Dalam proses pembelajaran baik dikelas ataupun diluar kelas yang bersifat interaksi antara guru dan murid, seringkali menyinggung masalah etika dan pembentukan karakter terhadap murid yang seakan-akan hanya murid yang dituntut untuk memiliki etika dan karakter yang baik, padahal menjadi seorang guru pun harus memiliki etika-etika dasar yang menjadi standar minimal seorang guru.
Sekarang kebanyakan orang meremehkan profesi guru, sehingga produk yang dihasilkan untuk menjadi guru menurun dan tidak berkualitas, padahal guru menjadi peran penting dalam melahirkan generasi penerus yang berkualitas, Ketika tenaga pendidiknya tidak berkualitas maka produk SDM yang dilahirkan juga tidak akan berkualitas.
Generasi yang hebat adalah yang mampu melahirkan generasi penerus yang lebih hebat
Dalam kitab "Adabul alim wal muta'alim" karangan Hadratussyaikh Hasyim Asy'ary (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang) tepatnya pada bab 7 diterangkan tentang adab dan etika seorang guru terhadap murid. Di dalam kitab tersebut disebutkan bahwa ada 14 adab yang perlu ada pada diri seorang guru.
Yang pertama, mengajarkan kepada murid tentang ilmu dengan mengaharap ridho allah, mengajarkan tentang kebaikan dan meninggalkan kebatilan. Sebaiknya seorang guru harus membimbing murid dalam membenarkan niatnya dalam menuntut ilmu.
Yang kedua, tidak meninggalkan murid yang Ikhlas menuntut ilmu, niat baik dalam menuntut ilmu disini artinya mengharap keberkahan dari ilmu. Seorang murid tidak perlu banyak syarat dalam menuntut ilmu, cukup keikhlasan dalam belajar.
Yang ketiga, Menyayangi murid layaknya menyayangi diri sendiri serta  sabar terhadap watak keras dan kekurangan murid.
Yang keempat, memudahkan penyampaian materi pembelajaran terhadap murid supaya mudah untuk dipahami. Jika ada murid yang bertanya mengenai suatu masalah maka guru harus menjawabnya dengan santun dan memahamkan.
Yang kelima, semangat dan memberikan yang terbaik dalam mengajar dan membersamai murid dalam menuntut ilmu, menjelaskan tentang orang yang baik hatinya lewat cerita-cerita.
Yang keenam, mencari waktu tambahan untuk mengulang dan menguji hafalan murid, dalam menjelaskan mendahulukan perkara-perkara yang masih belum dipahami dengan menggambarkan permasalahan dan contoh -- contoh yang mudah dipahami.
