Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan dan Keanehan-keanehannya, Sebar Dulu Urusan Malu Belakangan (2)

24 Desember 2019   13:29 Diperbarui: 24 Desember 2019   20:57 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, saya menulis tentang "Anies Baswedan dan Keanehan-keanehannya (1)", yang saya maksudkan sebagai tulisan pertama. Maka, tulisan ini adalah tulisan kedua sebagai kelanjutannya.

Sebagian dari keanehan Anies Baswedan adalah karena ia dimusuhi oleh segerombolan manusia yang memiliki prinsip "sebar saja dulu, soal malu urusan belakangan". Damaged has been made. Rusakkan saja dulu, soal benar tak usah dipikirkan. Begitu kira-kira. Dengan musuh yang demikian, Anies Baswedan seperti pemeran utama yang biasanya kalah di awal, tapi akhirnya menjadi pahlawan, dalam banyak kejadian dan  persoalan.

Seperti apa contohnya?

Kemarin sempat ramai soal anggaran penebusan ijazah yang ditahan oleh pihak sekolah karena siswa yang bersangkutan memiliki tanggungan iuran yang belum dibayarkan. Tak tanggung-tanggung, informasi itu langsung dilahap oleh beberapa kompi pasukan untuk diviralkan dengan narasi menyedihkan seperti gambar berikut:

twitter @MurtadhaOne1
twitter @MurtadhaOne1
Aslinya, dana untuk menebus itu hanya sekitar 688 juta, bukan 688 miliar! Tapi karena diketahui oleh para tim hore dan potensial untuk merusak citra, maka langsung hajar saja. Saya tak paham yang mana yang salah, tapi kelompok itu akan selalu "merayakan" setiap kesalahan siapapun hanya untuk kepentingan merusak Anies Baswedan.

dok. Viva News
dok. Viva News
Kemudian, soal Jembatan Hutan Kota Kemayoran yang ambruk dalam waktu sehari pasca diresmikan. Seketika, hanya karena jembatan itu berada di Jakarta lalu diviralkan sedemikian rupa untuk menegasikan Anies Baswedan. Padahal jembatan itu bukanlah proyek DKI Jakarta melainkan proyek pusat di bawah Sekretariat Negara. Nah lhooo.

Setelah diketahui bahwa mereka menjadi bagian dari penikmat "kebohongan", alih-alih mereka meralat, sebagiannya justru membalikkan melalui kontra narasi sebagai seorang pahlawan. Sebagian kecil yang lain, ada yang "sadar" lalu berubah menjadi sok objektif dan kalimat-kalimat sok bijak. Mengerikan, bukan?

twitter.com/agussari
twitter.com/agussari
twitter.com/AgusSaptono
twitter.com/AgusSaptono
Mereka tak mau memahami pelan-pelan atau minimalnya menunggu waktu sehingga ada penjelasan. Itu tak penting karena prinsip yang dipakai dari awal memang aneh: sebar dan rusakkan dulu, urusan malu belakangan.

Hal yang sama juga terjadi saat beberapa waktu terakhir dan di waktu-waktu yang akan datang, terjadi banjir di Jakarta. Betul, Jakarta belum lepas dari banjir. Setidaknya ada puluhan titik di Jakarta yang masih menjadi langganan banjir setiap tahun, tapi masalahnya, cara mereka menarasikan kegagalan Anies Baswedan sangatlah luat biasa.

Biasanya ditambah dengan membanding-bandingkan dengan kepemimpinan sebelumnya, terutama Ahok. Saya jadi berpikir dan bertanya-tanya, memangnya saat Ahok memimpin Jakarta bebas dari banjir? Urusan banjir terselesaikan? Tidak, kaaan? Parah juga banjirnya, meski dipaksakan untuk gagah secara narasinya. Dulu, bahkan bisa berjam-jam air itu menggenang tak seperti sekarang yang surut dalam waktu relatif lebih singkat.

Apalagi? Banyak sekali peristiwa dimana hal-hal yang berkaitan dengan Anies Baswedan dan DKI Jakarta diviralkan dan dihajar sedemikian rupa, lalu setelahnya muncul kebenaran dan penjelasan yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun