Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalaman Saya Menerapkan Kurikulum Merdeka yang Humanis

2 April 2023   08:12 Diperbarui: 5 April 2023   08:05 5270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kurikulum merdeka (Sumber: Kompas.id/HERYUNANTO)

Satu dekade yang lalu, saya tidak tahu apa yang sudah saya pelajari di bangku SMA, utamanya mapel bidang sosial. Waktu itu, saya hanya ingin kehadiran lengkap, dan ujian dapat nilai memuaskan.

Guru menerangkan ala kadarnya, menjelaskan panjang kali lebar terkait materi tapi minus esensi. Siswa selalu mengantuk di beberapa mata pelajaran penuh teks, termasuk saya. Ketika lulus, saya bertanya-tanya, apa yang sudah saya dapatkan selama tiga tahun?

Waktu itu teknologi belum secanggih sekarang, mungkin saya bisa sedikit memakluminya. Apalagi saya adalah generasi transisi, dari zamannya nilai ujian nasional sebagai indikator krusial penentu kelulusan sampai zamannya buku pegangan yang monoton karena minimnya sumber pembelajaran. Media sosial sudah ada waktu itu, tapi belum semasif sekarang penggunaannya.

Kini, sepuluh tahun berlalu, banyak sekali perubahan terjadi. Saya yang tidak ada cita-cita jadi tenaga pendidik, kini harus memikul tanggung jawab untuk menghilangkan suasana pembelajaran yang tidak menyenangkan itu di kelas. Ya betul sekali tebakan Anda, saya seorang guru, tepatnya guru SMA dan pengampu mapel PPKn.

Antusiasme siswa PTS mapel dengan proyek, sumber: dokumentasi pribadi
Antusiasme siswa PTS mapel dengan proyek, sumber: dokumentasi pribadi

Awalnya saya kira dua hal itu adalah kiamat kecil bagi saya. Bagaimana tidak, selama ini PPKn dikenal sebatas pelajaran menghafal pasal, menulis seabrek- atau kalau tidak keduanya maka biasa disebut pelajaran pengantar tidur.  

Sebagai guru, saya tidak ingin siswa saya mengalami apa yang telah saya alami sedekade silam. Akhirnya sebagai seorang yang digugu dan ditiru, saya tidak ingin jatuh di lubang yang sama atau membuat siswa jatuh di lubang yang sama bersama-sama.

Kurikulum yang Ideal di Mata Saya

Pikiran pertama saya begitu masuk kelas sepuluh tahun yang lalu adalah PR dan tugas merangkum. Saya bahkan tidak menyiapkan pertanyaan untuk sebuah mapel yang akan diajarkan oleh guru.

Kurikulum yang ideal seharusnya membangun rasa ingin tahu peserta didiknya sebelum mereka masuk kelas. Dulu, guru jarang sekali memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya karena peserta didiknya juga tidak tahu apa-apa. Lantas apa yang mau ditanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun