Mohon tunggu...
Mutia Ohorella
Mutia Ohorella Mohon Tunggu... -

Ibu Rumah Tangga biasa,yang selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mereka Bilang Buruh Kita "Rewel"

3 Mei 2014   23:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin sepanjang jalan Pajajaran Bogor, ramai, laju kendaraan tersendat karna Konvoy buruh berjalan pelan sambil berorasi. Harus ihlas... 6 rencana hanya terjalani separuh nya. Meski sudah diberi hari khusus untuk Demo Buruh, masih saja ada yang turun ke jalan.Iring-iringan panjang mengganggu aktifitas orang lain. Aspirasi sih,aspirasi...tapi kan sudah ada jatahnya Trus sampai kapan mau nuntut gaji ? Bukankah sudah ada perubahan ? Meski sedikit syukurilah dulu...banyak orang yang lebih susah. Tak mampu ambil motor kreditan seperti anda. Dari cerita Dokter yang baru berbakti saja, saya tau gaji  resmi dari Pemerintah setelah di potong Pajak dan lain-lain,beda tipis dengan buruh. Kita tau berapa biaya pendidikan yang sudah mereka keluarkan. Seorang teman  yang dulunya buruh, sekarang bekerja di Korea, bilang: Setiap berita buruh Indonesia menuntut , dia malu pada teman asing nya disana. Dalam pandang mereka, buruh kita "rewel". "Kalau uang mau banyak,buka usaha sendiri!" begitu kata mereka. Dan pagi ini saya baca  kabar dari Kompasiana tulisan Dimas Adiputra, yang menyebutkan, buruh menuntut uang pulsa,koran,perfum dan lain-lain... Ditempat lain (Facebook), Wartawan senior Satrio Arismunandar bercerita : TOKOH BURUH YANG ANEH -- Dalam suatu diskusi, saya sama-sama jadi pembicara dengan "tokoh buruh" ini di gedung LBH Jakarta. Tokoh ini jelas punya pengaruh terhadap massa. Gaya bicaranya keras dan seolah-olah radikal membela buruh. Tetapi ada yang mengganggu saya ketika dia bercerita dengan bangga bahwa di perusahaan tempat dia bekerja, dia sering tidak melaksanakan tugasnya sebagai buruh. Tetapi perusahaan tidak berani menegur atau memberi sanksi pada dia, mungkin karena perusahaan tahu dia bisa bikin aksi atau mengerahkan massa, yang bisa bikin runyam perusahaan. Saya jadi berpikir, kalau "tokoh buruh" yang namanya sering dikutip media ini (terutama pada hari Buruh) dijadikan model teladan bagi jutaan buruh lain di Indonesia, jelas saja industri Indonesia tidak akan pernah menang bersaing melawan industri negara lain karena para buruh mau enaknya sendiri. Tidak mau kerja tapi terus menuntut upah naik...!!! Semoga para buruh cepat menyadari,  kurang baik bila  sering mengeluh dan teriak meminta pada pemerintah. "Mintalah rejeki pada Pemilik rejeki" . Untuk apa diberi gaji besar, tapi menyusul keinginan baru datang, selera berubah, atau diberi sakit. Gambar rejeki berbentuk uang harus dihapus dari benak. Kemudahan, kesehatan, keinginan sederhana, keamanan, semuanya rejeki...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun