Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batas Dunia Lain

16 Juni 2021   14:59 Diperbarui: 16 Juni 2021   23:47 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Galang ...! Kasih ke adekmu!" perintah ayah.

"Tapi Yah, Gilang sudah makan satu, aku juga mau," protesku.

"Yang gede ngalah donk. Malu sama tetangga, Maghrib-Magrib rebutan makanan. Lagi sandekala ... "

Entah apa lagi yang diucapkan ayah, aku tak mau dengar. Bagaimanapun posisiku di mata ayah selalu salah dan harus mengalah.

"Nih!" ucapku ketus sambil menyodorkan es krim rasa mangga pada adikku, Gilang. Tanpa merasa bersalah sedikit pun, ia menerima dengan tertawa penuh kemenangan.

Aku bangkit, dengan menghentak kaki ke bumi, kemudian berjalan ke luar rumah sambil menyambar sarung yang terlampir di punggung kursi.

"Galang, mau ke mana? Udah Maghrib, lagi Sandekala looh," ucap Ibu saat melihatku membuka pintu utama.

"Masjid!" jawabku sambil menutup pintu dengan keras.

Sampai di persimpangan jalan, aku berbelok arah ke rumah Wasid. Aku tak peduli jika ayah tahu bahwa anak sulungnya ini bolos shalat berjamaah. Salah atau tidak, aku akan tetap dibenci ayah.

Aku menghentikan langkah, rasa ragu datang menyergap. Melihat jembatan panjang di depan. Angin berembus menerpa. Hingga kurasakan hawa dingin yang asing. Bulu-bulu kuduk merinding. Ada rasa takut yang tiba-tiba membuat nyali menciut, seketika. Terlebih lagi ingat akan rumor warga yang beredar tentang sandekala.

Konon, di sini kerap muncul makhluk yang suka menyerupai orang-orang dikenal. Pandangan mataku berkeliling, kalau-kalau ada makhluk, duduk di pinggir jembatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun