Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Di Antara Kopi dan Pacitan, Ada Kabinet Jokowi

23 Desember 2020   07:21 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:24 147 26
Di Antara Kopi dan Pacitan, Ada Kabinet Baru Jokowi

Seperti biasa, sebelum beraktivitas kuseduh kopi sachetan dan menghabiskannya di temani sepiring pacitan. Hanya saja ada yang berbeda kali ini. Biasanya sendiri menikmatinya tetapi kali ini ada suami dan adik ipar duduk bersama.

Keduanya serius dengan handphone di tangan masing-masing. Tak terkecuali denganku juga. Kebetulan lewat di beranda postingan dari akun resmi Kompasiana tentang topik pilihan hari ini.

Politik adalah rubrik yang paling aku hindari. Belum pernah rasanya mencicipi panasnya tema politik. Bukan tak ingin hanya saja rasa enggan lebih menguasai hati. Namun iseng-iseng aku lemparkan pertanyaan pada kakak beradik itu.

"Berapa tahun lagi masa jabatan Presiden Jokowi?" tanyaku sambil tersenyum.

"Masih lama," jawab suamiku dengan wajah kusut. Aku hanya tertawa menyambut jawaban itu sembari melirik adik ipar di seberang meja. Memastikan apakah ia ikut terpancing dengan pertanyaan yang aku ajukan.

"Eh, Kabinet Jokowi diganti yah. Banyak yang baru?" tanyaku yang kedua kembali dilemparkan.

Wajah mereka mulai berubah, tampaknya umpan itu mulai bersambut.

"Bagaimana, ada harapan untuk Kabinet yang baru ini?"

"Hallah gak ada," jawab aduk iparku cepat.

"Bagaimana denganmu, Pak?" tanyaku pada suami sambil menahan tawa. Aku mencoba bergaya seperti Najwa Shibab, ternyata gagal total.

"Sama saja paling kayak yang sudah-sudah," jawabnya pesimistis.

"Eh tapi aku heran loh, kenapa Menteri Pariwisata diganti. Padahal menurutku itu yang bagus," sahut adik ipar sambil menyeruput kopinya.

"Ah, bukannya memang biasanya yang bagus diganti," sambarku.

"Iya juga sih." Suami dan adik ipar mulai terlihat serius.

"Tapi sekarang mendingan. Pilihan Sandiaga Uno sebagai Menteri Ekonomi Kreatif, itu cocok dan sesuai."

"Iya, kurasa juga begitu," sahut Suami.

"Kita lihat saja nanti. Nyatanya CS-nya aja setelah jadi Menteri gak ada suaranya. Entah di mana dia berada sekarang," sambarku sambil tersenyum.

Tanpa melanjutkan obrolan dan diskusi tak guna ini, aku bangkit meninggalkan mereka. Karena puteriku terbangun dari tidurnya. Sekilas masih kudengar percakapan tentang negara di antara mereka. Entah akan sampai mana obrolan itu, sebab aku tak tertarik lagi untuk membahasnya. Pekerjaan rumah lebih penting untuk dikerjakan sekarang.

Hingga selesai tulisan ini dibuat, masih terdengar obrolan tentang pilkada kemarin.

Begitulah aku tentang pertanyaan adakah harapan untuk Kabinet yang baru? Hanya sekadar penghantar sepi di saat ngopi pagi. Biarlah pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Hingga pada masanya nanti semua berganti. Hanya satu catatan yang tak pernah berubah. Siapapun yang menjadi pemimpin negeri ini, kami tetap mencari dan berusaha menghidupi diri sendiri.
Semoga segala kebijakan yang baru tidak menyusahkan kami, Rakyatnya. Itu saja harapanku.


Ruji, 23 Desember 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun