Mohon tunggu...
Mursyidah Khilya dan Fasya
Mursyidah Khilya dan Fasya Mohon Tunggu... Mahasantri, Krapyak-UIN SUKA Yogyakarta

Anak rantau yang berkelana di kota orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menaklukkan Tanpa Kekerasan: Strategi diplomasi Nabi Muhammad SAW dalam Hubungan Internasional

6 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 6 Juni 2025   14:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.suaranet.id/2023/10/11/keterampilan-politik-nabi-muhammad-dalam-membangun-perdamaian/

Di tengah dunia yang kian semakain terpecah belah oleh kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi, strategi diplomasi berbasis etika dan nilai kemanusiaan menjadi kebutuhan global. Dalam konteks ini, strategi diplomasi Nabi Muhammad SAW memberikan warisan yang tak lekang oleh waktu. Pendekatan beliau dalam menghadapi perbedaan, menyelesaikan konflik, dan membangun relasi antarbangsa membuktikan bahwa kekuatan sejati tak selalu datang dari kekerasan, melainkan dari keteguhan prinsip dan keluhuran akhlak.  Di zaman sekarang, kita sering melihat konflik dan peperangan di berbagai belahan dunia. Banyak negara saling bersaing, bahkan menggunakan kekerasan untuk menunjukkan kekuatan. Tapi sebenarnya, ada cara lain yang lebih damai untuk menyelesaikan masalah. Salah satu contohnya bisa kita lihat dari strategi diplomasi yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. diplomasi adalah hubungan antar-negara yang dilakukan oleh agen-agen resmi dari masing-masing pemerintah dengan tujuan utama yakni perdamaian.

Strategi Diplomasi Nabi pada Masa Periode Mekkah

Selama berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad SAW menghadapi persekutuan dari kaum Quraisy. Namun, beliau tetap menahan diri untuk tidak merespons dengan kekerasan. Sebaliknya, Nabi membangun citra positif melalui akhlak, keteladanan, dan kesabaran. Nabi menunjukkan akhlak yang baik, jujur, dan dapat dipercaya. Karena hal tersebut orang-orang mulai tertarik pada ajaran Islam, walaupun pada suasana yang kian sulit. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan damai dapat berdampak besar , walaupun tantangannya berat. 

https://ppaska.id/7238/sejarah-nabi-awal/   
https://ppaska.id/7238/sejarah-nabi-awal/   

Sebenarnya, pada masa mekkah, diplomasi belum terlihat jelas. Karena pada periode ini, nabi berfokus pada penyempurnaan akhlak dan akidah. penyebabnya juga pada saat itu masyarakat pra-Islam masih banyak yang berpegang teguh pada keyakinannya masing-masing dan masih banyak yang menymbah berhala. Kemudian, untuk menyempurnakan atau merubah mereka untuk berpegang teguh kepada Allah semata, nabi menggunakan berbagai macam diplomasi, diantaranya; diplomasi keluarga, diplomasi pernikahan dan juga diplomasi perdagangan. (M. Yusuf dan M. Hidayat Noor, Jejak Perjuangan Muhammad, 2024: hlm. 41-42)

Strategi Nabi pada Masa Periode Madinah

Hijrah ke Madinah menjadi titik balik bagi umat Islam. Di kota ini, Nabi SAW menunjukkan keahlian politiknya dengan menyusun Piagam Madinah, sebuah konstitusi sosial pertama yang menjamin kebebasan beragama, keadilan, dan kerja sama antar-komunitas. Piagam ini mengatur hubungan antara umat Islam, Yahudi, dan kelompok lainnya secara adil, dan memperkuat Madinah sebagai model negara kota yang plural. Piagam Madinah adalah salah satu langkah politik yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Pejanjian ini dibuat bertujuan untuk menciptakan susana yang aman, damai, tentram dengan mengatur wilayah dalam satu arah. Maka, dengan itu beliau menyusun undang-undang toleransi yang belum pernah ada di dunia yang penuh fanatisme kesukuan saat itu. Selain sukses mengelola urusan dalam negeri (Madinah), nabi Muhammad juga mahir dalam politik luar negeri. Salah satu contoh strategi beliau dalam hubungan politik luar negeri adalah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian inilah merupakan perjanjian pertama yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Nabi memahami bahwa meski perjanjian ini terasa pahit, namun ini adalah langkah strategis untuk tujuan yang jauh lebih besar, yaitu menyebarkan Islam secara damai. Perjanjian Hudaibiyah membuktikan bahwa pendekatan damai dan dialog jauh lebih efektif dalam menyebarkan agama Islam daripada menggunakan kekerasan dan paksaan. Nabi SAW, dengan kebijaksanaannya dan kesabarannya yang begitu luas, beliau berhasil mengubah situasi yang kelihatannya tidak mengguntungkan, tapi malah menjadi kemenangan besar.

Perjuangan Diplomasi Pemerintah pada Masa Sahabat

Pada mulanya diplomasi diperuntukkan mengajak kaum di luar Islam untuk memeluk agama Islam, salah satu strategi diplomasi ini bersifat politis dengan adanya banyak ekspedisi dan perluasan wilayah. Pada masa Rasulullah SAW, disebutkan bahwa bentuk diplomasi ini berupa dakwah melalui korespondensi surat terhadap para raja dan amir, seperti Binyamin (al-Muqawqis) di Mesir, Negus Ethiopia, Hercules Romawi dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, Rasul juga mengutus utusan khusus sebagai diplomat untuk menjelaskan maksud dari surat tersebut. Adapun isi dari surat-surat tersebut tidak lain merupakan ajakan untuk memeluk agama Islam. Kemudian tradisi penulisan surat sebagai media diplomasi ini dipertahankan hingga pada masa keempat khalifah. Salah satu yang dicatat oleh sejarah adalah langkah cerdas yang telah dilakukan oleh Umar ibn Khatab melalui "Land Reform" dalam upaya pembebasan rakyat jajahan imperium Romawi dan Persia. Umar ibn Khatab menginisiasi diplomasi melalui "Land Reform System" dengan membuat kebijakan perihal pembebasan tanah milik petani Qibthi. Tidak hanya dalam bidang politik saja, diplomasi ini juga dilakukan dalam perihal perniagaan dengan upaya mengirimkan utusan niaga ke berbagai wilayah, hingga ke kaisaran Tiongkok. (Abdan Syakura, 2023)

Relevansi Perjuangan Rasululloh saw Pada Masa Modern

Saat ini kita berada pada masa dimana konflik bersenjata dan ketegangan antar negara masih sering terjadi. Pada dasarnya hal ini telah ada sejak pada Rasulullloh saw hidup. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah keadaan yang ada. Jika pada masa Rasululloh saw konflik terjadi diakibatkan oleh pertikaian skala kecil, maka yang terjadi saat ini adalah skala besar. Hal demikian dapat dilihat pada contoh kasus isarel dan palestina. Ketegangan yang terus melibatkan senjata tanpa henti bahkan hingga saat ini tidak hanya melibatkan dua negara yang terkait yaitu israil dan palestina saja. Akan tetapi beberapa diplomasi negara pendukung kedua kubu tersebut ikut merasakan konflik yang semakin membara. Dalam menciptakan dunia yang lebih damai dan adil, para pemimpin dan diplomat modern  dapat  memetik  pelajaran  dari  kebijaksanaan  diplomasi  Rasulullah.  Diplomasi, selain menjadi bagian integral dari perilaku politik, juga berperan sebagai metode dakwah yang  damai  dalam  menyebarkan  Islam.

Adapun implementasi dari prinsip-prinsip diplomasi Rasululloh dalam konteks modern dapat dilihat dalam berbagai inisiatif perdamaian internasional. Pendekatan yang mengutamakan dialog dan negosiasi dapat menjadi media dalam memecahkan permasalahan yang ada. Selain itu, dengan adanya perlindungan hak dan keamanan bagi kaum minoritas atau rentan adalah hal yang perlu diperhatikan agar dapat membantu menciptakan Masyarakat internasional yang damai dan adil (Anderson, 2015). Hal ini terjadi pada saat proses perdamaian yang terjadi di Timur Tengah. Mereka menggunakan pendekatan dialog yang inklusif dan penghargaan serta penghormatan semua pihak sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam menjalankan misi perdamaianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun