Mohon tunggu...
MURDIANSYAH
MURDIANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN Satap 8 Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan.

"Jika kau diperhadapkan dengan beragam masalah, maka seduhlah kopi, cium aromanya, seruput perlahan lalu rasakanlah merdeka.”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan dan Ancaman Sekolah Terpencil Era Milenial

10 April 2021   23:09 Diperbarui: 11 April 2021   08:16 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Juga diyakini sebagai tangga menuju derajat tertinggi dan kunci masuk daun pintu kesuksesan. Tapi bagi segelintir orang di pedesaan dan terpencil, mindset tentang betapa pentingnya pendidikan masih belum diyakini.

Tidak bisa dipungkiri jika masih ada yang menganggap pendidikan hanya kebutuhan sekunder yang tidak wajib dikenali dan juga tidak menjadi jaminan bahwa pendidikan bisa menjadi kayu bakar bagi tungku mereka untuk bisa terus mengepul. Bagi sebagian masyarakat, bertani lalu panen dan berpenghasilan dengan cepat menjadi hal utama untuk bisa memenuhi kebutuhan keseharian. Hal ini mereka yakini sebagai takdir yang harus dijalani tanpa harus memikirkan biaya yang lain.

Sebagaimana substansi pendidikan yaitu memanusiakan manusia, Maka tidak heran jika pendidikan selalu menjadi objek yang menarik ditelisik dan diperbincangkan disetiap sisinya. 

Terlebih di era sekarang ini, era kaum milenial. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan memaksa setiap individu harus memilih salah satu persimpangan, mengikuti arus dengan jalan mengupdate perkembangan lalu beradaptasi atau melawan arus dengan konsekuensi tergerus oleh zaman dan ketingglan jauh dibelakang.

Ikut dalam kontestasi perkembangan yang kian cepat dan tak terkendalipun, individu juga masih di perhadapkan oleh pilihan, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berusaha sebaik mungkin menjadi insan yang cerdas atau malah diperbudak oleh kemajuan teknologi itu sendiri.

Hidup selalu diwarnai oleh pilihan, tak terkecuali dalam hal mengenyam pendidikan. Memilih untuk terus melanjutkan pendidikan sampai pada tingkat tertinggi, memilih untuk membatasi sampai jenjang tertentu atau bahkan memilih untuk apatis dan tidak mengenal dunia pendidikan sama sekali adalah hak setiap individu. Realita seperti ini masih sering dijumpai dikalangan masyarakat pedesaan dan terpencil.

Bagi tenaga pendidik di sekolah daerah terpencil, masalah dan kendala yang beragam menjelma dalam wujud yang beraneka ragam pula. Kondisi ini merupakan santapan keseharian disetiap langkah dan tarikan nafas. Baik kendala yang sifatnya klasik seperti yang berkaitan dengan peserta didik, akses, sarana dan prasarana, sampai kepada masalah yang bersinggungan dengan pola pikir masyarakat sekitar.

Krisis kesadaran terhadap pendidikan, atau yang lebih fatal lagi yaitu sampai kepada minimnya dan bahkan lenyapnya kepercayaan masyarakat terhadap kehadiran sekolah di daerah mereka. Tentu tidak lepas dari kualitas yang dihasilkan atas kehadiran sekolah itu sendiri, atau mungkin juga mindset masyarakat yang memang telah mengakar sejak dahulu.

Hal yang pasti, tentunya menjadi tanggung jawab bagi kehadiran sekolah untuk mengikis sedikit demi sedikit segala macam masalah, menonjolkan eksistensinya dan menjadi alat penerang bagi masyarakat awam. Tidak peduli sekolah itu berstatus baru atau lama, negeri atau bukan.

Tantangan dan Ancaman.

Menjadi guru di sekolah terpencil bukan perkara mudah. Setiap pagi harus berjuang membelah udara pagi, menerobos dan menaklukkan medan sampai bermil-mil, menaiki dan menuruni bukit serta sekali-kali harus melewati jalanan yang menukik dan terjal bahkan harus menyeberangi sungai dan jalanan berlumpur. Begitupun sore harinya saat pulang, harus kembali menapaki jalan yang sama untuk sampai di tempat rebahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun