Saat itu, hanya karena teringat -- aku pernah membukukan karya ber-ISBN -- maka aku tertarik ikut menulis  tema ISBN di kompasiana.
Kenangan saat menyusun buku, kembali teringat. Sampai saat ini ada 7 penerbit yang pernah terlibat langsung bersamaku. Semua mempunyai kenangan tersendiri. Karena isi buku juga berbeda.
Soal  jumlah buku, yang sudah ber-ISBN jika dibandingkan dengan temanku sesame penulis buku -- di grup literasi -- aku memang kalah. Aku menulis 11 judul buku, temanku berhasil menyusun 46 judul buku.
Pada karya ke 12, timbul pertanyaan pada diriku -- haruskah semua buku ber-ISBN?
Menurutku tidak semua buku yang kita buat harus ber-ISBN. Banyak juga buku buatan sejawat untuk mengajar tidak menggunakan ISBN. Buku itu disusun sendiri untuk memudahkan menyampaikan bab-bab sesuai kurikulum yang berlaku -- tentu saja setelah comat --comot karya dari beragam buku.
Buku ber-ISBN-Ku, awalnya karena aku tertarik mendapatkan legalitas. Selain itu merasa bahwa buku dan pustakawan itu terhubung erat. Pustakawan dan perpustakaan juga terhubung erat. Jadi sebaiknya mempunyai buku karya sendiri yang dibukukan dipenerbit dan mendapat ISBN. Biar berasa menjadi bagian Perpustakaan Nasional
ISBN adalah sistem penomoran yang digunakan sebagai pengenal atau identitas dari karya kita yang diterbitkan dalam bentuk -- buku tercetak, pampfhlet, terbitan braile, buku peta, film, video, tranparansi yang bersifat edukatif,  audiobooks ( CD atau DVD), terbitan elektronik, salinan digital, terbitan microform, software edukatif, media publikasi yang mengandung  teks, apa lagi yaaaa.....
Singkatnya, ISBN itu nomor unik buku dari penerbit. Satu buku ber-ISBN akan berbeda  dengan nomor ISBN judul buku lain, lain pengarang , lain penerbit, tentu juga sampulnya tak ketinggalan, beda pula.
Yang mengeluarkan  nomor unik ISBN adalah Perpusnas. Perpusnas mendapatkan nomor tersebut dari Badan Internasional di London. Perpusnas merupakan Badan Nasional ISBN.
Misal nomor unik ISBN Â 978 -- 602 -- 235 -- 924 -- 1 -- seperti pada buku yang fotony aada di atas itu -- 235 merupakan nomor kode untuk penerbit. 927 untuk kode judul.
Para penerbit bekerja sama dengan Perpusnas. Caranya -- penerbit mengisi formulir. Selanjutnya membuat permohonan atas nama penerbit, tetapi bukunya milik kita. Penerbit mengirim  permohonan nomor unik buku kita (biasanya dengan melampirkan halaman judul, halaman setelah judul dan kata pengantar).