Mohon tunggu...
Mutiara Zanira Putri
Mutiara Zanira Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya suka membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dilema Suksesi Toko Kaca Mawar: Antara Keinginan Pendiri dan Persiapan Penerus

29 Maret 2024   23:11 Diperbarui: 1 April 2024   12:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Studi yang dilakukan oleh Harman Iwanto dan Sesilya Kempa bertajuk "Perencanaan Suksesi pada Perusahaan Keluarga: Toko Kaca Mawar" mengulas strategi perencanaan suksesi yang diterapkan oleh sebuah usaha kecil menengah yang merupakan bisnis keluarga. Toko Kaca Mawar, yang berfokus pada penjualan berbagai jenis kaca dan bingkai foto, didirikan oleh Iwan Wahyu pada tahun 1975. Saat ini, bisnis tersebut beroperasi di jalan Diponegoro No. 62, Pasuruan.

Iwan Wahyu memiliki tiga orang anak, yaitu Cynthia Pratiwi Iwanto, Indra Iwanto, dan Harman Iwanto. Dalam rencana suksesi, Iwan telah menetapkan bahwa anak keduanya, yaitu Indra, akan menjadi penggantinya. Indra telah terlibat dalam manajemen Toko Kaca Mawar sejak tahun 2018 setelah menyelesaikan studinya di Bali. Oleh karena itu, saat ini Indra telah memiliki kompetensi yang cukup untuk memimpin toko tersebut. Tindakan pendiri yang melibatkan anggota keluarga, termasuk putranya, untuk mengembangkan dan menjadi penerus bisnis sesuai dengan pendapat Heryjanto (2016) yang menyatakan bahwa "Warisan keluarga yang sayang jika tidak diteruskan".

        Sebagai pemilik bisnis, Iwan Wahyu telah menyadari pentingnya suksesi kepemimpinan dan telah menyatakan keinginannya untuk pensiun. Namun, meskipun telah menyatakan keinginannya untuk pensiun, Iwan Wahyu tampaknya belum memikirkan secara konkrit mengenai masa depan perusahaan. Tindakannya terlihat lebih sebagai impian karena belum melakukan langkah awal yang krusial, yaitu tahap "Courtship". Tahap ini merupakan tahap permulaan dalam siklus hidup perusahaan dimana pendiri mengkomunikasikan gagasannya mengenai perencanaan suksesi dan arah perusahaan setelah pemiliknya pensiun. Hal ini dapat disimpulkan melalui hasil wawancara yang menunjukkan bahwa langkah-langkah konkret untuk perencanaan suksesi masih belum dilakukan oleh pemilik.

        Pertama, pemilik tidak pernah mengadakan pembicaraan mengenai suksesi kepemimpinan atau transisi kepemimpinan dengan calon penggantinya. Ini disebabkan oleh ketidakrelaan pemimpin untuk melepaskan posisinya. Fenomena ini sesuai dengan proses perencanaan suksesi yang diuraikan oleh Michel dan Kammerlander, yang mengidentifikasi empat tahap, yaitu trigger, preparation, selection, dan training. Dalam konteks fenomena yang diamati pada penelitian, pemimpin saat ini belum melakukan tahap trigger sebagai tahap awal dalam proses perencanaan suksesi.

Kedua, pemilik berencana untuk pensiun tanpa menentukan batasan usia kapan ia akan melakukannya. Dengan semakin lama pemilik menunda pensiun, maka usia suksesor yang akan mengambil alih kepemimpinan akan semakin bertambah. Penundaan pergantian kepemimpinan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan sebuah fenomena yang dikenal sebagai "Prince Charles Syndrome", di mana suksesor berada dalam posisi menunggu untuk mengambil alih. Istilah ini merujuk pada pengalaman Pangeran Charles di Kerajaan Inggris, di mana Ratu Elizabeth, yang pada usia 84 tahun, belum bersedia menyerahkan tanggung jawabnya meskipun Pangeran Charles telah mencapai usia 60 tahun. Jika situasi ini terus berlanjut, akan berisiko mengurangi semangat dan dedikasi calon suksesor.

        Ketiga, hingga saat ini, pemilik belum memperkenalkan Indra pada aspek penting seperti proses pengisian ulang stok barang. Mengingat pemilik sudah berusia lebih dari 60 tahun, seharusnya tidak ada alasan untuk menunda pengajaran terhadap suksesor mengenai seluruh aspek bisnis. Keterlambatan ini menyebabkan bisnis belum mencapai tujuan dalam (psychological goals), karena pemimpin belum sepenuhnya berkomitmen untuk mengembangkan keterampilan suksesor.

Dari situasi tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun pemilik berniat untuk pensiun, namun proses suksesi akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun