Okeh, dari keraton, sebelum pulang kita mampir makan di The House of Raminten, sebuah restoran yang kental dengan nuansa budaya karena pelayanannya pakai kemben.
 Namun yang bikin saya ilfeel makan di sini, sebab ada pelayan yang abis kerokan melayani saya. Hingga terpampanglah itu tato bergaris-garis dengan nyata.
ilfeel saya makin lengkap karna si mba ini bersendawa tak karuan karena masuk angin. Aduh.... mau nangis ga lu. Makanan yang kelihatan enak pun jadi bener-bener hambar plus harga yang dibanderol mahal, untung saya dibayarin.
 Melihat itu semua kita jadi tahu, Yogya memang mempertahankan identitas dirinya sebagai Kota Budaya. Terlepas dari suka, tidak suka atau menarik, tidak menarik yang penting datang ke Yogya itu adalah bentuk dukungan terhadap kebudayaan yak.