Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dokterku, drg. Rahma

20 Oktober 2011   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:43 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_138347" align="aligncenter" width="400" caption="Kereta Api Indonesia adalah Barang Rongsokan --- karena Para Pemimpin Indonesia pun Kelas Rongsokan --- Segera singkirkan Barang Rongsokan dan Budaya Rongsokan, agar Bangsa Ini bangkit seperti Berlian Berkilauan."][/caption]

Pagi

 

Dua pohon trembesi

Yang barat sarang burung Tekukur dan macam-macam lainnya

Yang timur adalah sarang Burung Betet --- twet twet twet mereka terbang berdua-                         dua

Tadi

Di Comuter-line Bekasi –Kota, aku berdiri berayun-ayun seperti

anak-anak  muda lelaki              perempuan

Aku tidak malu --- mereka pun tidak malu, terkadang bertatap mata setelah lelap dalam desakan

Di Tokyo pun --- manusia semut keluar dari lorong dan tangga sub-way.

Di sini perempuan yang terkantuk-kantuk malam kemarin pulang jam 21.35

Pagi ini ia terlelap dalam buaian kasih yang tertekan, terdesak, terpinggirkan, karena

Hidupnya seperti burung --- mencari patukan ke tengah kota, malam numpang tidur di rumahnya

Pagi ini ia dan mereka semuanya adalah warga yang mengalami tekanan jiwa : tidak pasti

Maka mereka tidak acuh terhadap tenggang rasa --- hidup penuh tekanan tidak pasti

Yang pasti pergi dan kembali.

Burung Betet di halaman Klinik ibu : twet twet twet

Gigi yang sakit itu adalah teman setiaku --- ia telah enam puluh tahun menyertai hidupku

Kini ia akan meninggalkan tugasnya, untuk kembali ke alam fisika --- lebur kembali

Aku sayang, ibu --- ia teman sehidup sematiku

Lama ia bergulat dan bergumul menyokong kehidupan-ku yang penuh kegembiraan,   kegairahan.

“Ia telah tidak mempunyai pasangan” --- katamu; (ia menjadi pengganggu dalam rongga mulutku)

“Pak, apakah ibu masih ada ?” --- masih ada kataku.(aku bangga ia masih ada, ibu --- isteri-ku)

Memang alam diciptakan-Nya --- berada dan kembali kepada-Nya

Kini graham itu akan kembali lebih dahulu --- ia mendahului jasad lain dan roh yang bersemayam.

Melewati pohon Trembesi dengan meriahnya kicau burung dan twet-twet-twet si Burung Betet.

Kembali melangkah, meniti jembatan penyeberangan. Membeli karcis tujuan pulang.

Aku tidak peduli gerbong ini afkiran Jepang.Memang bangsa ini adalah Bangsa yang miskin

Membeli barang loakan dengan harga penipuan pula --- syukur barangnya mulus

Tetapi tetap barang rongsokan untuk Rakyat Rongsokan.

Mungkin tahan mulusnya setahun ini setelah itu barang rombengan untuk orang pinggiran.

Di sana mulus, masih ada tulisan Kanji dengan kartoon :

Perempuan buncit ibu hamil

Orang ber-kursi roda yang ………(tidak bisa naik kalau di stasiun Indonesia)

Orang Jompo dengan tongkat bertubuh seperti toge……(di sini tidak ada, semuanya telah terkunci diperbaringan, karena miskin dan papa).Oh.

Indonesia membeli barang rongsokan --- karena ia memang Bangsa Miskin dan Berbudaya Rongsokan.

Di bangku rongsok di Stasiun Gambir --- besi vernikel itu telah rongsok dan rontok

Ada Monas

Ada Istana Merdeka --- masihkah kalian Merdeka ?

Di bangku vernikel reyot Stasiun Gambir, aku terkenang, seorang sahabat

Perempuan cantik

Yang Ibu

Seperti juga ibu-ibu yang lain --- budayanya, melayani dan membesarkan hati

Ibu

Ketika kau buka masker di wajahmu --- benar, benar-benar engkau cantik

Kapan pun engkau akan tetap cantik, karena hatimu cantik

Kapan pun engkau akan terlihat cantik, karena gigimu pun seluruhnya cantik.

Twet-Twet-Twet si Burung Betet (dengarkanlah dari Klinik-mu itu)

[MWA] ( 2010 Puisi – 17)

*)Foto ex Internet

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun