"Sama saja paling kayak yang sudah-sudah," jawabnya pesimistis.
"Eh tapi aku heran loh, kenapa Menteri Pariwisata diganti. Padahal menurutku itu yang bagus," sahut adik ipar sambil menyeruput kopinya.
"Ah, bukannya memang biasanya yang bagus diganti," sambarku.
"Iya juga sih." Suami dan adik ipar mulai terlihat serius.
"Tapi sekarang mendingan. Pilihan Sandiaga Uno sebagai Menteri Ekonomi Kreatif, itu cocok dan sesuai."
"Iya, kurasa juga begitu," sahut Suami.
"Kita lihat saja nanti. Nyatanya CS-nya aja setelah jadi Menteri gak ada suaranya. Entah di mana dia berada sekarang," sambarku sambil tersenyum.
Tanpa melanjutkan obrolan dan diskusi tak guna ini, aku bangkit meninggalkan mereka. Karena puteriku terbangun dari tidurnya. Sekilas masih kudengar percakapan tentang negara di antara mereka. Entah akan sampai mana obrolan itu, sebab aku tak tertarik lagi untuk membahasnya. Pekerjaan rumah lebih penting untuk dikerjakan sekarang.
Hingga selesai tulisan ini dibuat, masih terdengar obrolan tentang pilkada kemarin.
Begitulah aku tentang pertanyaan adakah harapan untuk Kabinet yang baru? Hanya sekadar penghantar sepi di saat ngopi pagi. Biarlah pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Hingga pada masanya nanti semua berganti. Hanya satu catatan yang tak pernah berubah. Siapapun yang menjadi pemimpin negeri ini, kami tetap mencari dan berusaha menghidupi diri sendiri.
Semoga segala kebijakan yang baru tidak menyusahkan kami, Rakyatnya. Itu saja harapanku.
Ruji, 23 Desember 2020