Mohon tunggu...
muthia zahrotul
muthia zahrotul Mohon Tunggu... mahasiswa

travelling, memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Serba serbi pendapat tentang PBAK 2025

13 Agustus 2025   22:40 Diperbarui: 13 Agustus 2025   22:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Foto PBAK 2025

UIN Sunan Ampel Surabaya -- Selasa, 12 Agustus 2025 merupakan masa Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Sunan Ampel Surabaya 2025 yang selalu menjadi momen di tunggu-tunggu dan menegangkan bagi mahasiswa baru.  Tetapi, sebagian mahasiswa baru mengaku bahwa mereka megalami kejutan besar, yaitu culture shock di hari pertama PBAK ini. Dimana mereka merasa kaget dengan (perbedaan budaya, gaya, dan interaksi sosial di lingkungan kampus dibandingkan kehidupan sekolah.

 "Saya merasa hal ini merupakan hal yang biasa-biasa saja atau sekedar normal, karena untuk mengekspresikan sebuah kesenangan serta sensasi semangat yang meluap luap. Namun tidak luput juga, menurut saya di situ tetap terdepat sedikit sebuah miss, yakni terkait kerudung yang sampai lepas akibat terlalu berlebihannya seseorang tersebut untuk meluapkan ekspresinya" ucap RZ (18) dari seorang mahasiswa baru.

 Selain itu, salah satu mahasiswa baru FQ (19), mengungkapkan "Menurut saya, PBAK kemarin cukup mengejutkan. Saya tidak menyangka ada kegiatan karaoke yang dilakukan pihak kampus. Rasanya cukup berbeda dengan citra Islami UINSA. Apalagi banyak mahasiswa baru, termasuk yang bercadar memilih kuliah di sini karena reputasinya sebagai kampus Islami."

sumber: Foto PBAK 2025
sumber: Foto PBAK 2025

 Meski banyak mahasiswa baru yang merasa kaget, tetapi suasana PBAK sedikit demi sedikit mengajarkan mereka cara beradaptasi dengan cepat. Awal-awal kegiatan yang terasa sangat melelahkan, berubah menjadi kesempatan untuk membuka jaringan pertemanan dan mengasah keterampilan baru. Banyak mahasiswa baru yang mulai menemukan ritme mereka masing-masing, baik dalam mengerjakan tugas, mengatur waktu, maupun membangun relasi pertemanan.

 Pihak panitia pun menyadari tantangan tersebut. Salah satu panitia mengatakan "Sementara hal seperti itu tidak apa-apa, karena bisa diketahui sendiri juga apabila di zaman yang seperti ini, jikalau tiba-tiba mau menerapkan serba syariat bahkan Sunnah dengan 100% kemungkinan nya juga akan susah sekali, bahkan kemungkinan buruk jika di diterapkan keseluruhan kegiatan Islami, dampaknya ke universitas yang masih menjunjung Islam tidak akan bisa bertahan dan berdiri sampai tahun ini."

 Meski demikian, rasa kaget itu perlahan berubah menjadi antusiasme. Setelah dua hari PBAK, banyak mahasiswa mulai menikmati suasana. Mereka menganggap culture shock sebagai bagian dari proses pendewasaan.

 Selain itu juga, para panitia PBAK menyarankan mahasiswa baru untuk menjaga sikap positif, aktif bertanya, dan mencari dukungan ketika merasa kewalahan. Culture shock memang tidak bisa dihindari, tetapi hal ini dapat dikelola sehingga menjadi pengalaman berharga di awal perjalanan kuliah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun