Mohon tunggu...
Money

Menyingkap Makna dibalik huruf "i" dalam iB

30 Juni 2009   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:00 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Dengan pemaknaan yang lebih komprehensive dibalik logo iB ini, diharapkan mampu menterjemahkan hakekat dari Keadilan, tegak lurus dengan nilai-nilai kebenaran dan moralitas serta nilai-nilai keilahiyaan,  mampu menopang setiap yang lemah dan tidak berdaya untuk bangkit tegak mandiri penuh harapan untuk bangkit dan berkembang, dan noktah titik diatas garis lurus itu, mampu diterjemahkan sebagai titik penjernihan hati dan nurani dalam menselaraskan akal dan karsa, intelektualitas dan spiritualitas dalan iklim dunia bisnis perbankan".

Ada satu titik ruang yang mengisyaratkan hakekat sebuah makna di balik setitik noktah berbentuk TITIK, i adalah cita rasa dari beribu-ribu makna, karena ada sebaris makna garis  yang tegak lurus, di pertegas dengan setitik noktah TITIK yang akan  melukis berjuta-juta kanvas kehidupan, yang akan menggores berjuta-juta kata, merangkai kalimat, menghimpun keberartian kata dan kalimat, menjewantah dalam nilai-nilai kemana arah TITIK itu ditorehkan. Bandingkan dengan tanda ini "!", yang bermunculan ada berbagai persepsi negatif, lalu tatap lagi dengan sebentuk huruf "i", maka disana akan bermakna berjuta-juta kata, berjuta-juta arti, illahi....ibu....insan.....ilmu....iman.....indah....ibadah.....ikhlas.....ikhsan....intan...ini dan itu, menerangkan banyak hal dan memberi penegasan sebuah nilai setiap kalimat yang terangkai dengannnya. sedangkan TITIK adalah misteri mengungkap beribu-ribu hikmah, dalam memulai merangkai setiap huruf dan kata dalam satu kesatuan kalimat.

lalu misteri apa yang tersembunyi dibalik TITIK dalam seuntai huruf i dalam penulisan iB?.

Dengan i terangkai kata islamic, dengan B terangkai kata Banking...

Garis tegak lurus dan se titik noktah TITIK pada rangkaian kata islamic ini, mengandung pemakanaan yang mungkin bagi siapapun yang menggagas dan meluncurkan logo ini, tidak sampai memaknainya sampai sejauh ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap insan yang ada dibalik kehadiran logo ini. Ijinkan kalau sekiranya saya sedikit membuka hikmah yang tersembunyi dibalik huruf ini, yang serta merta tidak akan mengotak atik dan merubahnya karena logo itu sudah di kukuhkan dengan penuh kesadaran dan landasan hukun yang kuat. Namun dalam tulisan  ini, perkenankan saya sedikit membuka tabir hikmah yang terbentang dibalik huruf ini, yang dimaknai dengan islamic....

Islamic....adalah cita rasa yang dibangun untuk menjewantahkan nilai-nilai keilahiyaan, i adalah citarasa yang di bingkai dalam memaknai hakekat kerendahan hati, inilah nilai-nilai yang barangkali telah tertorehkan dibalik huruf i kenapa memakai huruf kecil pada penulisan iB (islamic Banking), sebagaimana di ungkap oleh Bapak Janu D. pada artikel beliau sebelumnya. Namun ada satu misteri yang tersebunyi di balik huruf kecil ini, sebagaimana saya ulas sebelumnya dalam membuka ruang kehadiran garis tegak lurus dan setitik noktah TITIK.

Garis tegak lurus ini diharapkan mencerminkan nilai-nilai keadilan yang mampu diterjemahkan dalam wadah Islamic Banking...., garis tegak lurus ini diharapkan mampu mendorong siapapun yang berhimpun didalam Islamic Banking untuk tegak lurus dalam menjalani kehidupan dengan menata kehidupan baik personal maupun yang terkait dengan perusahaan ataupun bisnis yang di geluti..., Garis tegak lurus ini, diharapkan mampu menginspirasi siapapun yang terkait didalamnya untuk mampu berdiri tegak menopang hidupnya dengan menjalankan aktifitas bisnis dengan nilai-nilai spiritualitas. Garis lurus ini, diharapkan mampu meluruskan hati dan pikiran bagi segenap insan yang terlibat didalam iklim bisnis Islamic Banking ini, dan disinilah kita juga dapat memaknai satu noktah TITIK itu dengan setitik permulaan penciptaan diri setiap insani...dan dalam diri setiap insani itu ada segumpal daging, jika segumpal daging itu bagus, maka akan baik pula semuanya, yakni jiwa, pikiran, dan perilakunya. Sebaiknya, bila segumpal daging ini buruk, niscahya buruk pula seluruh jiwa, pikiran, dan perilakunya. ketahuilah bahwa segumpal daging yang dimaksud adalah hati.

Agama dan kepercayaan apapun bisa menerima kebenaran sabda Rasulullah Saw. tersebut. Tentunya , hati yang dijelaskan dalam hadits itu bukanlah organ tubuh seberat 1,5 kg yang dilindungi oleh tulang iga bagian kanan bawah. Hati yang  dimaksud pada hadits ini adalah salah satu potensi yang dibawah ruh, potensi tersebut bergerak menuju hakekat hati manusia yang bersifat goib, halus, dan bercahaya. Tempat qalbu bersemayam dalam kelembutan rabbaniyah ruhaniyah, yang mampu menangkap, menyerap, dan memiliki pemahaman dalam diri manusia, yang mampu mengetahui, mengerti, dan memahami, tempat menerima kasih sayang, ketaatan, kebaikan, pengajaran, yang kesemuanya itu hanya bisa dilihat dengan penglihatan batiniyah atau paling tidak dirasakan. Dan bahkan keberadaannnya menjadi benteng terakhir dalam menghadapi ujian hidup. Pikiran sering kali tak mampu lagi menyelesaikan masalah berat yang menimpa diri seseorang. Maka disinilah nilai-nilai ketuhanan  yang serta merta memenuhi sang qalbu ingin kembali melabuhkan pengharapannya dalam merengkuh kembali energi ketuhanan yang ada dalam diri setiap insani, untuk meraih kembali asa dan pertolongan serta bimbingan-Nya.

Energi ketuhanan ini diformat begitu indah dalam penciptaan setiap insani, Tuhan menganugerahi akal dan perasaaan kepada manusia agar bisa menerima, memahami, mempelajari, menganalisis, membandingkan sesuatu , serta mengembangkan dan membudayakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sesungguhnya, kemuliaan manusia dikarenakan beberapa faktor, yakni akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kesemuanya itu terkait dengan pengabdian kepada Tuhan. Energi positif itu terbentang luas dalam sifat dan nama-nama Tuhan sebagai power maha dahsyat yang disalurkan Sang pemilik diri untuk mengeksploitasinya secara sungguh-sungguh. Tuhan yang Maha Kasih...Tuhan yang maha Pengasih...Tuhan yang Penyayang, Tuhan yang Maha Suci, Tuhan yang maha Selamat dan Menyelamatkan, Tuhan yang Maha Aman, Tuhan yang Maha menjaga, Tuhan Yang Maha Adil dan Bijaksana, Tuhan yang Maha Lembut dst...jikalau kita mencermati Nama-nama Tuhan tersebut, secara seksama, kita pasti mengetahui bahwa nama-nama itu mengandung energi positif yang dapat diterapkan pada aktifitas apapun, termasuk bisnis.

Silahkan kita mencari referensi yang elegan setelah menemukan fakta-fakta bisnis dalam sejarah. Bila ada yang mengambil alternatif bisnis dengan berfikir dan bertindak tanpa mengindahkan norma, etika, dan religi, atau act in a crazy manner, serta bermanuver kotor demi memperoleh keuntungan secara cepat, maka saudara harus bersiap-siap mengenakan lencana berklasifikasi killer, dan saya yakin bahwa kebahagiaan yang saudara peroleh akan berdampak negatif.

Bila panggung bisnis atau konsep-konsep manajemen disisipi dengan hal-hal yang mengandung nilai-nilai moral, etika, nurani dan konsep manajemen yang berujung pada sosok pembisnis yang berenergi ketuhanan, ada seperangkat syarat dalam  bingkai four roles leadership, yakni perintis, penyelaras, pemberdaya, dan menjadi panutan, serta berkompoten menangani segi-segi teknik metodologi dunia usaha , mempunyai kejelasan visi, penuh integritas dan motifasi, kreatifitas dan inovatif, serta berkomitmen jangka panjang  yang dibangun dengan karakter yang meliputi: bersifat, berpikir, dan bertindak positif, yang diperkuat dengan karakter inspirational leadership yang menciptakan sebuah motifasi, rangsangan, dan dorongan kepada siapapun yang berhimpun didalamnya, sehingga mampu mengeksplorasi diri untuk berinovasi dan berkreasi dalam aktivitas bisnis dengan menjadikan bisnis sebagai aplikasi ibadah, kecerdasan bisnis yang berangkat dari kesehatan rohani, kejujuran sebagai jalan untuk merintis dan mengembangkan bisnis serta membingkai bisnis dengan kesabaran dan kerendahan hati. Pengimplementasian dari titik temu antara akal dan nurani ini, membangun "mizan" keseimbangan Rasionalitas, intelektualitas dan spiritualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun