Sabtu, 13 Agustus 2022-Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI ke-77 teman-teman dari komunitas Magis Yogyakarta melaksanakan kembali Magis Action Day (MAD) bersama anak-anak penyandang disabilitasi di Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu (YSI) cabang D.I.Yogyakarta, sebagai salah satu bentuk kegiatan service di lingkungan masyarkat. Kegiatan MAD ini dulunya rutin dilaksanakan secara offline sebelum pandemi, dan sempat terhenti namun, saat ini sudah mulai dilaksanakan kembali.
Kami, teman-teman Magis yang berjumlah enam orang tiba di lokasi panti 2 Yayasan Sayap Ibu cabang D.I.Yogyakarta pada pukul 08.00 wib. Panti Asuhan ini beralamatkan di Jl.Ukrim RT.07/RW.02, Kadirojo II, Purwomartani, Kec. Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571.Â
Menilik sejarah singkat panti asuhan Yayasan Sayap Ibu (YSI) cabang DIY ini, sudah didirikan sejak 1987 oleh Ibu Ciptaningsih Utaryo bersama dengan rekan-rekannya  Ibu Sarwanto, Ibu Haryono Danusastro (Ketua Badan Kerja Sama Panti Asuhan DIY), Ibu Mulyoprawiro, Ibu Gondhosuhargo, yang juga mendapat bantuan dari Bapak KRT Sindhudiningrat yang bersedia meminjamkan pavilionnya untuk kantor dan panti.
Panti Asuhan YSI cabang DIY , memiliki beberapa unit diantaranya Panti 1 untuk pengasuhan anak/balita terlantar, Panti 2 untuk rehabilitasi disabilitas majemuk terlantar, Panti 3 tempat kemandirian disabilitas terlantar, Unit Pengangkatan Anak, Wisma Ibu untuk shelter perlindungan bagi ibu yang mengalami kehamilan tidak siap, SLB G Daya Ananda-tempat untuk mengakses pendidikan bagi anak-anak panti 2, TK Tumus Asih untuk anak-anak dari panti 1 dan juga terbuka untuk masyarakat umum, Tas Mutiara Hati tempat untuk penitipan anak harian, dan LK3 sebagai lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga.
Setibanya di sana kami langsung disambut oleh dua orang anak yang langsung memeluk kami. Kemudian, kami pun bersiap-siap untuk membantu menghias tempat dengan bendera dan balon-balon, mengikatkan pita merah putih sebagai asesoris, serta persiapan kegiatan senam dan lomba. Lomba-lombanya di antara lain balap karung estafet, makan kerupuk, dan pecah air.Â
Setelah persiapan selesai, kami pun mulai memutar lagu untuk mengiringi kami senam pagi. Anak-anak dan para karyawan terlihat sangat antusias akan adanya kegiatan ini.
Kegiatan dilanjutkan dengan lomba pertama yaitu, balap karung. Dalam lomba balap karung teman-teman dari Magis, anak-anak disabilitas (yang sekiranya mampu), dan bapak-ibu karyawan membaur menjadi satu kelompok.Â
Aturan pada lomba ini yaitu estafet karung yang digilirkan kepada teman kelompok berikutnya yang masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang. Ada sekitar enam kelompok dan menyisihkan tiga juara. Tawa kami melebur jadi satu selama perlombaan berlangsung.
Sebelum dilanjutkan lomba kedua yaitu makan kerupuk. Kami beristirahat sebentar untuk menyantap bakso bersama. Kami makan bersama-sama di aula besar bersama anak-anak, teman-teman Magis, dan juga bapak-ibu karyawan. Selepas makan, kami mulai mempersiapan untuk lomba kedua.
Lomba kedua tidak kalah keseruannya. Anak-anak, teman-teman magis, dan bapak-ibu karyawan masih sangat bersemangat untuk lomba makan kerupuk. Kerupuk putih yang diikat dengan tali rafia sudah siap untuk dilahap para fighter yang akan berlomba.Â
Terlihat anak-anak panti asuahan sangat lahap ketika memakan kerupuk, sampai lupa bahwa ini masih dalam aturan perlombaan. Teman-teman Magis dan bapak-ibu karyawan juga semakin memeriahkan dengan kelakuan kami yang konyol, dengan menambahkan kecap di atas kerupuk.
Lalu, kami pun beristirahat sebentar untuk makan siang dan mempersiapkan untuk lomba yang terakhir yaitu pecah air. Teman-teman Magis membantu bapak-ibu karyawan untuk makan siang anak-anak, seperti menyuapi mereka atau hanya sekadar menemani mereka makan siang bersama.
Sesudah makan siang, kami akan melanjutkan ke lomba yang ketiga yaitu pecah air, namun pada lomba ini pesertanya tidak begitu banyak seperti lomba sebelumnya karena, beberapa anak-anak sudah harus kembali beristirahat ke dalam kamar, dan bapak-ibu karyawan yang bertugas membantu dan menemani mereka di dalam.Â
Meski begitu, lomba pecah air tetap dilangsungkan dan keseruannya pun masih dapat kami rasakan bersama. Kantong plastik bening yang sudah diisikan air, diikat dan digantung rafia, lalu anak-anak ditutup matanya dan membawa pukulan dari pelepah pisang. Disini, teman-teman Magis dan karyawan tidak ikut karena, takut basah dan tidak membawa ganti. Anak-anak pun tertawa ketika airnya pecah dan baju mereka basah. Kami juga tertawa melihat kegembiraan mereka.
Itulah, kemeriahan menyambut hari kemerdekaan RI ke-77 pada tanggal 17 Agustus nanti. Meski dengan segala keterbatasan yang kami punya. Kami masih bisa menyambut hari kemerdekaan dengan penuh kegembiraan dan semangat nasionalisme.Â
Kegiatan ini mengajarkan bahwa masyarakat bisa menciptakan kolaborasi dengan mereka penyandang disabilitas, untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, solidaritas, toleransi, serta cinta tanah air dan memberikan kesempatan untuk bersama-sama membangun masa depan bangsa lebih baik lagi. Dirgahayu Indonesia!