Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan dan Keanehan-keanehannya (1)

22 Desember 2019   11:16 Diperbarui: 22 Desember 2019   19:21 5602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Sampai saat ini, saya sering merasa aneh ketika melihat, mendengar, atau membaca informasi dari sosok Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, yang oleh Tjahjo Kumolo diamini sebagai Gubernur Indonesia karena Jakarta adalah kota bersama untuk seluruh rakyat Indonesia itu.

Keanehan muncul, terutama ketika sampai sejauh ini, Anies secara konsisten mendapatkan bully, hina, dan caci bahkan dari manusia-manusia yang bukan penduduk DKI Jakarta. Semacam tim hore yang ikut meramaikan suasana. Termasuk juga diantaranya adalah para robot, yang konon, didatangkan khusus dari Planet Merkurius: panas, provokatif, dan selalu tanpa hati.

Betapa anehnya sosok Gubernur satu ini, yang bahkan "dibuatkan" acara khusus melalui panggung mewah sekelas Indonesia Lawyers Club (ILC) hanya untuk membicarakan serangan dan bully-an yang menyasarnya secara masif, terutama melalui kontra narasi yang terorkestrasi.

Apakah itu karena yang dilakukannya atau karena yang tidak dilakukannya? Sepertinya, ini tidak hanya soal itu saja. Sebab sebagiannya, kalau kita perhatikan, memang ada upaya-upaya untuk mempertahankan kebencian, merawat kekecewaan, yang muncul sejak masih dalam kontestasi Pilkada lalu. Konsekuensinya? Anies gak pernah (dianggap) benar, Anies (selalu) dianggap salah.

Soal Anies yang bermulut manis, mengeluarkan narasi-narasi memabukkan nan puitis sementara tak ada kerja, tak memiliki kinerja, dan Jakarta semakin semrawut saja. Katanya. Tapi aneh bagi saya, bagaimana mungkin orang yang dianggap cuma bisa menyusun kata dan tak menata kota justru bisa mendapatkan banyak sekali penghargaan, personal maupun kelembagaan, di dalam maupun di luar negeri? Bagaimana ini bisa terjadi?

Oke, kita pelan-pelan merunutkannya. Sebuah penghargaan atau pengakuan diberikan karena ada prestasi. Prestasi itu lahir karena ada kerja, punya kinerja, memiliki konsep dan gagasan, serta dipercantik melalui narasi. Tak mungkin prestasi diberikan dan diakui sementara kerjanya cuma ongkang-ongkang kaki.

Anehnya, puluhan penghargaan dan pengakuan yang didapatkan Anies dan Jakarta masih dijadikan senjata untuk mengatakan Anies tidak bekerja? Masuk akal, gak, sih, cara berpikir yang seperti ini?

Halah, prestasinya apaan juga gak jelas! Jakarta tetap begini-begini saja!  Sebagian orang sumir demikian. Boleh saja. Lalu harus seperti apa prestasi yang wah itu? Apakah Anies harus membangun Jakarta, memodifikasi, memperbaiki Jakarta secara jor-joran dan kalau perlu ngutang agar Jakarta tak begini-begini saja?

Halah, paling dapetnya juga hasil "kongkalikong"! Sebagian yang lain, berandai seperti itu. Boleh lah. Sah-sah saja. Tapi perlu diketahui, bahwa sebagian besar dari prestasi Jakarta diapresiasi oleh Kementerian seperti Kemendikbud, KemenPPPA, Kemenakertrans, dan beberapa lembaga negara lainnya. Kementerian itu menterinya diangkat oleh Presiden Jokowi. Ya, kali, Presiden Jokowi ngangkat Menteri yang bisa diajak kongkalikong! Gak, kaaaannn.

Lalu, soal akuntabilitas keuangan dan komitmen anti-korupsi. Setelah bertahun-tahun puasa, akhirnya DKI Jakarta mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK. Jelas ini pengakuan dan prestasi, sebagai simbol dari semakin genahnya pengelolaan keuangan DKI Jakarta. Ini logika sederhana, kecuali kita tak percaya BPK, sebagaimana beberapa tahun lalu dilakukan oleh segerombolan orang hanya karena membela pujaannya.

Masih kurang? Sebelum penghargaan dari KPK, baru-baru ini Anies juga mendapatkan penghargaan sebagai Kepala Daerah yang mampu mendorong pembangunan zona integritas dari Kemenpan-RB. Hanya Anies dan Khofifah yang mendapatkannya. Lalu apa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun