Belakangan ini, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh maraknya kasus keracunan makanan bergizi (MBG) yang justru diberikan secara resmi oleh pemerintah di berbagai sekolah. Sebagai Mahasiswa, saya merasa miris mendengar berita tentang banyaknya siswa yang keracunan makanan di sekolah. Dimana, program yang seharusnya menyehatkan anak-anak justru membuat ribuan pelajar jatuh sakit. Saya sempat berpikir, bagaimana mungkin makanan yang diberikan pemerintah dengan niat untuk memperbaiki gizi bisa berakhir menjadi racun ?
Berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), hingga 27 September 2025, sudah ada lebih dari 8.600 anak yang dilaporkan keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Angka ini juga diperkuat oleh Badan Gizi Nasional (BGN) yang mencatat 6.457 korban dengan kenaikan yang terus terjadi dalam dua pekan terakhir.
Kasus-kasus ini muncul di berbagai daerah: di Cianjur, ada 79 siswa dari dua sekolah yang mengalami gejala keracunan; di PALI, Sumatera Selatan, korban mencapai 174 siswa; di Sragen, Jawa Tengah, ada 365 orang yang terjangkit, dan di Agam, Sumatera Barat, jumlahnya meningkat hingga 108 siswa. Semua data itu menunjukkan bahwa ini bukan kasus kecil atau kebetulan semata tapi tanda bahwa ada yang salah di sistem pemerintah.
Program MBG sebenarnya punya niat mulia untuk memberikan asupan bergizi agar anak-anak sekolah tumbuh sehat dan cerdas. Namun sayangnya, pelaksanaan di lapangan tidak selalu berjalan seperti rencana. Rantai pengawasan yang lemah, kualitas bahan pangan yang tidak terpantau, hingga proses distribusi yang tidak sesuai standar yang menjadi pemicu utama insiden ini.
Sebagai mahasiswa, saya merasa wajar jika masyarakat mulai kehilangan kepercayaan. Bukan karena menolak programnya, tetapi karena kecewa melihat kelalaian yang berulang. Pemerintah seharusnya lebih berhati-hati, karena yang dipertaruhkan bukan sekadar reputasi, tapi nyawa anak-anak yang masih polos dan percaya penuh pada pemerintah.
Jangan biarkan kasus seperti ini menjadi rutinitas tahunan yang hanya ramai sesaat lalu dilupakan. Anak-anak berhak mendapatkan makanan bergizi yang benar-benar aman, bukan  hanya sekadar program pemeritah, tetapi dari seberapa tulus kita menjaga kehidupan mereka yang paling muda dan paling berharga.
Oleh : Mutia Nadila
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI