Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ibadah Ramadan, Penolong Penjaga Kewarasan

6 April 2022   13:06 Diperbarui: 6 April 2022   13:09 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan bersedih, sesungguhnya Allah SWT selalu bersama kita. Olahan pribadi di Photoscape

                                      Jalan pagi bersama si bungsu. Alhamdulillah, masih mau lengket sama emaknya kemana-mana. Dokpri

Tak sampai 24 jam, kalimat saya langsung menjadi nyata. Satu pemicu membuat saya tidak melakukan apapun selain menuntaskan kewajiban personal. Si sulung memasak menu berbuka dan sahur, si bungsu menuntaskan rakaat Tarawih sendirian. Ia tertantang berburu tanda tangan imam sholat, sebulan penuh. Meski saat pulang, ia melaporkan, "Aku tidak tahu nama imamnya, bunda". Saya kuatkan dengan, "Besok malam, coba ditanyakan saja sama imamnya. InshaAllah akan dijawab dengan baik, kalau kita bertanya dengan baik."

Masih, hanya dua contoh kecil, betapa di bulan Ramadan, tengah menebar berjuta-juta keserba-baikan. Ibadah serba khusus di bulan istimewa ini, adalah juga tentang cinta tak berbatas para orang tua pada anak-anaknya. Cinta di dalam kisah-kisah kecil, cinta dalam pencapaian-pencapaian terbesar. InshaAllah

Lapar dan Haus Berpuasa, Tempaan Kelapangan Hati serta Empati

Yang bukan muslim, mungkin sebagian jadi tahu, bahwa puasa sebenarnya pelaksanaan dari jenis diet Intermittent. Yakni, mengosongkan lambung dengan makanan dan minuman, di rentang waktu sekitar 12 jam atau lebih.  Waktu makan dibatasi maksimal 8 sampai 10 jam saja. 

Saat berpuasa, batasan 10 jam masih ditambah dengan tidur, ibadah sunnah (Tarawih, Tadarus atau sholat malam lainnya). Praktis, jika membutuhkan tidur minimal 6 jam, waktu makan dan beribadah terbatas di angka 4 jam saja. Untuk ibu-ibu atau siapapun yang dapat jatah memasak, 4 jam ini terpotong lagi dengan waktu memasak. Akhirnya, ternyata, hanya sedikit jenis makanan yang bisa kita makan, di waktu yang sempit.

Keterbatasan tersebut-lah, yang bagi saya, mulai mengajarkan sesuatu yang baru. Ikhlas, merasa selalu cukup dan makin percaya, tak semua keinginan kita akan segera terwujud. Ingin makanan 4 sehat 5 sempurna sekalipun, kita tetap harus memilih, mau segelas teh  manis hangat atau susu atau semangkuk es campur lezat? Mau ketiganya? Perut kita hanya mampu menampung, mungkin tak sampai setengah takar dari masing-masing porsi. Itupun baru jenis minuman. Bagaimana dengan makanan?

Iyak. Kita jadi mulai belajar untuk tidak rakus dan serakah. Pembelajaran terpenting dari haus dan lapar saat berpuasa. Itu juga masih sebagian kecil. Jika bersungguh-sungguh untuk terus mau belajar, komit dan konsisten, inshaAllah, kita akan sampai di hari, bahwa memiliki keyakinan tentang sisi-sisi terbaik manusia, benar dimiliki manusia lainnya, bisa kita pegang erat serta teguh. Toh, sejatinya, begitulah kita ingin dikenang bukan? Manusia baik. Padahal, manusiawinya kita, terus menerus berjuang mengatasi godaan untuk menjadi tidak baik (jahat).

Baiklah, sebelum nyasar dan tersesat ke humanisme dan isme-isme yang vibe positifnya mulai berlebihan, saya kira baik untuk mencukupkan ulasan tentang Amalan di Bulan Ramadhan kali ini. Bahwa, di balik ibadah sunnah khusus seperti Tarawih dan Tadarus, di balik haus dan lapar seharian, ada banyak hikmah yang berbeda bagi orang per orang. 

Saya berharap, siapapun Anda, menemukan hikmah sesuai yang dibutuhkan. Lalu, kita bisa bersama-sama kembali, menjadi manusia terbaik versi kita, untuk menebarkan lagi kebaikan tersebut ke sebanyak mungkin manusia lainnya. Bisa? Bisa! InshaAllah

*Selong, 6 April

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun