Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertanyakan Kepemimpinan Umar Bin Khattab RA (2)

16 Agustus 2012   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:40 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345016690617190204

Umar ra adalah orang yang menolak untuk dijadikan pemimpin umat Islam saat Rasul SAW baru saja meninggal. Di tengah kesedihan umat Mukminin, para pembesar kaum Anshor berkumpul dan memilih pemimpin pengganti Rasul SAW untuk mereka dari golongan mereka. Umat ra meminta sahabatnya memanggil Abu Bakar ra yang sedang mempersiapkan pemakaman Rasul saw. Setelah sampai di hadapannya Abu Bakar ra, Umar ra berkata "Seandainya urusanku pribadi aku tidak akan memanggil Anda, namun ini adalah urusan Umat, bahwa kaum Anshor sudah memilih pemimpin dari mereka sebagai pengganti Rasul Muhammad SAW.

Kemudian dengan segera mereka mendatangi tempat dimana kaum Anshor sedang bersama dengan pemimpinnya. Dan terjadi dialaog yang akhirnya menjadi musyawarah diantara kaum Anshor dan Muhajirin. Abu Bakar ra mengemukakan pendapatnya bahwa diantara bangsa Arab ada kaum Quraish yang memiliki nasab sebaik-baik nasab, dan di antara kaum muslimin selain kepada Nabi Muhammad saw nasab bani Quraish juga sampai kepada Umar bin Khattab. Dan dengan dasar itu Abu Bakar ra mengangkat tangan Umar ra sebagai pilihannya sebagai pengganti Rasul Muhammad saw. Kemudian kaum Anshor memberi syarat apabila yang dipilih dari kaum Quraish yang mukmin dari Muhajirin maka kaum Anshor meminta satu orang dari kaum Anshor menjadi wakilnya. Umar ra memberikan pendapatnya bahwa diantara kaum mukminin orang yang senantiasa bersama Rasul SAW saat di gua Hiro dan senantiasa menggantikan beliau atas ijin beliau SAW saat berhalangan menjadi imam sholat adalah Abu bakar As Shiddiq. Sehingga dengan dasar itu Umar ra kemudian meminta uluran tangan dari Abu Bakar ra untuk di baiat menjadi pengganti Rasul Muhammad saw memimpin umat mukmin baik dari Anshor maupun Muhajirin. Dan pendapat Umar ra diterima oleh semua orang mukmin, sehingga saat itu sudah dibaiat Abu Bakar ra sebagai khalifaturrasulullah. Karena Ali ra sedang mempersiapkan pemakaman Rasul saw maka Ali ra tidak membaiat Abu Bakar ra di tempat itu, namun setelah urusan pemakaman selesai, ALi RA memberikan baiatnya. Dimana sebelum memberikan baiat Ali ra kedatangan tamu yaitu Abu Sofyan yang memberikan pendapat bahwa sedekat-dekatnya nasab dengan Nabi Muhammad saw adalah Anda, Ali RA, karena Anda adalah menantu beliau sedangkan Abu Bakar ra adalah besan dari Rasul Muhammad saw. Abu Sofyan juga mengatakan bahwa apabila Ali ra berkehendak maka Abu Sofyan siap memerangi Abu Bakar ra. Dan Ali ra dengan nada tinggi memberikan pendapatnya bahwa kerosulan bukanlah kerajaan yang tahtanya bisa diwariskan, sehingga pengangkatan Abu Bakar ra sebagai kholifaturrasulullah adalah benar dan Ali ra mengatakan akan segera membaiatnya. Kita lanjutkan kosah Umar RA menyambung kisah pertama. Dengan melihat kepemimpinan Umar ra yang masih menimbulkan pertanyaan dari seorang mukmin yang tidak setuju dengan pendapat beliau ra. Pada saat Umar ra akan berangkat ke masjid, Umar ra ditemui oleh seorang pemuda yang mengadukan permasalahannya bahwa dia tidak bisa menikah karena tingginya harga mahar dari seorang wanita. Kemudian setelah selesai sholat Umar ra berkhutbah dan memberikan batasan mahar tidak boleh lebih dari 400 dinar, dan apabila lebih akan dimasukkan ke baitul mall. Seorang jamaah dari kaum wanita menolak pendapat Umar dan memberikan alasan, atas dasar apa Umar ra menentukan jumlah mahar, sedangkan Rasul saw tidak pernah membatasi dalam jumlah mahar. Kemudian sahabiah itu juga menolak apabila ada jumlah mahar yang lebih dari 400 dinar akan dimasukkan ke baitul mall. Kemudian Umar ra menarik kembali perkataannya kemudian mengatakan bahwa pemuda yang mengadukan masalahnyalah yang salah, dan dibolehkan menentukan mahar semampu calon suaminya, dan Umar ra mengutip sebuah hadis bahwa sebaik-baik wanita adalah yang tidak memberatkan calon suaminya dalam memberikan mahar. Who was said the goverment not use Qur'an? yes that was the sekularian saids. This my choice to my goverment, so don't stop me for that, or you will fight vs me. You deid or me deid in my way that. Cukup sekian dulu, kita lanjutkan besok artikel ke-3. link Film Omar ra: http://shahid.mbc.net/media/video/30260/عمر_الحلقة_20

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun