Lalu pada tanggal 25 Januari saya mendapat kabar bahwa vaksin dari pusat telah sampai ke daerah. Dan pada 27 Januari kemarin saya pun mendatangi Puskesmas untuk disuntik vaksin Covid-19 itu.
Saya datang ke Puskesmas pukul 9.00, ternyata sudah banyak orang yang antusias mengantri di depan loket pendaftaran.Â
Di loket pendaftaran, saya diminta menunjukkan KTP untuk keperluan registrasi ulang penerima vaksin kemudian oleh petugas saya diberikan lembar anamnesa yang berisi pertanyaan-pertanyaan riwayat kesehatan untuk keperluan apakah saya boleh disuntik vaksin atau tidak.
Selesai mengisi lembar tersebut saya diarahkan ke loket Skrining. Di situ lembar anamnesa diperiksa, suhu badan dan tekanan darah saya juga diperiksa oleh dokter yang ramah.Â
Dan dalam pemeriksaan itu menyatakan bahwa kondisi kesehatan saya tergolong memadai untuk menerima vaksin tersebut.
Dari loket skrining, kemudian saya diarahkan untuk menunggu giliran dilakukan penyuntikan vaksin. Penyuntikan ini dilakukan oleh seorang Bu dokter di sebuah bilik.Â
Ketika tiba giliran saya untuk di suntik, tiba-tiba saya merasa tegang sekali. Sebelum disuntik, di dalam bilik itu Bu Dokter menanyakan apakah saya sudah sarapan? Saya jawab sudah, saya sudah sarapan, Dok.Â
Lalu Bu Dokter tanya lagi, sudah siap disuntik? Saya jawab dengan grogi, sudah, Dok. Tapi pelan-pelan ya, Dok. Bu Dokter itu lalu tertawa. Saya tidak ikut tertawa karena tegang.Â
Saya tegang sebab seingat saya terakhir kali saya disuntik ya saat sunat dan saat imunisasi pada waktu masih SD dulu. Jadi agak ngeri membayangkan disuntik lagi.Â