Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sensasi Berjalan di Samping Tengkorak yang Terserak

8 Agustus 2019   19:58 Diperbarui: 8 Agustus 2019   20:00 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Bira
Matahari belum muncul benar saat kami memulai perjalanan menuju Pantai Bira yang letaknya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan-Barat. Saat itu pemandangan perbukitan di Toraja terasa syahdu benar. Senang melihatnya...

Oh ya patut diingat, khususnya untuk traveler muslim, di sini termasuk daerah yang mayoritasnya beragama Nasrani atau masih menganut kepercayaan nenek moyang jadi sangat susah bagi kita menemukan makanan halal dan salat di masjid.

Beberapa kali saya menanyakan tempat salat, masjid atau masala. Tapi ternyata sulit, bahkan untuk salat saja saya harus naek becak yang jaraknya sekitar 500 m karena di mana-mana tidak ada tempat salat. Begitu juga soal makanan, sebenernya mereka, penduduk Toraja juga sama seperti Jakarta menjajakan bakso atau mie ayam. Tapi itu biasanya pakai daging babi (hitam).

Jadi hati-hati pastikan halal ya... Biasanya toko yang menyajikan masakan halal pedagangnya berasal dari Jawa atau Makassar. Jadi jauh-jauh ke Toraja makannya tetep bakso milik mas-mas orang Jawa hahaha.

Driver kami yang orang Toraja juga cerita, kalau di Toraja sedikit demi sedikit mulai memeluk agama kristen Protestan. Nah, agama ini mengajarkan untuk mengubur mayat. Jadi orang-orang yang beragama Toraja mulai mengubur jenazah kerabatnya  namun tanpa meninggalkan budaya mereka, para jenazah tetap ditempatkan di areal tinggi sebagai penghormatan jadi kuburannya di atas gitu. Mereka pun membangun rumah-rumah untuk makam dan tidak lagi di tempatkan di tebing-tebing.

dok. pribadi
dok. pribadi
Penghormatan terhadap jenazah juga biasanya ditunjukkan dengan mengarak jenazah ke tempat persemayaman terakhir. Orang-orang yang disekitarnya pun diwajibkan berhenti sejenak untuk menghormati jenazah yang lewat. Bahkan mobil kami yang lewat pernah dipukul keras oleh seorang warga yang tengah mengarak jenazah gara-gara mobil kita tetap jalan saat ada jenazah yang lewat.


Sampai di Bira hari sudah gelap lagi, hampir 12 jam baru akhirnya sampai ke Pantai Bira. Istirahat sebentar langsung kita nikmatin keramaian Pantai Bira.

Di bibir pantai ada satu cafe ajep ajep dengan musik dan gemerlap laser warna warni. Sudah bisa ditebak lah dalemnya gimana. Beberapa teman saya masuk karena penasaran. Sementara saya milih balik aja ke penginapan, istirahat.

Pagi-pagi kita udah siap-siap mau snorkeling. Pas sampai di pantai ternyata ruameee banget. Tapi pas kita berlayar ke tengah laut baru deh kerasa sepinya dan bagus banget. Airnya yang hijau toska jernih banget sampai bisa liat ke dasar lautnya. Keren!

Abis main-main di tengah laut kita melipir sejenak di pinggir pantai untuk santap siang dengan ikan laut yang enak banget. Udah puas basah-basahan saatnya jalan-jalan manja di pinggir Pantai Bira yang udah mulai sepi. Paling enak jalan-jalan di pinggir pantai yang pasirnya kayak pantai ini, pasirnya mirip lada jadi nyaman banget buat bertelanjang kaki.

Lagi jalan-jalan nemu penyu tergonggok begitu saja, ternyata dia mati dengan tali membelitnya.  kasian banget deh. kok ada yang tega begitu ya. Pokoknya jangan sampai nyakitin atau ngerusak alam dan ekosistem ya teman-teman. Lihat videonya yuk di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun