Mohon tunggu...
Mutia Siddiqa Muhsin
Mutia Siddiqa Muhsin Mohon Tunggu... Manusia pembelajar,, yang berupaya mencari Ridha-Nya

Berupaya, setiap tulisan yang dihasilkan, mengandung makna dalam, yang dapat bermanfaat bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perampasan Kebebasan Berkeyakinan di Hari Ied

6 Juni 2025   15:36 Diperbarui: 6 Juni 2025   15:36 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Penanganan Hadir di Masjid Istiqamah, Banjar

Sore itu, 5 Juni 2025, saat Adzan Ashar berkumandang di wilayah Kota Banjar. Ada yang berbeda di area Masjid Istiqamah Jemaat Ahmadiyah Kota Banjar. Alih-alih kami melaksanakan Shalat Ashar berjamaah, tetiba kami kedatangan tamu dari tim penanganan Jemaat Ahmadiyah Banjar. Tanpa konfirmasi, bahkan pemberitahuan sebelumnya mereka datang. Dalam hati dan fikiran bertanya-tanya, ada apa? Bukankah hari ini umat muslim tengah sibuk mempersiapkan Idul adha esok hari? Terbesit dalam fikir, mungkin sekadar silaturahmi menyambut Idul Adha. Namun, seketika lamunan hilang sirna begitu saja, ketika tamu yang hadir kian bertambah dan bertambah, begitu banyak, hingga sekitar 30 orang. Mereka berpakaian begitu rapi bahkan beberapa ada yang masih mengenakan seragamnya.

Baik, sore itu kami berupaya menjadi pendengar yang baik. Mencoba "mencerna" maksud dari kedatangan mereka. Perlahan kami mulai menyadari siapa saja mereka. Pak Kepala Kemenag, Pak Camat, Pak Lurah, wartawan, intel-intel, Satpol Pamong Praja, Polisi, bahkan TNI. Tak lama, kami pun mulai memahami maksud kedatangan mereka. Tenyata bukan sekedar silaturahmi. Bahkan terlalu jauh jika berfikir menyambut Idul Adha esok hari. Ada "niatan" tersendiri dari kedatangan mereka. Pak Kepala Kemenag, selaku Ketua Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah Banjar dengan lembut berkata namun mengandung banyak arti, menyampaikan, akan mengembalikan Jemaat Ahmadiyah Banjar ke status quo sebagaimana tahun 2011 lalu, merujuk kepada Perwal Kota Banjar dan SKB terkait Ahmadiyah.

Mereka terlihat begitu berpendidikan, bahkan terdidik baik dari segi hukum maupun agama. Hingga kami yang awam ini, meminta arahan kepada mereka seperti apa status quo yang harus dilaksanakan. Pada akhirnya Pak Camat berkenan membacakan isi dari Perwal dan SKB yang menjadi rujukan mereka. Dan, ketika dicerna lebih dalam, tak ada 1 pun point yang kami langgar. Bahkan penyegelan pada tahun 2011 silam, dilakukan pada Masjid Istiqomah, bukan area sekitar Masjid kami. Namun mereka bersikukuh pada keputusan mereka yang katanya telah dirapatkan oleh tim mereka. Berdalih atas nama menjalankan tugas, mereka terus "menyudutkan" kami, tanpa sedikit pun mereka sadari, begitu banyak kebebasan beragama hingga berkeyakinan kami yang direnggut oleh mereka.

Sejauh ini, ketika sebelumnya mereka meminta kami menghentikan renovasi Masjid kami yang notabenenya untuk tempat kami beribadah dan bersujud kepada Allah Ta'ala, meski dengan berat hati, kami menaatinya. Namun, mengapa kami terus disudutkan? Hingga sore itu, kami berupaya untuk bertahan sekuat tenaga. Mempertahankan apa yang menjadi hak kami dalam beragama dan berkeyakinan. Entah berapa banyak kata yang terucap. Kami terus berupaya mencoba menyentuh hati mereka, berharap mereka dapat bertindak berlandaskan hati nurani, bukan sekadar tugas maupun ambisi. Namun apa daya, sesederhana apapun harapan anggota Ahmadiyah, begitu sulit untuk menjadi nyata, dihadapkan dengan kebijakan sepihak mereka.

Kiranya kami hanya sekelompok atau bahkan segelintir orang yang dipandang sebelah mata. Yang tak cukup mumpuni baik dibidang hukum maupun agama. Namun, kami berupaya keras meyakinkan mereka, kami hanya ingin beribabadah dengan tenang kepada-Nya. Kami hanya ingin Shalat berjamaah, mengaji, atau bahkan mengkaji bagaimana kami berupaya mendekatkan diri kehadirat Ilahi. Sesulit itu kah kami memperjuangakan hak-hak kami? Bahkan untuk sekadar beribadah bersama menyanjung kebesaran Allah Ta'ala?

Terpampang jelas nanarnya mata para anggota Ahmadiyah, wajah letih menghadapi intimidasi yang tiada henti. Entah berapa banyak kata yang tak mampu terucap, jeritan hati yang tak nampak, atau bahkan tangisan yang tersembunyi dalam balutan do'a. Sejatinya semua itu, tak menyentuh hati mereka. Sebaliknya, para aparat yang seharusnya ada di tengah-tengah warganya untuk melindung dan mengayomi, justru menyudutkan bahkan merampas hak-hak beragama dan berkeyakinan.

Meski sore itu tak ada keputusan, pada hari selasa nanti mereka sudah menjanjikan keputusan untuk menghentikan segala aktifitas anggota Jemaat Ahmadiyah Banjar. Meski masih ambigu, kata "sterilisasi" begitu menyayat hati. Penghentian kegiatan beribadah di Masjid kami, bahkan di rumah kami. Inikah cara yang humanis yang mereka janjikan? Memanusiakan manusia dengan melarang manusia melaksanakan dirumahnya sendiri dalam menjalin hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya? MasyaAllah, Astagfirullah, entah berapa banyak kalimat thayibah yang tak sengaja terucap, disaat sesama umat muslim, atau sesama anak bangsa, secara sadar menyudutkan, membatasi, hingga merampas hak-hak beribadah kami.

Kepada siapakah kami harus mengadu? Adakah hati nurani diantara mereka yang masih dapat merasakan perihnya ini? Mungkin ini letak titik kesalahannya. Sehebat apapun manusia, semumpuni apapun pendidikan dan ilmu agamanya, atau bahkan setinggi apapun jabatan, sejatinya mereka hanyalah manusia. Ya, manusia yang tak cukup layak dijadikan sebagai pegangan atau tempat berharap dalam kehidupan.

Seberat apapun badai ujian yang menerpa saat ini, sehebat apapun ujian yang mau tidak mau menanti untuk dihadapi, dan ditengah-tengah psikis dan mental yang tanpa disadari cukup terluka dan terbebani. Sejatinya masih tersisa 1 hal yang dapat menguatkan. Dalam do'a kami, dalam sujud kami, kami hanya meminta, Allah Ta'ala Sang Pemilik Langit dan Bumi, berkenan menyertai kami, memberikan kami hasil yang terbaik atas do'a, upaya, hingga air mata yang sudah terkuras.

Kiranya kami tak cukup mampu untuk berdiri hingga saat ini, tanpa pertolongan-Nya. Dan ujian yang menanti kami nanti, sejatinya Allah Ta'ala yang memampukan kami untuk menghadapi. Sehebat apapun rencana yang mereka siapkan, sejatinya kami begitu meyakini, Allah Ta'ala senantiasa memberikan perlindungan kepada hamba-Nya yang senantiasa memperjuangkan hak untuk beribadah kepada-Nya. La tahzan inallaha ma 'ana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun