Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Singapura, Modernitas Tanpa Batas

11 Juli 2019   11:45 Diperbarui: 11 Juli 2019   11:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kedua di Singapura, saya bersama teman saya yang masih mengantuk memutuskan pergi ke Johor Baru, Malaysia. dengan menyeberang bus kami ke sana dan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Yang saya sesalkan dalam waktu segitu kita tidak diperkenankan makan dan minum. hellow, nyiksa banget kan. Saya kemudian protes ke teman saya kalau Singapura harus bikin peraturan yang relevan dan masuk akal. Bisa-bisa orang dehidrasi kalau tidak minum selama 1,5 jam. Aus Bok!

Di Johor kami terdampar di pasar yang berbatasan dengan terminal. Setelah makan, kita bingung hendak kemana karena Johor minim pariwisata. Perjalanan saya semakin kacau, apalagi teman saya tampak tak bersemangat dan kami berulang kali salah turun naik mobil.

Oiya, saya akan menggambarkan terminal Malaysia di Johor Baru ini. Kalau kalian menyangka terminal di luar negeri itu keren semua, kalian salah banget. Kenapa? karena terminal ini mirip banget sama terminal blok M. Banyak penjaja dan kotor ditambah orang jualannya mirip kek pasar. Bahkan teman sampe jauh-jauh ke sini beli tempe yang jualan uncle2 chinese gitu. Ngakak sih.

Karena sudah gak jelas tujuan kemana, akhirnya kita balik ke Singapura dan cuma mampir di pasarnya aja. Migrasi di sini juga lumayan ramai dengan banyak para wisatawan plus pekerja yang bolak balik Singapura-Malaysia. Jadi bagi kalian yang gak punya tujuan jelas ke Johor Baru mending gak usah  lah ya, cuma capek antrenya aja nanti.

Kemudian sebagai ganti mood saya yang jelek, dia berjanji mengantar saya ke Little India. Dia mewanti-wanti saya untuk hati-hati terhadap tas saya, dia bilang saya bisa lengah dimana saja tetapi tidak di Little India. Meski begitu saya bersikap wajar seperti biasa tanpa mengendurkan tingkat waspada saya.

Saya keling sana keliling sini, teman saya minta pulang karena dia sangat mengantuk. Kami sempat mampir ke kuil di dekat sana dan melihat upacara entah apa. Saya selalu tertarik dengan colourful-nya kuil mereka hehehe. Dan mungkin cuma di Malaysia dan Singapura yang kuil-kuil Hindunya semenarik ini. Salut sih karena ini bisa jadi objek wisata juga kan.

Dokpri
Dokpri
Hari ketiga saya dibebani dengan balas budi kepada teman yang telah memberi tempat hidup sementara selama di Singapura. Dia minta saya untuk membuatkan kimbab. Hehehe dia suka kimbab buatan saya yang made in Indonesia sekali. Tapi ada satu tempat yang saya masih mau lihat. Itu China Town.

Jadilah saya langsung meluncur ke sana pagi-pagi sekali dan belum banyak yang buka. Di sini saya kalap belanja oleh-oleh lagi karena unik dan murah. Ya buatan Cina memang gudangnya murah hehe. Di sini saya terus menerus melihat jam karena takut tidak sempat masak. Apalagi mengingat saya harus pulang sore harinya.

Saya mampir ke kuil di sana, merah menyala langsung mencolok mata saya. Foto-foto sebentar dan lagi mata saya pedih karena asap dupa. Di daerah sini makin siang makin panas dan pengap karena makin banyak orang yang berlanja. Jadi mending kalau datang sekitar jam 9an aja biar lebih nyaman jalan-jalan dan shoppingnya.

Dokpri
Dokpri
Akhirnya selepas masak saya berpamitan pulang ke Jakarta. Lagi-lagi teman saya tidak mengantar, tapi tidak apa saya cukup senang karena tidak banyak menghabiskan uang di sana. Sebagian besar uang saya habiskan untuk oleh-oleh kerabat dan sahabat. Sampai tas saya penuh oleh-oleh :).

 Sampai di Changi ternyata pesawat berangkat jam 21.00 bukan jam 19.00 duh salah lagi, akhirnya saya habiskan untuk eksplore Changi tapi lagi-lagi semua terasa biasa saja. 

Meski ada mall, taman di dalam sana, tapi saya merasa tidak terlalu bernafsu rasanya semuanya fana. Mungkin satu satunya yang berkesan di Changi adalah alat pijatnya haha. 

Setiap ke Changi pasti saya selalu mengincar alat pijat ini. Alat pijat ini menyediakan berbagai mode getaran plus rasa hangat enak banget kan dan pas buat kalian yang habis eksplore Singapura dengan berjalan kaki.

Sampai di Indonesia saya merasa semakin mencintai Indonesia, negeri kita lebih indah dari manapun salah satunya Singapura. Saya beruntung bisa memiliki Indonesia lengkap dengan serba serbi penduduknya. 

Dimana semua masih terlihat normal, orang tidak bicara dengan teknologi, atau tidak memperlakukan kakek nenek sebagai babu. Meski teknologi dan modernisasi minim saya tetap ingin tinggal di sini dibanding harus tinggal di Singapura. padahal Singapura termasuk majemuk juga tetapi tidak seperti negara kita. 

Mereka tampak baik di belakang dengan suku-suku lainnya, tapi jika kalian perhatikan amat jarang si India bergaul dengan Cina atau dengan Bugis.

Sepertinya memang pemerintah sudah memisahkan mereka dengan keberadaan  distrik dengan satu komunitas tertentu, seperti Bugis street, China Town dan Little India. Begitu juga dengan sekolah mereka. Sampai suatu ketika pemerintah mengkampanyekan persatuan lewat program yang isinya pernikahan antara si Cina dan India lewat salah satu program TV.

Semua tampak baik kelihatannya tapi menurut saya pemerintah Singapura menyimpan api dalam sekam. Saya juga pernah mendengar bahwa ada beberapa diskriminasi ada di sana. 

Misal yang Chinese selalu menjadi pejabat atau orang penting, sementara orang-orang Tamil pekerja kasar. Fuh, ketidaksetaraan, SARA pasti akan jadi pemicu bentrok selanjutnya di Singapura. 

Belakang itu pernah kejadiannya selepas saya dari Singapura, apalagi bukan konflik di Little India yang melibatkan konflik ras juga.  Jadi bisa saja ini akan terulang kembali jika pengkotak-kotakan tetap terjadi.

Oke sekian pendapat dan perjalanan panjang saya soal Singapura. Kalau ada yang mau tukar pendapat silakan isi kolom komentar, dan hikmah dari perjalanan ini saya jadi makin mencintai Indonesia seutuhnya :)



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun