Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Part Two: Menjadi Tuan Putri dalam Sepuluh Hari

23 Februari 2024   16:19 Diperbarui: 23 Februari 2024   16:29 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui canva

Setelah melalui jalanan terjal, belokan tajam dan turunan yang curam, saya resmi sampai di kampung halaman pada 5 Januari 2024 pukul setengah 7 malam. 

Setelah mengisi perut dan membersihkan diri, tidak butuh waktu lama, saya langsung tepar di atas ranjang.

-Hari-Hari di Kampung-
Perbedaan suhu antara Kota Jakarta dan Kota Pekalongan sangat amat saya rasakan, di rumah biasanya tidur selalu manteng kipas angin, tapi di kampung, jangankan kipas angin, semalaman saya tidak bisa lepas dari selimut barang sedetik saja.

Tapi ajaibnya, selama dikampung, saya tidak pernah tidur di atas jam 9 malam dan selalu bangun tepat azan subuh. Ternyata eh ternyata, pulang kampung bisa menjadi sarana mengatasi kondisi susah tidur yang sering saya alami.

Setelah melaksanakan salat subuh, saya bersiap untuk jalan santai bersama sepupu saya yang bernama Sakinah. Kami pergi sebelum matahari menampakkan wujudnya, kami berjalan ke Pasar Paninggaran untuk membeli es krim dan menjelajah ke desa sebelah. Saat badan kami mulai pegal, kami memutuskan untuk kembali ke rumah.

Pada pukul 8 pagi, saya pergi ke dapur untuk menghangatkan diri dengan secangkir teh hangat yang sudah dibuatkan oleh Nenek tercinta. Setelah duduk santai di dapur untuk beberapa saat, saya memutuskan untuk mandi pagi. Cuacanya dingin dan airnya pun sedingin es, tapi saya sangat menikmati sensasi air dingin yang terasa segar dibadan.

Selepas mandi, saya disuruh sarapan oleh adik mamah saya yang biasa disapa Aunty Hana. Aunty Hana selalu menyiapkan sarapan yang sesuai dengan vibe pagi hari khas pedesaan. Di kampung saya, hanya ada Nenek, Kakek, Sakinah (adik sepupu), Aunty Hana, Om Humam (suami aunty hana), Arrumi (anak pertama aunty hana), Aamar (anak kedua aunty hana), Aunty Mala, Samuel (anak pertama aunty mala), dan Queen (anak kedua aunty mala).

Sambil menunggu Aunty Hana membereskan rumah, saya bermain dengan sepupu-sepupu yang biasanya hanya bertemu lewat video call itu. Saya menggendong Aamar, sepupu saya yang berusia 9 bulan keluar rumah, berjalan ke halaman rumah untuk melihat ayam-ayam dikandang. Saya juga bermain ABC lima dasar dengan sepupu saya yang lain.
Baru selangkah masuk ke rumah, saya sudah disuruh makan lagi oleh nenek, dia memaksa saya untuk makan, padahal baru satu jam yang lalu saya sarapan. Tapi dia selalu mengatakan "makan yang banyak, biar cepet gede," jadilah aku si cucu nenek.

Ketika gabut melanda, saya iseng mengirimkan foto selfie bersama Aamar ke mamah. Dan kalian tau apa responnya? Dia bilang itu hasil editan semata. Suara tawa yang tak kunjung reda, saya kembali mengirim video singkat selama jalan santai ke mamah, lagi. Tapi anehnya, dia belum percaya kalo saya ada di kampung, dia mengira itu video lama.

Akhirnya saya memutuskan untuk jujur kepada mamah, tapi, dia memberi jawaban di luar nalar "Jangan halu, kumpulin uang aja buat pulkam pas lebaran besok,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun