Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama featured

Haji Wukuf di Arafah, Kesabaran dan Pengorbanan

23 September 2015   08:15 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:32 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/ Afp Photo / Fayez Nureldine

Prosesi ibadah haji di Arafah

Hari ini tarikh 9 Zulhijjjah 1436 H bertepatan 23 September 2015, seluruh jamaah haji dari penjuru dunia yang melaksanakan haji telah berkumpul di padang Arafah, sebelah timur Saudi Arabia.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Alhajju bi arafah” (Haji adalah di Arafah). Maka dapat dikatakan tidak ada haji tanpa wukuf di Arafah. Para ulama sepakat bahwa berdasarkan ucapan Nabi Muhammad SAW tersebut, maka seseorang dikatakan sudah haji, jika telah melaksanakan segala rukun haji dan wukuf di Arafah.

Pertanyaannya, mengapa wukuf di Arafah begitu penting dan merupakan syarat mutlak keabsahan haji? Setidaknya ada 3 (tiga) hikmah yang bisa dikemukakan.

Pertama, haji merupakan napak tilas – mengikuti jejak Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad SAW. Dipadang Arafah, Nabi Muhammad SAW melakukan wukuf dan mengucapkankhutbatul wada’ (pidato perpisahan) yang kemudian disebutkan dalam Alqur’an di surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi “Alyauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu alaikum ni’maty wa radhiitu lakumul Islaama diina” (Pada hari ini Aku (Allah) sempurnakan Agama (Islam) bagi kamu dan Aku (Allah) cukupkan nikmat bagi kamu dan Aku rela (ridha) Islam menjadi agama kamu”.

Kedua, padang Arafah merupakan simbolisasi padang Mahsyar. Setelah dunia kiamat, seluruh umat manusia sudah mati, mereka akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Seluruh umat manusia akan berkumpul di padang Mahsyar untuk menanti pengadilan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dihadapan Tuhan, mereka akan mempertanggungjawabkan segala amal kebaikan dan keburukan selama hidup di dunia. Jika timbangan amalnya baik, maka akan masuk Syurga, jika sebaliknya, maka akan masuk Neraka.

Ketiga, untuk merespon panggilan Allah kepada setiap Muslim yang memiliki kemampuan ekonomi dan fisik, untuk melaksanakan Ibadah haji. Sesuai firman Allah “Wa azzin finnaasi bilhajji ya’tuuka rijaalan wa ‘ala kulli dhaamirin ya’tiina min kulli fajjin amiiq” (Dan Permaklumlah kepada manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang dengan berjalan kaki dan mengendarai segala macam kendaraan dari segala penjuru). Puncak haji adalah di Arafah sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kerelaan Berkorban

Haji yang puncaknya di Arafah adalah ibadah yang memerlukan kesabaran yang tinggi dan kerelaan berkorban. Walaupun memiliki kemampuan ekonomi dan kesiapan fisik, jika tidak rela berkorban, maka tidak akan mau melakukan ibadah haji.

Setidaknya ada 5 (lima) alasan perlunya sabar dan berkorban. Pertama, ibadah haji yang dilakukan pada waktu yang bersamaan oleh jutaan manusia, tidak mudah melayaninya. Maka setiap jamaah harus rela berkorban dengan berdesak-desak dan menyabung nyawa, selama melaksanakan ibadah haji.

Kedua, fasilitas hotel (penginapan) dan makanan, tidak mungkin bisa memenuhi selera setiap jamaah haji yang datang dari berbagai negara, maka harus sabar dan rela berkorban – melepas kesenangan demi ibadah kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun