Mohon tunggu...
MUTIARA VENUS A.P
MUTIARA VENUS A.P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urban Poverty Apakah dari Ekonomi Saja?

12 Oktober 2022   21:42 Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:55 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari pemerintah sendiri juga sudah mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan setiap tahunnya, namun tingkat dari kemiskinan di Indonesia tidak kunjung menampilkan penurunan yang signifikan. Meskipun secara kuantitas yang tercatat pada BPS menunjukkan angka penurunan, tapi pada realita lapangan belum tampak perubahan kualitatifnya, malahan kalau dilihat semakin memprihatikan saja kondisi tiap tahunnya.

Di jember, tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa selama periode 2020-2021 jumlah penduduk miskin Kabupaten Jember meningkat sebanyak lebih dari 9 ribu jiwa. Yang pada Maret 2020 tercatat 247,99 ribu jiwa tergolong dalam kategori miskin atau penduduk dengan pengeluaran kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. 

Sedangkan di Maret 2021 jumlahnya meningkat sebanyak 3,67 persen atau jadi 257,09 ribu jiwa. Memang dalam koridor ini, jumlah urban poverty ini dipengaruhi oleh pandemi covid yang belum tuntas saat itu.

Dari sekelompok penduduk miskin tersebut, maka terciptalah adanya Kawasan miskin. Kawasan miskin itu memiliki ciri-ciri berikut :

  • Pendidikan yang rendah. Rendahnya indeks pendidikan  kemungkinan disebabkan oleh dua hal. Pertama, biaya pendidikan yang tinggi dan pendapatan yang rendah membuat masyarakat miskin sulit mendapatkan pendidikan. Mahalnya biaya untuk membayar SPP dan kebutuhan sekolah lainnya membuat masyarakat miskin tidak mampu memenuhinya, sehingga  tidak mau sekolah. Pada saat yang sama, sistem pendidikan Indonesia masih sebagian didanai oleh pemerintah, yang hanya mengandalkan sekolah dasar. Kedua, pendidikan orang miskin bukanlah kebutuhan primer. Banyak anak dari keluarga miskin putus sekolah karena bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tuntutan berbagai kebutuhan dan biaya ganti rugi membuat keluarga miskin lebih mementingkan kebutuhan  sehari-hari daripada pendidikan anak-anaknya.
  • Akses jalan buruk. Konektivitas jalan yang baik di zona cukup makmur lebih rendah daripada di zona kemiskinan tinggi, tetapi konektivitas jalan yang baik di daerah miskin juga masih rendah. Jalan rendah, entah mungkin karena daerahnya terpencil. Pada saat yang sama, penyebab rendahnya lalu lintas di daerah sedang mungkin karena pemerintah daerah lebih fokus pada pembangunan di sektor-sektor yang membawa peningkatan PAD lebih tinggi, seperti pembangunan sistem irigasi teknis di daerah.
  • Kurangnya pelayanan air bersih. Rendahnya tingkat pelayanan air bersih di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi kemungkinan disebabkan oleh tipologi geografis daerah tersebut yang sumber daya airnya langka. Daerah dengan kemiskinan tinggi merupakan daerah  kritis dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah dan biaya teknologi yang tinggi
  • Kurangnya rasio irigasi teknis. Rendahnya proporsi irigasi teknis di daerah miskin mungkin disebabkan oleh fakta bahwa daerah tersebut adalah tandus, lahan kering atau daerah dengan lahan kritis.
  • Rendahnya Kesehatan. Rendahnya kualitas kesehatan tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dan komitmen pemerintah di bidang kesehatan, kurangnya kesadaran  masyarakat akan pola hidup sehat dan mahalnya harga obat-obatan yang tersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun