Pagi-pagi membuka lemari baju, saya sepintas melihat sebuah baju lengan panjang yang sudah agak lama tidak saya pakai. Saya tersenyum karena tiba-tiba ingat kisah adik saya tentang sebuah baju lengan panjang yang sangat diinginkannya. Adik saya bernama MD ( masih juga nama disingkat, walaupun adik tapi tidak boleh semena-mena mengutip namanya tanpa ijin).
Di sebuah toko pakaian, MD tertarik pada sebuah baju lengan panjang bercorak garis. Menurut penilaiannya baju itu sangat bagus, halus, dan ada kesan kemewahannya. Mewah yang bagaimana, saya tidak bertanya lebih lanjut ketika MD bercerita soal itu. Dilihat harganya cukup terjangkau dengan sedikit memaksakan diri. Rp. 80.000,00.
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat sambil mencermati apakah ada jahitan cacat atau robekan halus yang tak nyata, MD memanggil pelayan.
"Ini masih bisa turun harganya?"
"Bisa, tapi nggak banyak", jawab pelayan.
"Enampuluh lima ribu ya? Nggak banyak kan saya minta turun harga?"
Pelayan tampak kaget mendengar penawaran MD.
"Maaf, Mas. Banderol harganya tertulis delapan ratus ribu".
Saya sampai detik ini tidak tega , walaupun sekedar membayangkan, kulit wajahnya yang sawo matang mendadak menjadi merah menyala. Maklumlah, tidak semua orang mengerti kenapa ada baju segitu mahal.
Menghitung berapa jumlah nol di belakang sebuah angka itu penting! Betul itu.
