cultural Shock"  anak-anak remaja/ABG mencari cinta dan seks . Waspada dan bertindaklah orang tua dan masyarakat !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun