Mohon tunggu...
Mustika Kumala Dewi
Mustika Kumala Dewi Mohon Tunggu... pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Burnout di Kalangan Mahasiswa: Saat Produktivitas Jadi Tekanan

7 Oktober 2025   22:54 Diperbarui: 7 Oktober 2025   21:57 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Mahasiswa sering kali dipandang sebagai masa paling menyenangkan dalam hidup. Di fase ini, seseorang dianggap telah dewasa dan memiliki kebebasan untuk menentukan arah hidupnya. Namun, di balik keceriaan kehidupan kampus, tidak sedikit mahasiswa yang harus berhadapan dengan tekanan akademik, tuntutan organisasi, serta ekspektasi pribadi dan lingkungan. Semua itu perlahan dapat menumpuk menjadi kelelahan mental yang dikenal dengan istilah burnout.

Fenomena burnout di kalangan mahasiswa kini semakin sering dibicarakan. Banyak yang merasa terbebani oleh anggapan bahwa masa kuliah harus selalu produktif. Mahasiswa dituntut untuk aktif di kelas, mengikuti organisasi, mengembangkan keterampilan, dan tetap berprestasi. Alih-alih memotivasi, tekanan untuk selalu produktif justru membuat sebagian mahasiswa kehilangan semangat dan arah. Mereka terus berlari tanpa jeda, takut tertinggal, hingga lupa bahwa istirahat juga bagian dari proses belajar.

Salah satu penyebab utama burnout adalah ketidakseimbangan antara waktu belajar dan waktu istirahat. Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, serta aktivitas di luar perkuliahan sering membuat mahasiswa kesulitan mengatur waktu. Tidak jarang mereka begadang demi menyelesaikan tugas, lalu keesokan harinya harus tetap hadir di kelas tanpa energi yang cukup. Kondisi fisik yang lelah, jika terus dibiarkan, dapat berujung pada kelelahan mental.

Selain faktor akademik, lingkungan sosial dan ekspektasi diri juga berperan besar. Media sosial membuat banyak mahasiswa membandingkan diri dengan orang lain. Melihat teman yang aktif berprestasi, magang di tempat bergengsi, atau berhasil menulis karya ilmiah, kadang menimbulkan perasaan tidak cukup baik. Perbandingan ini perlahan menumbuhkan tekanan batin dan rasa tidak percaya diri, padahal setiap mahasiswa memiliki proses dan kemampuan yang berbeda.

Dampak burnout tidak bisa dianggap sepele. Mahasiswa yang mengalaminya kerap menunjukkan tanda-tanda seperti kehilangan motivasi, sulit fokus, cemas berlebihan, hingga menarik diri dari lingkungan sosial. Jika dibiarkan, burnout bisa menghambat prestasi akademik dan berdampak pada kesehatan mental jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mengenali tanda-tanda awal kelelahan emosional agar dapat segera mengatasinya.

Salah satu langkah sederhana untuk mencegah burnout adalah menyusun prioritas dan jadwal kegiatan secara realistis. Tidak semua peluang harus diambil; yang terpenting adalah fokus pada hal yang benar-benar mendukung tujuan pribadi. Selain itu, penting pula untuk memberi ruang bagi diri sendiri,mengambil waktu istirahat, melakukan hobi, atau sekadar berbincang santai bersama teman. Aktivitas ringan seperti jalan sore, membaca buku non-akademik, atau mendengarkan musik dapat membantu meredakan stres.

Kampus juga memiliki peran penting dalam mendukung kesejahteraan mahasiswa. Penyediaan layanan konseling, kegiatan pengembangan diri, serta lingkungan belajar yang inklusif dapat membantu mahasiswa mengelola tekanan. Dosen dan pihak kampus perlu memahami bahwa produktivitas tidak selalu diukur dari seberapa banyak tugas yang dikerjakan, tetapi juga dari kemampuan mahasiswa menjaga keseimbangan diri.

Pada akhirnya, kuliah bukan sekadar perlombaan untuk menjadi yang paling sibuk. Lebih dari itu, masa kuliah seharusnya menjadi ruang bagi mahasiswa untuk bertumbuh mengenal diri, membangun relasi, serta belajar menghargai proses. Produktivitas memang penting, tetapi kesehatan mental jauh lebih berharga. Karena itu, ketika rasa lelah mulai muncul, berhentilah sejenak. Istirahat bukan tanda kemunduran, melainkan langkah bijak untuk melangkah lebih jauh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun