Selamat malam sahabat kompasianer pecinta kopi. Tentunya masih terjaga meskipun malam telah melewati larut hingga pagi sebentar lagi tiba.
Seperti halnya anda, kopi merupakan minuman favorit saya untuk saat ini. Walaupun saat masih kecil berpantang akan tetapi kini tiada hari tanpa menyeduhnya. "Ora ilok! Bocah cilik ora olih nginum kopi, mengko dadi bodo," kata Bapak, dulu sewaktu saya masih kecil.Â
Sebagai bocah ingusan yang masih polos, tentu saya percaya begitu saja terhadap perkataan tersebut. Meskipun kenyataannya kopi tidak ada hubungannya dengan kecerdasan seseorang.Â
Setelah dewasa, keadaan berbanding terbalik. Minum secangkir kopi di pagi dan sore hari adalah menu harian wajib. Meski tahu zat yang terkandung dalam kopi tidak semuanya baik bahkan membuat asam lambung naik setelah minum kopi dengan porsi lebih banyak dari biasanya, hal itu tidak lantas membuat saya berhenti mengkonsumsi. Cairan kental dengan aroma yang khas. itu selalu menggoda selera.
Ketika asam lambung naik ke ulu hati, rasa nyeri tak terkira, rasanya jiwa hendak melayang. Mati menjadi satu-satunya hal yang terbayang. Lantas bagaimana saya mengatasinya? Sekompa adalah obat penghilang rasa sakit yang selalu disiap sediakan, mewanti-wanti jika asam lambung menyerang.
Selain meminum obat penghilang rasa sakit, saya melakukan beberapa tindakan pertolongan pertama yaitu:
1. Melonggarkan Pakaian
Saat asam lambung naik biasanya saya merasa tertekan pada bagian perut (kaku) jadi saya longgarkan semua yang terasa menyedakkan. Seperti pengit, sabuk dll.
2. Berdiri/tiduran dengan Posisi Bantal Lebih Tinggi
Biasanya saya mengkondisikan dengan kenyamanan diri saya. Jika berdiri tidak memungkinkan maka tiduran menjadi pilihan, sambil mengurut perut ke bawah. (Seperti mencegah angin naik ke bagian atas atau hati)