Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Menuju Singgasana Khalifah Panatagama Di Mataram

16 November 2018   17:36 Diperbarui: 17 November 2018   10:08 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum saya keluar area saya masih bertanya di area parkir, apakah ada petilasan lainnya selain makam ini? Di jawab oleh juru parkir ada, di sebelah selatan dari makam ini ada yang dulu menjadi singgasana Sultan HB I dan II.

Kemudian setelah bayar parkir saya menuju ke tempat yang ditunjukkan. Jalannya tidak terlalu lebar dan juga tidak sempit, masih ada bekas-bekas tembok-tembok tua hingga sampai ke bangunan di tengah jalan.

Saya parkir di barat laut bangunan itu kemudian berjalan menuju bangunan besar seperti pendopo istana di bagian utara tempat saya parkir. Setelah masuk saya beruluk salam dan bertemu dua orang yang sedang berbicara di pendopo yang asri itu.

Setelah bersalaman saya meminta untuk melihat petilasan singgasana Sultan Panembahan Senopati. Kemudian bapak yang berbusana Jawa menjawab njih monggo, kemudian beliau ke luar dari bangunan yang bagus itu.

Saya mengikuti dibelakangnya sambil menahan tanya, kenapa keluar dari sini, memangnya singgasananya dimana? Kemudian kami menuju bangunan yang ada di tengah jalan di tenggara tempat saya parkir.

Masak singgasananya di "gubuk tua" di tengah jalan, pertanyaan terlintas dalam pikiran saya. Namun saya tetap diam saja sambil terus mengekor di belakang bapak juru kunci.

Kemudian bapak juru kunci membuka pintu di "gubuk tua" itu. Saya sebut "gubuk tua" karena bangunannya kecil dan memang kelihatan tua. Malah terlihat gak penting, kalau sekilas dilihat hanya bangunan biasa ditengah jalan, lingkaran luarnya adalah jalan.

Setelah pintu pertama di buka saya lihat di kanan kiri ada batu-batu besar, apa lagi ini, batu-batu diletakkan di sini. Pertanyaan itu tetap saya simpan, sampai pintu ke dua di buka dan juru kunci menyampaikan inilah singgasananya.

Baru saya bingung, bagaimana bisa singgasana di tengah jalan dan bangunan di sekitarnya sudah menjadi perkampungan. Saya masih membisu  dengan kebingungan saya kemudian saya masuk bersama bapak juru kunci.

Selanjutnya kami duduk di depan singgasana berhadap-hadapan. Saya di pojok utara singgasana, bapak juru kunci di sebelah selatan.

Kemudian saya letakkan tangan kanan saya menyentuh singgasana, sebuah batu yang tebalnya kurang lebih 10 cm dengan ditopang pondasi yang tingginya kurang lebih 25 cm. Dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m kurang lebihnya yang berada di tengah-tengah bangunan tua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun