Joe Biden pun tak jauh berbeda dengan pendahulunya Jimmy Carter yang sama-sama dari Partai Demokrat. Dalam kampanyenya, Joe Biden menentang langkah sepihak oleh kedua belah pihak yang merusak solusi dua negara. Joe Biden memang tidak bisa menafikan keberadaan Israel, Biden hanya mampu mengubah pendekatannya yang lebih soft.
Sebelumnya, Joe Biden juga menegaskan akan lebih mengedepankan Inisiatif Perdamaian Arab dengan melibatkan banyak aktor kawasan di Timur Tengah. Meski begitu, agaknya Joe Biden akan bernasib sama dengan Jimmy Carter. Joe Biden akan kesulitan menghadapi pendukung vokal Israel terutama dari pengusaha elit di Amerika Serikat yang memiliki keterikatan dengan Zionisme Israel, sehingga lebih bias ke Israel.
Peace To Prosperity Trump mungkin saja akan diubah dan mungkin juga akan diteruskan dengan wajah lain namun intinya tetap sama saja yakni Israel dan Amerika Serikat yang akan menerima keuntungan terbesarnya. Apalagi status Palestina masih di level observer state member.
Status Palestina akan kesulitan untuk naik level menjadi negara full mamber di PBB. Israel pun tidak ingin status Palestina naik level, begitupula dengan teman dekatnya, Amerika Serikat.
Ditambah lagi isu Islam ekstremis kembali memuncak di dunia Barat pasca presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa agama Islam sedang dalam masa krisis.
Macron berkata demikian setelah seorang guru dipenggal oleh muridnya yang masih remaja. Guru tersebut sebelumnya menunjukkan sebuah karikatur bergambar Nabi Muhammad kepada muridnya sebagai bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang Perancis.Â
Apa yang terjadi di Perancis mungkin saja menginspirasi Amerika Serikat sebagai negara yang sama-sama membebaskan warga negaranya untuk berekspresi seluas-luasnya. Kejadian ini pun membawa ingatan lama Amerika Serikat akan peristiwa teror di negaranya termasuk peristiwa besar 9/11.
Meski kita tahu bahwa seorang terorisme tidak hanya menyasar pada negara mayoritas non-Muslim saja, melainkan juga menyasar pada negara Muslim namun opini publik Barat sudah terkonstruksikan sedemikian rupa.Â
Lalu apa implikasinya bagi Palestina? Faksi Palestina di Gaza, Hamas, akan tetap dianggap sebagai kelompok teror oleh Barat dan diabaikan dalam setiap perundingan.
Ini artinya, kampanye Joe Biden untuk perdamaian kawasan Israel-Palestina akan sedikit terhambat oleh opini publik Amerika Serikat karena masih sulitnya mereka menerima Hamas.
Jika Hamas diabaikan, bisa jadi ia akan terus menyerang Israel. Dan jika Israel diserang, tentu saja ia akan membalasnya. Dan pada akhirnya warga sipil yang tak tahu politik akan jadi korbannya.