Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menjadi Pemilih Cerdas: Memilih dengan Hati dan Berharap yang Terbaik untuk Negeri

12 Februari 2024   12:14 Diperbarui: 13 Februari 2024   07:00 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edit pribadi melalui Canva

"Sebagai manusia dewasa, dalam pemilu kali ini saya memilih netral. Netral di sini bukan berarti golput atau tidak memilih. Netral yang berarti menimbang dengan segenap nurani untuk memilih pemimpin terbaik, tanpa menjelekkan atau meninggikan"

Gonjang-ganjing politik sangat memanas di berbagai platform media sosial. Dari satu orang ke orang lainnya saling beradu argumen mengenai pasangan calon pemimpin favorit mereka. 

Yang tak terduga, diantara adu argumen tersebut, tak sedikit pula yang saling tuding, berbagi hoaks dan menjelek-jelekkan paslon orang lain. Sungguh sangat mumet saya membaca postingan-postingan itu seliweran di beranda twitter.

Sebagai manusia dewasa, saya pikir memberi dukungan itu sewajarnya saja, tak perlu berlebihan. Tiap pasangan calon pemimpin pasti punya kelebihan dan kekurangan. Seharusnya, itu yang bisa dijadikan tolok ukur bagi pemilih.

Siapa yang pantas dipilih sebagai pemimpin dalam pesta demokrasi kali ini? 


Sekelebat pertanyaan tiba-tiba muncul di pikiran saya. Rasanya, masih nano-nano untuk menentukan pilihan dalam pemilu pada 14 Februari 2024 nanti, terutama para calon legislatif. 

Namun, saya tak akan golput. Saya tak mau ada surat suara menganggur---yang bisa jadi---digunakan oleh oknum nakal untuk menaikkan suara. 

Bagaimana Menjadi Pemilih Cerdas?

Saya kerap merasa gemas dengan keributan-keributan di media sosial mengenai pasangan calon. Mulanya saya berharap, media sosial bisa menjadi ruang untuk kampanye positif yang menginformasikan cerita positif pasangan calon pemimpin, namun malah berujung saling tuding dan ribut secara online. 

Tak jarang saya membisukan akun-akun yang saling baku hantam online. Rasanya puyeng tiap melihat trending topik yang hanya berputar pada keyword itu-itu aja. Keyword bernada menyerang serta menjatuhkan. No, no, no!

Well, sebagai calon pemilih, cerdas menghadapi kampanye-kampanye semacam itu memang diperlukan. Bersikap netral dan tak mudah terjerat informasi palsu adalah wajib.

Saya tak pernah memunculkan paslon yang bakal saya pilih melalui media sosial saya. Saya hanya berharap, dari ketiganya, saya bisa memilih dengan mantap karena program dan kebijakan yang telah disampaikan.

Pemilihan presiden dan wakil presiden ada setiap 5 tahun sekali. Dalam kurun waktu tersebut, kita bisa menilai bagaimana tiap pasangan calon berjasa dalam mengembangkan programnya. Sebab rata-rata paslon telah memiliki rekam jejak menjadi pemimpin, baik kepala daerah ataupun menteri.

Menyoal kampanye di media sosial yang nano-nano, hadapi dengan kepala dingin dan terbuka. Jangan mudah terprovokasi maupun terjaring rentetan hoaks. Siapapun pilihanmu, pastikan ia punya kebaikan bagi banyak orang dan negeri. 

Satu lagi, siapapun pilihanmu, pilihlah dengan hati. Jangan memaksakan kehendak pribadimu kepada orang lain, bahkan jika itu keluargamu, pasanganmu, anakmu atau kawanmu. Biarkan Pemilu 2024 ini berjalan secara bebas, jujur, rahasia dan adil.

Lalu, seperti apa pemilih yang cerdas itu. Ada beberapa tanda bahwa kamu seorang pemilih cerdas yakni,

  • Sadar memiliki hak pilih
  • Tidak berpikir golput atau mengajak orang lain golput
  • Pertimbangkan aspek integritas dan kapabilitas calon-calon pemimpin
  • Aktif menelusuri rekam jejak, visi misi, dan program kerjanya
  • Tidak mudah terpengaruh hoaks kampanye
  • Tidak suka membuat huru-hara mengenai politik
  • Netral dan berimbang
  • Pilihlah calon pemimpin yang memiliki program kerja yang terukur
  • Tidak terpengaruh oleh serangan fajar (uang politik)
  • Memilih sesuai asas pemilu, LUBER dan JURDIL

Menjadi pemilih cerdas itu penting, terutama bagi anak-anak muda yang baru memilih. Suara kita sangat menentukan kebijakan 5 tahun mendatang melalui program-program yang dicanangkan. So, gak boleh asal-asalan.

Mengapa Asas Luber dan Jurdil Sangat Diperlukan?

Ketika mengampu pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP, guru pernah menerangkan asas pemilu, Luber dan Jurdil. Awalnya saya bingung, mengapa harus ada kata "Rahasia" di dalamnya?

Pemilu tanpa paksaan (Editan pribadi melalui Canva)
Pemilu tanpa paksaan (Editan pribadi melalui Canva)

Kemudian, setelah dewasa dan melihat sendiri bagaimana sepasang suami dan istri bisa ribut urusan beda pilihan, saya jadi paham bahwa urusan pemilu memang perlu rahasia. Hal ini demi menghindari konflik.

Asas Luber dan Jurdil masih relevan dijalankan. Asas tersebut bukan sekadar slogan tanpa makna. Itu masih dibutuhkan dan merupakan cara agar masyarakat bisa memilih dengan aman, nyaman dan tanpa paksaan. Kira-kira, masih ingatkah kamu dengan asas-asas pemilu sesuai dengan Pasal 2 UU 7/2017? 

Langsung. Dalam memilih pemimpin, rakyat memiliki hak untuk memberikan suaranya secara langsung, tanpa adanya perantara atau perwakilan baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri melalui TPS yang disediakan. 

Umum. Setiap orang yang telah memenuhi syarat berhak untuk dipilih dan memilih tanpa adanya diskriminasi pada acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.

Bebas. Asas bebas memastikan setiap warga negara memiliki hak kebebasan dalam menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. 

Rahasia. Asas rahasia di sini menjamin bahwa pemilih yang memberikan suaranya dipastikan bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan cara apa pun. 

Jujur. Dalam penyelenggaraan pemilu, asas ini mengharapkan kejujuran sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, dan juga pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu. 

Adil. Setiap pemilih dan peserta Pemilu akan diperlakukan secara sama dan bebas dari kecurangan pihak manapun dalam penyelenggaraan Pemilu.

Saat ini kita telah memasuki masa tenang, terhitung sejak 11- 13 Februari 2024 nanti. Itu berarti tidak ada aktivitas berhubungan dengan kampanye baik online maupun offline. Bahkan, di beberapa wilayah, Alat Peraga Kampanye (APK) sudah diturunkan demi menjaga situasi kondusif.

Di masa-masa tenang ini, sudah saatnya berpikir jernih untuk memilih yang terbaik dengan menambah pengetahuan mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden serta anggota legislatif.

Kita tak perlu berbicara lantang mengenai siapa pilihan kita, cukup disimpan dalam hati, dirahasiakan. Tentunya, doakan dengan energi positif agar pemimpin yang kita pilih bisa amanah, punya program baik, pro rakyat dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.

Yuk lah, pemilu jangan  jadi lahan memecah belah, tapi justru menjadi pemersatu bangsa. Jadilah pemilih cerdas, mulai dari hati, datang ke TPS untuk nyoblos figur-figur terbaik untuk negeri! 

Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun