Mohon tunggu...
Muzakki Akbar H
Muzakki Akbar H Mohon Tunggu... 24107030139

Kopi dulu, mikir belakangan. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Money

Jika Hidup Adalah Marathon, Maka Dana Pensiun Adalah Air Minumnya

5 Juni 2025   13:10 Diperbarui: 5 Juni 2025   13:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepasang lansia tersenyum bahagia sambil menikmati waktu luang bersama di rumah (Sumber: www.manulife.co.id)

Bayangkan hidup seperti sebuah maraton: panjang, melelahkan, penuh tikungan, tanjakan, bahkan sesekali badai. Seorang pelari maraton tidak berlari dengan kecepatan tertinggi di awal, karena ia tahu bahwa perjalanan ini menuntut napas panjang dan strategi. Di sepanjang lintasan, pelari butuh air bukan ketika haus saja, tapi agar tetap bertahan, terhidrasi, dan tidak tumbang sebelum garis akhir. Dalam hidup, air itu bernama dana pensiun.

Sayangnya, banyak dari kita, terutama yang masih muda, berlari kencang tanpa menyiapkan air minum. Kita sibuk mengejar pencapaian, menikmati gaji pertama, gonta-ganti gadget, traveling ke sana kemari, tanpa menyadari bahwa ada masa depan yang pelan-pelan mendekat: masa tua.

Mengapa Masa Tua Perlu Disiapkan dari Sekarang?

Sebagian orang berpikir, "Aku masih muda, pensiun itu urusan nanti." Tapi justru karena masih muda, kamu punya aset terbesar dalam investasi: waktu. Dana pensiun bukan tentang siapa yang paling banyak menabung, tapi siapa yang lebih awal memulai.

Jika kamu menabung Rp500.000 per bulan mulai usia 25, dengan rata-rata imbal hasil 10% per tahun, maka di usia 55 kamu bisa memiliki lebih dari Rp1,1 miliar. Tapi jika kamu baru mulai menabung jumlah yang sama di usia 35, nilainya hanya separuhnya. Itulah kekuatan bunga majemuk, di mana uangmu tumbuh dari waktu ke waktu seperti pohon yang berbuah terus.

Dana pensiun bukan hanya untuk membeli kenyamanan di masa depan. Ia adalah jaminan martabat, agar kamu tidak bergantung pada anak, keluarga, atau bahkan negara, di masa ketika tenaga sudah tak sekuat dulu.

Ketika Energi Tak Lagi Sama, Apakah Kita Siap?

Saat muda, kita merasa tak terkalahkan. Bisa bekerja 10 jam sehari, lembur tanpa mengeluh, menyambut tantangan dengan semangat. Tapi tubuh manusia punya batas. Akan tiba masa ketika bangun pagi menjadi lebih sulit, penglihatan mulai buram, tulang terasa kaku, dan pasar tenaga kerja tak lagi berpihak pada mereka yang berumur.

Apa yang terjadi jika di masa itu kita tak memiliki cadangan keuangan yang cukup? Data menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Indonesia masih harus bekerja di usia senja karena kebutuhan ekonomi. Banyak yang bekerja bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Apakah itu gambaran masa tua yang kita inginkan?

Dana pensiun memberikan kita pilihan. Pilihan untuk tetap bekerja karena suka, bukan karena butuh. Pilihan untuk menikmati hari tua tanpa cemas. Dan yang paling penting, pilihan untuk hidup dengan harga diri yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun