Mohon tunggu...
MUTIARA VENUS A.P
MUTIARA VENUS A.P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urban Poverty Apakah dari Ekonomi Saja?

12 Oktober 2022   21:42 Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:55 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan merupakan problema besar yang selalu terjadi di setiap negara sepanjang sejarah ini, bukan hanya terjadi pada negara berkembang tapi juga terjadi pada negara maju, walaupun problemnya tidak sekompleks dan sebesar di negara berkembang. 

Problem kemiskinan ini sifatnya multidimensional yang disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya pada domain koridor ekonomi saja tapi juga pada social, politik, budaya, dan sistem social lainnya (Suharto,2005).

Pada hakikatnya, masyarakat miskin ini dapat dideskripsikan dalam berbagai kondisi seperti anak-anak yang kekurangan gizi, kualitas Kesehatan yang buruk, buta huruf dalam jumlah massive, kondisi lingkungan yang buruk dan kurangnya akses pada sarana prasarana ataupun public servicenya. 

Problem kemiskinan ini membuat masyarakat menderita, dampaknya pada Pendidikan yang tidak terpenuhi atau kualitasnya minim, kurangnya sadar akan menabung dan investasi, sulitnya untuk menjaga Kesehatan, minimnya lapangan pekerjaan yang nantinya juga berdampak pada kurangnya kesejahteraan social dan pengamanan pada tiap-tiap keluarga.

Kemiskinan atau poverty ini dapat ditinjau dari berbagai sumber penyebab, dari sana kemiskinan dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu :

  • Kemiskinan alamiah, merupakan kemiskinan yang ditimbulkan atas Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang minim. Dengan kondisi alam dan sumber dayanya yang rendah menyebabkan peluang untuk produksi juga rendah. Khususnya pada sector pertanian, kemiskinan ini lebih terjadi karena akibat dari kualitas lahan dan cuaca iklim yang tidak tentu dan tidak mendukung aktivitas pertanian. Dari sabang sampai Merauke pun lahan yang subur mayoritasnya dijumpai di pulau Jawa. Sedangkan di luar Jawa, kesuburan Sumber Daya Alamnya terbatas hal ini menyebabkan petani hanya bisa bercocok tanam pada waktu musim hujan saja, yang berdampak pada hasil produksi hanya diperoleh sekali dalam kurun waktu setahun.
  • Kemiskinan Kultural, kemiskinan inin sangat berkaitan dengan perilaku seseorang atau suatu kelompok yang tidak ada kemauan untuk memperbaiki tingkat kehidupannya, meskipun ada usaha untk memperbaiki tapi harus ada bantuan dari pihak lain. Kemiskinan dalam koridor ini juga dapat terjadi karena mayoritas sistem di tradisi masyarakat berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya kemiskinan ini. Contohnya sistem waris yang berakibat pada pembagian lahan, jadi semakin lama lahan yang dimiliki keluarga tersebut jadi semakin sempit.
  • Kemiskinan struktural, kemiskinan yang secara langsung dan tidak langsung disebabkan oleh tatanan kelembagaan atau struktur social pada masyarakat. Tatanan kelembagaan atau struktur social ini dapat berarti suatu tatanan organisasi ataupun aturan permainan yang diterapkan.

Dalam hal ini umumnya aspek ekonomi dijadikan main problem yang punya pengaruh besar terhadap timbulnya masalah kemiskinan. Namun dalam kenyataannya banyak hal dan dimensi lain yang juga mempengaruhi masalah kemiskinan ini, yang pertama dari Dimensi Ekonomi itu sendiri merupakan definisi dari ketidakmampuan individu untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan yang mapan dan menghasilkan pendapatan yang layak untuk menunjang segala aspek dala kehidupannya secara sinergis dan seimbang. 

Yang kedua yaitu Dimensi Sosial, yang dapat diartikan dengan kurangnya jaringan social maupun struktur social yang menunjang individu mempunyai kesempatan untuk meingkatkan produktivitasnya. Pada dimensi ini terdapat faktor-faktor penghambat yang menghalangi individu itu untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada.

Selanjutnya, dimensi ketiga yakni Dimensi Politik merupakan ketidakmampuan seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam keputusan politik yang secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka dan kurangnya akses yang memadai, termasuk institusi, untuk terlibat langsung. 

Yang terakhir ada dari Dimensi Kesehatan, Berbagai data kemiskinan yang dikumpulkan menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemiskinan dengan kualitas kesehatan masyarakat. 

Kemampuan memenuhi/memenuhi kebutuhan dasar dengan pendapatan rendah membatasi kemampuan untuk mencapai standar kesehatan yang ideal/layak berupa makanan dan pelayanan kesehatan yang memadai.

Salah satu akar permasalahan kemiskinan yang terjadi di Indonesia ini adalah tingginya disparitas antara daerah dan golongan masyarakat yang satu dengan lainnya, tidak meratanya penyaluran pendapatan yang berakibat pada kesenjangan antar masyarakat kaya dan masyarakat miskin di Indonesia semakin besar. 

Dari pemerintah sendiri juga sudah mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan setiap tahunnya, namun tingkat dari kemiskinan di Indonesia tidak kunjung menampilkan penurunan yang signifikan. Meskipun secara kuantitas yang tercatat pada BPS menunjukkan angka penurunan, tapi pada realita lapangan belum tampak perubahan kualitatifnya, malahan kalau dilihat semakin memprihatikan saja kondisi tiap tahunnya.

Di jember, tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa selama periode 2020-2021 jumlah penduduk miskin Kabupaten Jember meningkat sebanyak lebih dari 9 ribu jiwa. Yang pada Maret 2020 tercatat 247,99 ribu jiwa tergolong dalam kategori miskin atau penduduk dengan pengeluaran kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. 

Sedangkan di Maret 2021 jumlahnya meningkat sebanyak 3,67 persen atau jadi 257,09 ribu jiwa. Memang dalam koridor ini, jumlah urban poverty ini dipengaruhi oleh pandemi covid yang belum tuntas saat itu.

Dari sekelompok penduduk miskin tersebut, maka terciptalah adanya Kawasan miskin. Kawasan miskin itu memiliki ciri-ciri berikut :

  • Pendidikan yang rendah. Rendahnya indeks pendidikan  kemungkinan disebabkan oleh dua hal. Pertama, biaya pendidikan yang tinggi dan pendapatan yang rendah membuat masyarakat miskin sulit mendapatkan pendidikan. Mahalnya biaya untuk membayar SPP dan kebutuhan sekolah lainnya membuat masyarakat miskin tidak mampu memenuhinya, sehingga  tidak mau sekolah. Pada saat yang sama, sistem pendidikan Indonesia masih sebagian didanai oleh pemerintah, yang hanya mengandalkan sekolah dasar. Kedua, pendidikan orang miskin bukanlah kebutuhan primer. Banyak anak dari keluarga miskin putus sekolah karena bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tuntutan berbagai kebutuhan dan biaya ganti rugi membuat keluarga miskin lebih mementingkan kebutuhan  sehari-hari daripada pendidikan anak-anaknya.
  • Akses jalan buruk. Konektivitas jalan yang baik di zona cukup makmur lebih rendah daripada di zona kemiskinan tinggi, tetapi konektivitas jalan yang baik di daerah miskin juga masih rendah. Jalan rendah, entah mungkin karena daerahnya terpencil. Pada saat yang sama, penyebab rendahnya lalu lintas di daerah sedang mungkin karena pemerintah daerah lebih fokus pada pembangunan di sektor-sektor yang membawa peningkatan PAD lebih tinggi, seperti pembangunan sistem irigasi teknis di daerah.
  • Kurangnya pelayanan air bersih. Rendahnya tingkat pelayanan air bersih di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi kemungkinan disebabkan oleh tipologi geografis daerah tersebut yang sumber daya airnya langka. Daerah dengan kemiskinan tinggi merupakan daerah  kritis dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah dan biaya teknologi yang tinggi
  • Kurangnya rasio irigasi teknis. Rendahnya proporsi irigasi teknis di daerah miskin mungkin disebabkan oleh fakta bahwa daerah tersebut adalah tandus, lahan kering atau daerah dengan lahan kritis.
  • Rendahnya Kesehatan. Rendahnya kualitas kesehatan tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dan komitmen pemerintah di bidang kesehatan, kurangnya kesadaran  masyarakat akan pola hidup sehat dan mahalnya harga obat-obatan yang tersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun