Mohon tunggu...
muslihatul imaniah
muslihatul imaniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Penting Generasi Muslim Milenial untuk Mengawal Perkembangan Islam di Zaman 4.0 (Four Point Zero)

28 April 2022   11:29 Diperbarui: 28 April 2022   11:35 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada zaman sekarang kita di hadapkan dengan segala kecanggihan teknologi yang sangat pesat berkembang. Kita dapat mencari berbagai informasi dan berkomunikasi dengan mudah tanpa di batasi oleh jarak dan waktu. Di sisi lain, secara tidak langsung kita di tuntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja dengan harapkan dapat membuat perubahan yang baik di masa depan. Begitupun juga dengan perkembangan islam pada zaman sekarang ini, kita harus melakukan banyak pembaharuan/modernisasi supaya mudah di terima di masyarakat.

Generasi muslim millenial merupakan generasi terdepan, dibarengi dengan kecanggihan teknologi yang kian hari kian mutakhir, tidak dapat dipungkiri bahwa generasi muslim millenial

merupakan generasi yang memiliki ketergantugan sangat tinggi terhadap berbagai macam perkembangan teknologi, tentu saja dengan adanya hal tersebut generasi muslim Millenial memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi lain, dalam menerima dan mentransfer segala informasi serta pengetahuan yang di dapat jika di bandingkan dengan generasi diatasnya.

Generasi muslim millenial yang merupakan generasi yang terbesar, generasi muslim Millenial pula sangat rentan terhadap pengaruh radikalisme serta tindakan-tindakan intoleran yang diwadahi dengan derasnya arus informasi yang tersebar di media sosial serta internet, sebab banyak sekali informasi-informasi tidak di filter dan bahkan menjadi tidak terkendali, lebih bahaya lagi banyak gerakan-gerakan pemuda yang anti terhadap pancasila serta gerakan radikalisme yang kini mulai merebak dikalangan pelajar dan mahasiswa yang merupakan kelompok dari generasi itu sendiri.

Oleh karena itulah Genersi Muslim Milenial selain sebagai generasi yang menjadi harapan bangsa tentu juga akan membawa kehancuran sebuah negara apabila potensi yang mereka miliki tidakdi barengi dengan potensi religius dengan cara berpegang teguh padaAl-Qur‟an dan Sunnah Nabi. Hal ini sebagai mana Nabi Muhammad SAW, bersabda yang artinya “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim).

Maka dari itu para pemuda generasi millenial ini nantinya akan menjadi generasi pelopor di tengah masyarakat seperti Habib Husain Ja’far Al-Hadar misal nya, dia adalah seorang habaib keturunan rosulullah yang berdarah Madura swasta, saya sebut swasta karena beliau lahir di Bondowoso.


Habib Husein Ja'far Al Hadar, S.Fil.I., M.Ag. (lahir 21 Juni 1988) adalah pendakwah dan penulis Indonesia. Ia merupakan lulusan Magister Tafsir Qur’an di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga merupakan penulis di media massa, pembicara seputar keislaman, dan Direktur Akademi Kebudayaan Islam Jakarta.

Habib Husein merintis karier melalui dunia literasi (kepenulisan) di media-media nasional sejak kuliah. Ia membuat kanal media YouTube berjudul “Jeda Nulis”. Menurutnya, dakwah tidak hanya dapat dilakukan di mimbar-mimbar masjid ataupun majelis taklim.

Habib Ja'far menjadi perbincangan muslim milenial saat mengisi konten acara dakwah bulan Ramadan. Kemudian semakin sering menghiasi platform digital YouTube ketika memutuskan berkolaborasi dengan Coki Pardede dan Tretan Muslim di Majelis Lucu Indonesia dalam tajuk Pemuda Tersesat. Ia kerap berdakwah dengan memanfaatkan kecanggihan media sosial, seperti YouTube dan Instagram.

Dakwah tersebut mampu memberikan manfaat bagi kalangan kaum muda seperti dalam video Kultum Pemuda Tersesat yang diunggah 23 Agustus 2020. Sempat dibacakan bahwa salah satu followers Instagram merasa bersyukur karena adiknya setelah menonton Kultum Pemuda Tersesat kembali melakukan ibadah shalat lima waktu. Habib Ja’far juga mencontohkan langsung sikap toleransi keyakinan dengan mengajak Coki Pardede dalam satu panggung berdiskusi tanpa adanya perdebatan. Coki Pardede memiliki keyakinan agnostik yang tidak percaya terhadap agama dan memiliki keraguan keberadaan Tuhan. Hal itu bermanfaat untuk menjaga keyakinan kaum muda di tengah pergaulan bebas.

Dakwah dengan berkolaborasi bersama kaum muda menghasilkan satu judul konten Kultum Pemuda Tersesat yang memiliki beberapa episode video. Setiap video mampu meraih jutaan penonton atau viewers YouTube dan selalu konsisten dibandingkan konten da’i lain yang rata-rata hanya mencapai ribuan. Salah satunya, video dengan viewers terbanyak pada edisi 23 Agustus 2020 episode Coki Ditanya Soal Tuhan, Pertanyaan Paling Sesat dari Coki yang dilihat lebih dari 3 juta kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun