Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelombang Pertama

12 November 2022   19:52 Diperbarui: 12 November 2022   20:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Warga desa tengah sibuk merakit perahu mereka. Banjir di perkirakan akan datang selepas magrhib. Pertanda dari Dewa Laut sudah tersiar sejak sepekan lalu. Semua tengah bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Kakek Rega tengah mengemasi pakaiannya saat aku datang meminta paku. "Perahunya sudah jadi, kek?" Dahiku mengernyit, karena tak kulihat ada perahu di depan rumahnya. Mungkin di belakang atau di suatu tempat. Pikirku.

Dia menghentikan kegiatannya, sedikit kaget dengan kedatanganku. Oh ya-aku lupa memberitahu. Rumah Kakek Rega tanpa pintu, hanya tertutup horden maroon yang sudah pudar warnanya-mungkin menyerupai coklat sekarang. Dan, aku sudah terbiasa langsung masuk untuk menghantarkan sarapan.

   "Tidak ada perahu, wuk." Tangannya kembali melipat baju, dan memasukkannya ke dalam karung goni.

   "Banjir datang selapas magrib. Sebentar lagi. Kata Dewa Laut." Aku meyakinkan, bahwa Kek Rega sebenarnya sudah mengetahui hal ini.

   "Ya." Kini dia malah berjalan ke belakang. "Aku akan menumpang perahu."

   "Milik siapa?"

  "Keluarga Hedglhar." Aku lega mendengarnya. Perahu keluarga Hedglhar pasti besar dan muat untuk beberapa orang. "Ada perlu apa, wuk kemari?"

   "Hmm... aku memerlukan beberapa paku payung, kek." Kakek mengambil kotak perkakas dari lemari yang sudah menjadi rumah rayap itu. Dia menyerahkan sekotak utuh. "Dua saja, kek."

   "Bawa kotak perkakas ini. Kau akan lebih membutuhkan." Aku menerimanya. Isi kotak itu lengkap, dari paku berukuran kecil hingga besar. Dan ada peralatan tukang seperti palu, obeng, kawat, tersedia.  "Wuk, siapa yang membantumu membuat perahu?"

Bola mataku membesar seketika. Aku menggeleng. "Menumpang saja pada keluarga Hedglhar. Perahunya besar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun