Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Bocah Kelas 6 SD Melecehkan Siswi SMA hingga Melahirkan, Salah Didikan atau Pergaulan?

4 Agustus 2020   12:54 Diperbarui: 4 Agustus 2020   12:43 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MWS dan MMH, tersangka pelecehan terhadap siswi SMA di Probolinggo, sumber: Kompas.com

Algoritma Youtube merekomendasikan saya pada sebuah berita mengejutkan yang terjadi setahun silam. Sebuah berita yang membuat orang akan mengklik karena penasaran, apa ini beneran? Atau prank?

Namun karena yang memberitakan adalah Kompas dan beberapa kanal kredibel lainnya, saya percaya. Tapi masih geleng-geleng kepala. Kok bisa terjadi, bukankah biasanya anak laki-laki masa akil balighnya sekitar 15 tahun sementara si pelaku berinisial MWS masih berusia 13 tahun.

Sedangkan korban yang berinisial AZ ini berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku SMA. Di usia segitu, umumnya perempuan sudah mengalami menstruasi. Mirisnya, korban tinggal serumah dengan pelaku.

Tak ada asap tanpa api. Mulanya MWS bersama MMH menonton video porno yang sudah diunduh di ponsel pintarnya. Si MMH ini merupakan teman satu sekolah yang cukup dekat dengan AZ.

Menurut penuturan dari pihak kepolisian, MMH dan MWS berfantasi memiliki pasangan istri selepas menonton blue film tersebut. AZ yang hidup menumpang di rumah MMH pasrah sampai usia kandungannya tidak begitu nampak di permukaan.

Biasanya usia kandungan yang masih belia memang jarang menunjukkan tanda-tanda perut membesar. Dan begitulah yang dialami AZ sampai dia melahirkan bayi laki-laki secara premature.

Bibi dari AZ yang juga ibu dari MWS ini akhirnya melaporkan ke pihak kepolisian. Hasil tak terduga justru mengatakan bahwa anak dari ibu yang melapor merupakan ayah dari sepupunya sendiri.

Sungguh miris, anak-anak yang masih berseragam putih merah ini berbuat di luar batas nalar. Bagaimana bisa kejadian memilukan itu terjadi? Sampai melahirkan pula.

Dan usut punya usut, Bocil MWS sudah melakukan tindakan tak pantas itu sejak 2018, artinya ketika tersangka masih duduk di bangku kelas 5 SD.

Tersangka mengaku sering mengancam AZ jika menolaknya untuk berbuat intim. Jurus MWS dalam mengancam sepupunya adalah berpura-pura menjadi korban lalu melaporkan ke orangtuanya agar si AZ diusir dari rumah yang selama ini ditempati olehnya.

Lagi-lagi kok bisa kejadian miris itu luput dari pengawasan orangtua? Lantas siapa yang salah di sini, didikan orangtua atau pergaulan si tersangka?

Orangtua tersangka tentu memainkan peran penting dalam membentuk karakter sang anak. Inilah salah satu bahaya ponsel pintar bagi anak yang masih kecil. Coba orangtua tersangka tidak membelikan atau meminjamkan ponsel pintar ke anaknya, pasti lain ceritanya.

Orangtua yang membelikan atau meminjamkan ponsel pintar ke anaknya harusnya sering-sering mengecek aktivitas sang anak di layar ponsel. Situs apa saja yang dijelajahi sang anak, video apa saja yang sudah ditonton oleh sang anak, dan juga harusnya sang anak dibatasi dalam memakai ponsel.

Pergaulan sang anak juga patut diselidiki. Kok bisa-bisanya si MWS ini bergaul cukup dekat dengan MMH yang sudah SMA. Apakah tidak ada teman-teman sebaya di lingkungan MWS? Apakah MMH yang mengenalkan dunia film biru kepada MWS atau bagaimana?

Nasi sudah menjadi bubur, tepung sudah menjadi roti, dan si bayi sudah lahir di dunia yang fana ini. Peristiwa ini bisa menjadi pelajaran besar bagi kita semua, apalagi di musim PJJ ini.

Anak-anak pasti sering berselancar di ponsel pintar dengan alasan belajar daring namun orangtua jangan lepas tangan begitu saja seolah-olah sang anak sudah belajar dengan baik.

Rasa curiga yang berlebihan memang kurang bagus buat orangtua namun daripada kasus MWS terjadi lagi. Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan.

Zaman sudah berubah, di satu sisi pedofil berkeliaran di sekitar kita dan mengancam anak-anak kecil, di sisi lain anak-anak pun bisa menjadi predator jika orangtua kurang memperhatikan perkembangan sang anak.

Semoga saja kasus MWS adalah kasus terakhir dan tidak pernah terjadi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun