Mohon tunggu...
Muzakki Akbar H
Muzakki Akbar H Mohon Tunggu... 24107030139

Kopi dulu, mikir belakangan. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Money

Jika Hidup Adalah Marathon, Maka Dana Pensiun Adalah Air Minumnya

5 Juni 2025   13:10 Diperbarui: 5 Juni 2025   13:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepasang lansia tersenyum bahagia sambil menikmati waktu luang bersama di rumah (Sumber: www.manulife.co.id)

Bayangkan hidup seperti sebuah maraton: panjang, melelahkan, penuh tikungan, tanjakan, bahkan sesekali badai. Seorang pelari maraton tidak berlari dengan kecepatan tertinggi di awal, karena ia tahu bahwa perjalanan ini menuntut napas panjang dan strategi. Di sepanjang lintasan, pelari butuh air bukan ketika haus saja, tapi agar tetap bertahan, terhidrasi, dan tidak tumbang sebelum garis akhir. Dalam hidup, air itu bernama dana pensiun.

Sayangnya, banyak dari kita, terutama yang masih muda, berlari kencang tanpa menyiapkan air minum. Kita sibuk mengejar pencapaian, menikmati gaji pertama, gonta-ganti gadget, traveling ke sana kemari, tanpa menyadari bahwa ada masa depan yang pelan-pelan mendekat: masa tua.

Mengapa Masa Tua Perlu Disiapkan dari Sekarang?

Sebagian orang berpikir, "Aku masih muda, pensiun itu urusan nanti." Tapi justru karena masih muda, kamu punya aset terbesar dalam investasi: waktu. Dana pensiun bukan tentang siapa yang paling banyak menabung, tapi siapa yang lebih awal memulai.

Jika kamu menabung Rp500.000 per bulan mulai usia 25, dengan rata-rata imbal hasil 10% per tahun, maka di usia 55 kamu bisa memiliki lebih dari Rp1,1 miliar. Tapi jika kamu baru mulai menabung jumlah yang sama di usia 35, nilainya hanya separuhnya. Itulah kekuatan bunga majemuk, di mana uangmu tumbuh dari waktu ke waktu seperti pohon yang berbuah terus.

Dana pensiun bukan hanya untuk membeli kenyamanan di masa depan. Ia adalah jaminan martabat, agar kamu tidak bergantung pada anak, keluarga, atau bahkan negara, di masa ketika tenaga sudah tak sekuat dulu.

Ketika Energi Tak Lagi Sama, Apakah Kita Siap?

Saat muda, kita merasa tak terkalahkan. Bisa bekerja 10 jam sehari, lembur tanpa mengeluh, menyambut tantangan dengan semangat. Tapi tubuh manusia punya batas. Akan tiba masa ketika bangun pagi menjadi lebih sulit, penglihatan mulai buram, tulang terasa kaku, dan pasar tenaga kerja tak lagi berpihak pada mereka yang berumur.

Apa yang terjadi jika di masa itu kita tak memiliki cadangan keuangan yang cukup? Data menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Indonesia masih harus bekerja di usia senja karena kebutuhan ekonomi. Banyak yang bekerja bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Apakah itu gambaran masa tua yang kita inginkan?

Dana pensiun memberikan kita pilihan. Pilihan untuk tetap bekerja karena suka, bukan karena butuh. Pilihan untuk menikmati hari tua tanpa cemas. Dan yang paling penting, pilihan untuk hidup dengan harga diri yang utuh.

Membangun Dana Pensiun: Bukan Sekadar Menabung

Membicarakan dana pensiun tidak bisa dilepaskan dari kesadaran finansial. Banyak anak muda hari ini terjebak dalam gaya hidup konsumtif: ngopi kekinian, cicilan gadget, atau FOMO liburan. Padahal, sedikit saja dari pengeluaran itu bisa dialihkan untuk investasi jangka panjang.

Ilustrasi Nabung dana pensiun dari sekarang, biar nanti tua tinggal nikmatin hidup tanpa pusing mikirin uang (Sumber: www.treasury.id)
Ilustrasi Nabung dana pensiun dari sekarang, biar nanti tua tinggal nikmatin hidup tanpa pusing mikirin uang (Sumber: www.treasury.id)
Langkah membangun dana pensiun bisa dimulai dari:

Menentukan target usia pensiun idealnya 55--60 tahun.
Menghitung kebutuhan dana pensiun termasuk biaya hidup, kesehatan, dan gaya hidup.
Membuka instrumen pensiun seperti DPLK, BPJS TK, reksa dana pensiun, atau investasi jangka panjang lainnya.
Konsistensi sisihkan minimal 10% dari penghasilan setiap bulan khusus untuk dana pensiun.
Semakin dini kamu mulai, semakin kecil jumlah yang perlu disisihkan, dan semakin besar hasilnya.

Investasi Terbaik: Merdeka di Masa Tua

Kebebasan sejati bukan saat kita bisa membeli barang mewah, tapi saat kita tidak perlu khawatir akan hari esok. Dana pensiun adalah bentuk kemandirian finansial, bukti bahwa kita mencintai diri sendiri bukan hanya hari ini, tapi juga puluhan tahun ke depan.

Kamu mungkin belum bisa merasakan manfaatnya sekarang. Tapi percayalah, seperti air dalam maraton, dana pensiun akan menjadi penolong saat tubuh lelah, semangat mulai redup, dan dunia tidak lagi memanggil namamu dengan antusiasme yang sama.

Penutup: Tentang Menang, Bukan Cepat

Dalam maraton kehidupan, bukan siapa yang paling cepat yang menang, tetapi siapa yang mampu bertahan sampai akhir. Menyiapkan dana pensiun bukan tanda bahwa kamu lemah, penakut, atau terlalu serius dalam hidup. Justru sebaliknya: itu adalah tanda bahwa kamu berani menghadapi kenyataan, bertanggung jawab atas masa depan, dan ingin hidup dengan penuh kesadaran.

Kita semua akan sampai di ujung jalan ini. Pertanyaannya, apakah kita akan tiba dengan nafas terengah dan kelelahan, atau dengan langkah tenang, senyum lebar, dan bekal cukup di tangan?

Karena hidup memang sebuah maraton panjang, dan air minumnya... sudahkah kamu siapkan?

Jika kamu ingin, saya juga bisa bantu buatkan teaser pendek 150 huruf dan daftar hashtag yang relevan agar artikel ini lebih mudah masuk radar editor Kompasiana. Ingin dilanjutkan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun