Mohon tunggu...
Muzakki Akbar H
Muzakki Akbar H Mohon Tunggu... 24107030139

Kopi dulu, mikir belakangan. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Warung Makan Balap Ardhi Pinggir Rel, Rasa Pedes dari Tangan Klaten

11 Juni 2025   02:32 Diperbarui: 11 Juni 2025   02:33 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Makan Balap Ardhi berdiri tepat di samping rel kereta kawasan Sapen, Demangan, Yogyakarta. (Dokumentasi Original)


Adaptasi teknologi ini menjadi langkah penting bagi kelangsungan usaha kecil seperti warung Bu Ardhi. Meskipun sederhana, pendekatan digital mampu memperluas jangkauan dan menjaga loyalitas pelanggan.

Lebih dari Sekadar Tempat Makan
Apa yang membuat orang terus kembali ke Warung Ardhi bukan cuma soal rasa atau harga. Bu Ardhi dikenal hangat, ramah, dan memperlakukan pelanggan seperti keluarga sendiri. Ia hafal pesanan langganan, tahu siapa yang suka tambah sambal, dan bahkan memberi makan gratis kepada pelanggan yang sedang kesulitan.

Warung kecil ini pun menjadi semacam ruang sosial. Bukan sekadar tempat makan, tapi juga tempat bertemu, mengobrol, dan berbagi cerita.

Catatan untuk Mahasiswa dan Anak Muda
Kisah Ibu Ardhi memberi inspirasi, terutama bagi kita anak muda yang kadang ragu memulai sesuatu karena takut gagal. Ia menunjukkan bahwa eksperimen dan keberanian mencoba bisa membuka peluang tak terduga. Meskipun ia tidak punya latar belakang pendidikan tinggi, kemauan belajarnya justru membawa usaha kecilnya bertahan di tengah tantangan zaman.

Saya dengan Ibu Ardhi di Warung Makan Balap Ardhi, 7 Juni 2025. Lokasi: Jl. Bimasakti, Demangan, Yogyakarta. (Dokumentasi Pribadi)
Saya dengan Ibu Ardhi di Warung Makan Balap Ardhi, 7 Juni 2025. Lokasi: Jl. Bimasakti, Demangan, Yogyakarta. (Dokumentasi Pribadi)
UMKM, Ketulusan, dan Cita Rasa
Kisah Warung Makan Ardhi adalah contoh nyata bagaimana UMKM bisa tumbuh dari ide kecil dan ketekunan. Dengan rasa ingin tahu dan semangat belajar, Ibu Ardhi yang tidak punya latar belakang kuliner formal justru berhasil menciptakan menu khas yang dicintai banyak orang.

Dari perempuan Klaten, lahir nasi balap gaya Lombok yang tak hanya menawarkan rasa, tapi juga cerita. Di pinggir rel yang berisik dan sempit, Bu Ardhi membangun ruang makan penuh kehangatan dan solidaritas. Warung ini mengingatkan kita bahwa UMKM bukan sekadar urusan untung-rugi, tapi soal menghadirkan nilai dan rasa kemanusiaan di tengah masyarakat.
Kisah Warung Makan Ardhi adalah contoh nyata bagaimana UMKM bisa tumbuh dari ide kecil dan ketekunan. Dengan rasa ingin tahu dan semangat belajar, Ibu Ardhi yang tidak punya latar belakang kuliner formal justru berhasil menciptakan menu khas yang dicintai banyak orang.

Dari perempuan Klaten, lahir nasi balap gaya Lombok yang tak hanya menawarkan rasa, tapi juga cerita. Di pinggir rel yang berisik dan sempit, Bu Ardhi membangun ruang makan penuh kehangatan dan solidaritas. Warung ini mengingatkan kita bahwa UMKM bukan sekadar urusan untung-rugi, tapi soal menghadirkan nilai dan rasa kemanusiaan di tengah masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun