Mohon tunggu...
Muzakki Akbar H
Muzakki Akbar H Mohon Tunggu... 24107030139

Kopi dulu, mikir belakangan. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Tidur Kita Berkuliatas Lebih Penting Dari yang Kita Kira?

8 Juni 2025   05:12 Diperbarui: 8 Juni 2025   05:12 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saat manusia tertidur (Sumber: new.yesdok.com)

Dalam kehidupan modern yang penuh hiruk-pikuk, tidur sering kali menjadi bagian dari rutinitas yang dikorbankan. Aktivitas yang padat, tekanan pekerjaan, serta terpaan layar gawai hingga larut malam telah menggeser posisi tidur dari kebutuhan primer menjadi sekadar pelengkap harian. Padahal, tidur bukan hanya sekadar istirahat. Ia adalah fondasi penting bagi kesehatan fisik, mental, dan emosional manusia. Kurangnya pemahaman akan arti penting tidur berkualitas telah membawa banyak orang pada kondisi kesehatan yang memburuk, perlahan namun pasti.

Tidur: Lebih dari Sekadar Melepas Lelah
Tidur adalah proses biologis yang kompleks, melibatkan berbagai fase seperti tidur ringan, tidur dalam, dan tidur REM (Rapid Eye Movement). Masing-masing tahap memiliki fungsi spesifik bagi tubuh dan otak. Saat tidur dalam, misalnya, tubuh memperbaiki sel-sel yang rusak dan memperkuat sistem kekebalan. Sementara itu, tahap REM membantu otak memproses informasi, menyusun ingatan, dan mengatur emosi.

Dengan kata lain, tidur adalah waktu di mana tubuh bekerja memperbaiki dirinya sendiri sebuah proses pemulihan alami yang tidak dapat digantikan oleh aktivitas lain, betapapun menyehatkannya.

Konsekuensi dari Tidur yang Buruk
Kurangnya tidur berkualitas berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan. Secara fisik, seseorang yang tidur kurang dari enam jam per malam berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, obesitas, dan tekanan darah tinggi. Bahkan, penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa defisit tidur yang berlangsung terus-menerus dapat memperpendek harapan hidup.

Secara mental dan emosional, tidur yang tidak cukup menyebabkan gangguan konsentrasi, penurunan produktivitas, serta meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Tak jarang, individu yang mengalami insomnia kronis melaporkan penurunan kualitas hidup secara signifikan. Tidur yang terganggu juga berkaitan erat dengan ledakan emosi yang tidak terkendali, kesulitan mengambil keputusan, dan bahkan risiko kecelakaan kerja atau lalu lintas.

Mengapa Kita Meremehkannya?
Salah satu penyebab utama di balik sikap abai terhadap pentingnya tidur adalah glorifikasi gaya hidup sibuk. Dalam budaya yang mengagungkan produktivitas tanpa henti, tidur kerap dianggap sebagai bentuk kemalasan atau pemborosan waktu. Ungkapan seperti "tidur nanti saja setelah sukses" atau "tidur empat jam cukup asalkan mimpi besar" menjadi narasi yang menyesatkan.

Padahal, banyak tokoh dunia yang mengakui bahwa kesuksesan mereka justru ditopang oleh pola tidur yang sehat. Jeff Bezos, misalnya, dikenal menjaga tidurnya tetap 8 jam per malam agar bisa mengambil keputusan dengan jernih. Hal ini menunjukkan bahwa istirahat bukanlah penghambat kesuksesan, melainkan bagian penting dari strategi jangka panjang.

Membangun Kebiasaan Tidur Berkualitas
Tidur berkualitas bukan hanya tentang lamanya waktu tidur, tetapi juga seberapa dalam dan nyenyak tidur tersebut. Berikut beberapa langkah sederhana namun efektif untuk meningkatkan kualitas tidur:

Tentukan Jadwal Tidur yang Konsisten
Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis internal yang mengontrol kapan kita merasa mengantuk atau terjaga.


Ciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman
Kamar tidur sebaiknya gelap, sejuk, dan tenang. Hindari cahaya biru dari ponsel atau televisi setidaknya satu jam sebelum tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun